Part 6
Title
: Secret Admirer
Author :
Song Sang In
FB
: Vini Happy Ajeng
Blog : exofansindo.blogspot.com
Cast
: Song Sang In, Wu Yifan, Kim Jong In
Cameo : Choi Eunra
Length
:
Series
Gendre
:
Romance, School life
Rated : PG-17
Cover by : ByunRa93
Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu
semua tidak sengaja.
RCL Please. Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik
yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya
jinak kok jadi ga bakal
gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat
author.
Hargai kerja keras author
yang bikin
cerita ini
sampe dibantuin begadang jadi NO PLAGIAT. Happy reading ^^
“Oppa, aku
memang menyukaimu bahkan mungkin aku mencintaimu tapi hanya sebagai
yeo-dongsaengmu, yang kusesalkan adalah kau tak cerita apapun kepadaku. Dan
sekarang aku sangat bahagia, akhirnya oppa bisa mencari pengganti Seo Yeong
unnie” ujarku, emosiku sudah mereda.
“Arraseo Sang
In-ah. Mianhnae, aku tak bermaksud menceritakanmu karena aku takut kau berpikir
macam – macam tentang hal ini” jawabnya sambil membawa kepalaku jatuh di
pelukannya. “Yak Sang In-ah, semalam kau mabuk? Dengan siapa? Rupanya kau sudah
berani mabuk di belakangku dan tanpa aku, eoh?” teriaknya sambil mencubit kedua
pipiku.
“Hentikan
mencubit pipiku oppa, jebal. Aku sudah dewasa jadi aku boleh minuman bir”
ucapku tak jelas.
“Ck kau ini,
jangan ulangi lagi kau bermabuk – mabukan seperti itu atau kau boleh minum
minuman itu asalkan kudampingi. Arra?” perintahnya setengah membentak. “Ne,
arraseo. Apo oppa” rengekku padanya. Dia mencium sekilas kedua pipiku secara
bergantian, “Setelah ini tak akan sakit” ujarnya. “Yak yak Kim Jong In, mulai
sekarang hentikan menciumku sembarangan seperti itu. Kau sudah milik chinguku,
aku tak mau Eunra berpikiran macam – macam tentang kita” sahutku seraya
menjitak kepalanya keras. Kai hanya meringis kesakitan karena jitakanku, namun
terselip raut wajah yang tak dapat diartikan oleh siapapun.
Aku sedikit
berlari menuju kamarku saat oppa pulang ke apartemennya. Kutarik ponselku yang
berada di atas kasur dan lagi – lagi namja itu menghubungiku untuk yang
kesekian kalinya, Kris. Tak butuh waktu lama untuk menunggu apakah dia akan
mencoba menghubungiku lagi, karena sekarang dia sedang membuat ponselku
berdering. Dan aku harus mengangkat telepon itu.
“Annyeong..”
sapaku.
“Annyeong
Sang In-ah, gwenchana?” tanyanya. Dia memang tipe orang yang tak suka berbasa –
basi.
“Gwenchana
Kris-ah. Aku ingin meminta maaf padamu, mungkin sewaktu aku mabuk berat aku
mengatakan atau berperilaku aneh padamu. Mianhnae Kris” rengekku.
Ada semburan
warna merah di pipi namja itu. “Arraseo, setiap orang mabuk pasti akan berkata
dan berperilaku aneh. Tenang saja Sang In-ah” ujarnya. “Tapi kau benar – benar
gadis gila, kau yeoja pemabuk berat” lanjutnya.
Dan sekarang
semburan warna merah berpindah di pipi Sang In. “Aku akan selalu begitu kalau
aku tengah berada dalam masalah besar” desahku.
“Arra, aku
yakin kau gadis yang kuat Sang In-ah. Baiklah lanjutkan istirahatmu, besok kau
masuk sekolah. Selamat malam Sang In-ah” ucapnya.
Aku menarik
selimutku dan mencoba untuk menutup mata, tapi ada sesuatu yang mengganjal di
otakku. ‘Oppa berpacaran dengan Eunra. Tak mungkin aku cemburu padanya.
Seharusnya aku ikut bahagia karena oppa akhirnya menemukan dambaan hatinya.
Baiklah, ini hanya perasaanku saja yang tak ingin kehilanganmu oppa’ jelas
batinku. Dan aku pun mulai terlelap.
Setibanya Kai
di apartemen, dia membuang kasar vas antik yang baru dibelinya dari Jerman.
Bahkan dia mencoba melukai tubuhnya sendiri dengan cara memukulkan tangannya di
tembok apartemen beberapa kali hingga kini posisinya duduk tersungkur dengan
kedua tangan bertumpu pada lututnya serta tangan kanannya sedikit mengeluarkan
darah. Kai merebahkan tubuhnya di atas lantai kamarnya yang dingin hingga dia
terlelap tidur.
“Oppa, apa
yang terjadi dengan tanganmu? Eoh?” tanya Eunra. Aku menarik tangannya dan
terlihat tangannya tengah terbungkus oleh perban. “Apa yang telah terjadi?”
tanyaku menyelidik. “Anio, tanganku sedikit terkilir karena aku jatuh di kamar
mandi kemarin”. Jawaban Kai membuat Eunra khawatir, tapi tidak denganku karena
aku yakin Kai oppa bukan orang yang tak berhati – hati jadi dapat kupastikan
kali ini dia berbohong kepada kami.
“Sang
In-ah..” panggil seseorang kepadanya. Dan panggilan itu membuat Sang In, Eunra,
dan Kai menolehkan kepala ke arah suara itu. Kris menutup pintu mobil dan
segera menghampiri ketiga orang itu.
“Kris-ah,
bagaimana kau bisa disini?” tanyaku.
“Sengaja
untuk menjemputmu. Kupikir kau masih sedikit pusing sehingga tak akan menyetir
mobil sendiri”.
“Siapa dia?”
tanya Kai.
“Dia Kris,
namjachingu Sang In. Benar kan?” Eunra mulai berulah lagi. Rahang Kai yang
mulai mengeras menahan emosinya saat ini.
“Jangan
sembarangan bicara Ra-ya” ucapku sambil melirik Eunra. “Oppa perkenalkan, dia
Kris. Dia teman yang aku kenal selama di Bali. Dan Kris, ini Kai oppa yang
selama ini kuceritakan padamu” lanjutku sambil mencoba memperkenalkan mereka
satu sama lain.
Aku memasuki
mobil Kris dengan tatapan membunuh dari Kai oppa yang mengekor padaku. Dan
Eunra melambaikan tangannya, sepertinya dia cukup senang karena aku kini makin
sering bersama Kris. “Kita mau kemana? Ajak aku jalan – jalan Kris” ucapku.
“Kau mau kemana?” tanyanya. “Kemanapun, terserah padamu” jawabku. Dia
menganggukkan kepala seraya menginjakkan rem dalam – dalam.
“Dimana ini?”
tanyaku.
“Tempat
favoritku sejak kecil. Biasanya aku kemari dengan appaku. Tempatnya benar –
benar menyejukkan hati. Setiap pikiranku kacau, aku selalu kemari”.
Aku
menjejakkan kaki disana, dan sepertinya benar dengan ucapan Kris karena
terbukti sekarang aku merasakan perasaan yang hangat namun tetap mendamaikan
hati dan pikiran. Bukit – bukit terlihat jauh disana dan bunga berwarna – warni
serta beraneka ragam tertanam rapi di depanku, di sampingnya terdapat danau
dengan airnya yang jernih.
“Kau pasti
pernah mengajak yeojachingumu kemari” ujarku.
“Anio, aku
belum mempunyai yeojachingu. Kau yeoja bahkan orang pertama yang kuajak kemari”
ungkapnya. Aku menolehkan kepalaku sejenak kepadanya. Kupalingkan tatapanku
darinya setelah dia membalas menatapku.
“Kris-ah,
katakan padaku. Apakah aku melakukan hal – hal yang memalukan saat mabuk
kemarin?” tanyaku dengan suara lirih dan kepala menunduk.
“Kau ingin
aku mengatakan apa? Berkata jujur atau bohong?” godanya. Aku mengerucutkan
bibirku pertanda aku tak bercanda kali ini.
“Kau
menciumku Song Sang In”.
“Mwo?” teriakku.
Aku membelalakkan mataku tak percaya. “Yak yak Kris-ah, kau jangan bercanda.
Aku tak mungkin menciummu” teriakku lagi.
“Kau lihat?
Bibirku sedikit bengkak karena ulah ciumanmu yang ganas. Bahkan kau
menggigitnya” ujarnya sambil mendekatkan bibirnya ke wajahku. ‘glek..’ aku
merasakan susah untuk menelan air liurku sendiri. Pikiranku mulai melayang yang
tidak – tidak, pikiran untuk merasakan ciuman dari bibir yang ada di depanku
ini tiba – tiba terlintas begitu saja.
“Menjauhlah
dariku” aku berusaha mendorong tubuhnya untuk sedikit menjauh dariku, karena
kini aku merasakan darahku naik ke permukaan. “Mianhnae, jeongmal mianhnae.
Tapi aku benar – benar tak sadar telah melakukan itu. Bahkan sampai sekarang
aku tak mengingat telah menciummu” lanjutku.
“Apa aku
harus menciummu agar kau ingat bagaimana awal mulanya kau menciumku? Eoh?”
godanya lagi.
“Tapi kau tak
merasakan ciumanku bukan? Maksudku kau tak menikmatinya atau malah membalas
menciumku bukan? Aku tak akan memaafkanmu Kris-ah” ucapku gelagapan.
“Kau mau aku
mempraktekkan bagaimana ganasnya kau menciumku? Eoh?”. Aku benar – benar
membenci Kris sekarang, dia tak henti – hentinya menggodaku. Aku berjalan
menjauh darinya, setengah berlari. “Yak Sang In, bagaimana aku tak membalas
ciuman dari yeoja sepertimu. Bahkan aku sangat menikmatinya. Bagaimana kalau
kita mengulang ciuman romantis kita? Eoh?” teriaknya sambil berlari kecil untuk
mengejarku.
Aku
menghentikan langkahku seketika melihat kedai yang berjualan es krim. “Sang
In-ah, bagaimana kau bisa lari secepat itu? Eoh?” ucapnya dengan nafas terengah
– engah.
“Kris-ah,
traktir aku es krim. Aku akan segera memaafkanmu kalau saja kau mau
mentraktirku es krim sepuasnya. Kajja kita masuk ke sana” ujarku yang tak
memperdulikan Kris yang sedang mengatur nafasnya. Aku menarik lengannya dengan
mata berbinar – binarku, aku menuju ke sana tanpa persetujuan darinya karena
kutahu dia tak akan menolak apapun yang kuminta. Air liurku hampir menetes
ketika melihat pelayan meracik es krim yang kupesan. Sedangkan Kris hanya
menurut saja denganku, dia mengusap permukaan kepala Sang In dengan lembut.
Kai tengah
berjalan mondar – mandir di kamarnya karena sedang memikirkan ucapan Eunra tadi
siang yang mengatakan kalau namja itu adalah namjachingu Sang In hingga dia
memutuskan untuk menuju rumah Sang In. Bahkan saat ini Sang In tak
memperdulikan telepon yang berasal dari Kai.
“Baiklah,
sekarang kita pulang. Kajja” ujarnya. Mereka yang saling berdiam diri karena
tak tahu apa yang harus dibicarakan hingga Kris berusaha menggandeng tangan
yeoja cantik di sampingnya yang berawal dari tumbukan tangan mereka yang saling
bertabrakan. Dan kini Sang In merasakan perasaan yang tak menentu lagi,
akhirnya dia pun tertunduk malu. Mobil yang melaju kencang tak membuat tidurku
terganggu bahkan aku makin merasakan nyaman bersama Kris.
Aku
mengerjapkan mata saat memperhatikan mobil Kai oppa yang terparkir di halaman
rumahku yang membuatku segera berlari ke dalam. Kuperhatikan tak ada sosok oppa
disana, ‘Mungkin dia di kamarku’ batinku. Dan dugaanku benar bahwa oppa
sudah menungguku disana.
“Oppa,
waegurae?” tanyaku sambil meletakkan tas kecilku di sofa buluku.
“Kau, kau
menyuruhku untuk menceritakan apapun tentangku tapi nyatanya kau sendiri tak
jujur padaku tentang hal ini. Bahkan kau mulai tak menganggapku ada dengan tak
mengangkat telepon dariku” ujarnya kaku.
“Jeongmal?
Kau menghubungiku oppa?” tanyaku. Aku bermaksud mengambil ponselku untuk
melihatnya namun dengan cepat oppa menarik tanganku untuk memberhentikan
langkahku. Dan sekarang dia menghimpit tubuhku dengan tembok di belakangku.
“Oppa, mianhnae. Aku tadi hanya berjalan – jalan dengannya dan aku tak
mengetahui kalau kau menghubungiku” jelasku.
Dia membawa
tubuhnya menjauh dariku dan sekarang dia duduk di tempat tidurku. Aku yakin
kalau dia tengah frustasi sekarang. “Aku pulang dulu. Lupakan kata – kataku
barusan” ujarnya sambil menarik jaketnya kasar. Aku tak mengatakan apa – apa
bahkan tak bermaksud untuk mengejarnya, karena aku tahu dia butuh sendiri. Aku
yang mulai menerka – nerka dengan apa yang terjadi dengan oppa namun aku
mencoba menepis pikiran gila itu.
Beberapa
bulan kemudian..
Kai mengganti
posisi tidurnya berkali – kali karena dia sedang memikirkan sesuatu hingga dia
memutuskan sesuatu yang besar untuk dilakukannya. Kai menuju rumah Eunra pagi –
pagi sekali.
“Oppa, kenapa
kau datang pagi – pagi sekali?” tanyanya.
“Ra-ya,
mianhnae. Ada yang harus kukatakan padamu. Dengarkan penjelasanku dulu sampai
akhir baru kau bicara. Kau mau?” jelasnya dan dijawab anggukan oleh Eunra.
“Sebenarnya
aku memintamu menjadi yeojachinguku adalah karena ingin membuat Sang In
cemburu. Dari dulu aku sangat menyukainya, bahkan saat dia tak melihatku” Kai
melihat mata Eunra yang sudah berkaca – kaca, tapi Eunra berjanji pada dirinya
sendiri untuk mendengarkan penjelasan Kai sampai akhir. “Aku hanya
memanfaatkanmu untuk melihat bagaimana reaksi Sang In ketika aku bersamamu.
Tapi percayalah Ra-ya, kalau itu dulu. Dulu aku berniat seperti itu. Dan
sekarang, aku ingin memulai semuanya bersamamu. Aku benar- benar mencintaimu
sekarang, bukan karena Sang In tapi karena Eunra yang selalu setia
mendampingiku bahkan saat aku hanya menganggapmu sebagai pelampiasan. Mianhnae
Ra-ya, jeongmal mianhnae. Aku tak berharap banyak untuk kau memaafkanku tapi
setidaknya hargai kejujuranku ini. Aku benar – benar mencintaimu Ra-ya”
ungkapnya. Air mata Eunra terjatuh di kedua entah sejak kapan, Eunra menarik
nafas dalam – dalam. Masih hening, tak ada yang berbicara. “Sebenarnya dari
dulupun aku menyadari kalau kau tak pernah menyukaiku. Kau hanya menjadikanku
alat untuk membuatnya cemburu hingga kutetap bersabar untuk mencoba
memperhatikan apakah kau akan berubah atau tidak oppa. Aku tak bisa mengelak
kalau hatiku sekarang benar – benar sakit setelah kau mengatakan itu. Tapi akan
semakin sakit kalau kau tak mengatakannya dari awal seperti ini” jawab Eunra.
Kai masih mencoba bersabar dengan menunggu penjelasan selanjutnya dari Eunra.
Eunra yang sepertinya masih tak berniat untuk mengatakan apapun, perlahan dia
mendekatkan bibirnya ke arah Kai dengan sedikit berjinjit. “Aku memaafkanmu.
Aku benar – benar mencintaimu oppa, kita mulai semuanya dari awal” bisiknya
sebelum Eunra memberanikan untuk melumat bibir namja yang sangat dicintainya
itu. Kai tersenyum bahagia dengan membalas ciuman Eunra.
Hari Minggu
ini benar – benar tak akan Sang In lewatkan untuk memejamkan matanya. Beberapa
hari yang lalu bagaikan kiamat bagi dirinya, Sang In harus berlatih keras untuk
melatih suara beserta gerakannya karena 3 bulan lagi saatnya audisi untuk ditrainee
sebagai penyanyi. Bahkan suara ketokan pintu dari luar tak membuat yeoja
berambut pirang itu untuk membuka matanya. Seseorang memasuki kamarnya dengan
berjalan berjinjit, dia tak mau membuat sang empunya rumah terbangun karena
ulah dirinya. Dipandanginya wajah yeoja itu yang membuat hatinya berdesir.
“Kris, apakah
kau mencintaiku?” igau gadis itu. Kris yang berada di hadapannya dibuatnya
kaget oleh igauan Sang In. “Ne, aku mencintaimu Sang In-ah” jawab Kris sedikit
berteriak yang bermaksud membangunkan gadis itu dengan mengarahkan wajahnya
tepat di depan wajah Sang In. Sang In yang tersadar dengan suara seseorang
membuka paksa kedua matanya dan didapatinya sekarang bibir Kris sudah menempel
di bibirnya.
“Yak Kris,
apa yang kau lakukan?” teriakku sambil mendorong tubuhnya kuat – kuat. Dan
doronganku berhasil membuat tubuhnya menjauh dariku. “Apa yang kau lakukan
disini?” nadaku masih terdengar sedikit keras. Dia hanya terkekeh geli dengan
tingkahku.
“Anio, aku
ingin mengajakku ke suatu tempat. Kajja, segeralah mandi. Aku akan menunggumu
disini”.
“Shireo, ku
tak boleh menunggu disini. Keluar dari kamarku sekarang juga” ujarku sambil
menarik tangannya agar keluar dari kamarku. Aku menghela nafas kesal karena
ulah Kris yang menghebohkan pagiku.
@Namsan Tower, 09.00 KST
“Apa yang kau
lakukan dengan mengajakku kemari? Kita bukan..” aku tak melanjutkan kata –
kataku.
“Kita bukan
apa? Bukan pasangan kekasih? Aku tahu, tapi sebentar lagi kita pasti akan
menjadi pasangan kekasih” ujarnya. Aku hanya terdiam mendengar ucapannya.
“Kris-ah, aku
ingin naik kereta gantung. Kajja” ujarku. Tak ada sahutan dari nama yang
kupanggil, kutolehkan kepalaku untuk mencarinya ternyata dia tak ada di
dekatku. Aku memutar badanku sekedar untuk melihatnya mungkin dia di belakang,
namun hasilnya nihil. Seorang anak kecil menarik ujung bajuku, “Unnie, kajja
ikut aku” ajaknya. “Yak, siapa kau? Kau mengajakku kemana?” pertanyaanku tak
dihiraukan olehnya.
“Unnie, lihat
itu” tunjuknya ke satu arah. Kudongakkan kepalaku ke sana, kulihat susunan
beberapa kotak yang terbuat dari kertas itu membuatku sedikit terhenyak. Entah
sejak kapan Kris melakukan itu semua karena sekarang telah berdiri Kris di
samping kotak – kotak itu yang bertuliskan “Maukah kau menjadi pacarku?”. Dia
menghampiriku yang mulai tersipu malu karena tingkah lakunya.
“Eotthokae?”
tanyanya dengan wajah serius.
Aku terdiam
beberapa saat untuk memikirkan jawaban apa yang tepat untuk menjawab
pertanyaanya. “Aku akan menjawab pertanyaanmu setelah kau melakukan beberapa
keinginanku” ucapku dengan seringaian licik dariku.
“Aku sudah
menduga akan begini. Baiklah, apa yang kau inginkan?” desahnya.
“Pertama,
bawakan aku minuman kesukaanku. Kalau kau benar – benar menyukaiku kau pasti
tahu. Kedua, belikan aku GyeRanBang. Kemudian terakhir,
kau harus menemuiku di suatu tempat yang harus kau cari sendiri. Eotte?”
sepertinya sifat jahilku berlebihan sekarang.
“Yak yak,
bagaimana bisa di tempat ini GyeRanBang?” teriaknya.
“Di tempat
ini banyak disediakan makanan itu. Yang harus kau takutkan adalah bagaimana kau
tahu minuman kesukaanku dan tempat untuk menemukanku. Cepat berangkat Kris-ah”
jawabku. Kris tersenyum lebar seraya meninggalkan Sang In. Sedangkan yeoja itu
sekarang tengah sibuk mencari tempat untuk bersembunyi.
Satu jam kemudian..
“Terlalu
mudah untuk mencarimu Sang In-ah” ujar seseorang dari belakangku.
“Kau, kau
bagaimana tahu tempatku bersembunyi?” tanyaku kaget.
“Mudah,
dengan GPS” jawabnya dengan ekspresi menang. ‘Pabo, pantas saja dia cepat
menemukanmu. Kau benar – benar bodoh Song Sang In’ batinku berteriak.
“Baik,
sekarang bawakan 2 barang itu” pintaku.
Kris
mengeluarkan barang yang sudah dibelinya dengan tatapan penuh percaya diri. Dan
aku harus terperanjak entah keberapa kalinya karena banana milk dan GyeRanBang berada di hadapanku sekarang.
“Bagaimana
kau bisa tahu minuman kesukaanku?” tanyaku.
“Terlalu
mudah, aku mencari nomor Eunra dan menanyakan tentang hal itu” jawabnya. ‘Eunra,
aku tak memikirkan Eunra’ lagi –
lagi aku meruntuki diriku sendiri. “Arraseo, kau menang” ujarku sambil
meninggalkannya sendiri dan mengambil banana milk serta GyeRanBangku.
“Song Sang
In, kau berjanji untuk mengatakannya padaku setelah aku melakukan ketiga hal
itu” teriaknya.
“Aku mengubah
pikiranku Kris-ah” jawabku sambil menyesap banana milk-ku.
“Baiklah,
kalau kau tak mau menjawabnya aku akan mengambil kembali banana milk yang telah
kau minum” sahutnya sambil membalikkan tubuhku untuk menghadap dirinya.
Sebelum aku
menjawab perkataannya, dia sudah membungkam mulutku dengan lumatan yang
diberikan oleh bibirnya. “Kau tak bisa menolak ciumanku bukan?” tanyanya saat
menjauhkan bibirnya dariku. Aku tak menjawab pertanyaanya karena yang kulakukan
sekarang adalah membawa bibirnya untuk mencium bibirku lagi hingga aku
memberanikan diri untuk membuka mulutku agar ciuman kami semakin dalam.
Terbukti dari lidah kami yang beradu di dalamnya dan saling menukar saliva. Aku
yang mengakhiri ciuman kami karena aku tak menuruti nafsuku yang ingin meminta
lebih dari Kris. Kris hanya tersenyum sambil mencium keningku.
0 komentar:
Posting Komentar