Part 5
Title
: Secret Admirer
Author :
Song Sang In
FB
: Vini Happy Ajeng
Blog : exofansindo.blogspot.com
Cast
: Song Sang In, Wu Yifan, Kim Jong In
Cameo : Choi Eunra
Length
:
Series
Gendre
:
Romance, School life
Rated : PG-17
Cover by : ByunRa93
Backsound : Black
Pearl – EXO
“Sang
In-ssi, kau tak ingin makan? Kau tak lapar?” tanyanya.
“Ini
baru saja aku mau menuju ke sana”.
“Aku
juga sudah lapar. Bagaimana kalau kita makan bersama sekarang?”.
“Kajja,
kita makan” timpalku.
Suasana
restoran dengan dekorasinya yang dikemas sederhana namun tetap tak meninggalkan
kesan cantik dan elegan itu membuatku sangat menikmati makan malam ini bersama
Kris. Makanan Indonesia yang masih terasa asing di lidahku sehingga membuatku
hanya mengambil salad dan sekaleng bir tanpa alkohol itu.
“Kau
masih belum dewasa jadi kau tak boleh meminum ini” ujar Kai seraya mengganti
kaleng birku dengan segelas green tea.
Aku
hanya mengerucutkan bibirku kesal yang tentu saja tak dihiraukan olehnya.
Bagaimana mungkin, seorang namja ynag baru kukenal berani melakukan itu? Bahkan
Kai oppa yang sudah mengenalku belasan tahun tak akan berani mengusik kemauanku
dan anehnya lagi, aku sanggup menuruti akan perkataan dan larangannya.
Aku
melanjutkan perbincangan kami yang sempat terputus sore tadi hingga membuat
kami lupa waktu. “Sang In-ssi, kau tak ingin istirahat? Bukankah esok waktunya
kau untuk berlatih?” tanyanya. “Ne, kajja kita kembali ke kamar. Kita harus
mengumpulkan tenaga untuk esok supaya dapat berlatih” jawabku. Tak lupa aku
memesan beberapa makanan untuk namja yang tengah tertidur pulas di kamarku,
tentu saja aku melakukan hal ini tanpa sepengetahuan Kris.
“Yak
yak yak, teganya kau mengurungku disini. Bagaimana bisa kau meninggalkanku di
kamar sendiri? Eoh?” teriak Kai setelah terbangun dan melihatku keluar dari
kamar mandi.
“Oppa,
jangan berteriak macam ini” ujarku sambil berlari ke arahnya dengan menutup mulutnya
menggunakan kedua tanganku. “Kau ingin membuat semua orang tahu kalau di dalam
kamar yeoja terdapat seorang namja? Eoh? Aku tak bermaksud untuk mengurungmu di
kamar hanya saja aku tak tega untuk membangunkanmu karena sepertinya kau
terlihat lelah. Aku sudah memesankan makanan untukmu, tunggulah. Sebentar lagi akan
datang, mandilah terlebih dahulu. Aku sudah menyiapkan air panas untukmu”
jelasku setelah dia berjanji tak akan berteriak lagi.
“Arraseo,
siapkan juga baju yang akan kupakai nanti setelah mandi. Sepertinya kau sudah
pantas menjadi istriku Nona Song Sang In”. Aku hanya berdehem keras pada Kai
oppa yang langsung membawa dirinya masuk ke dalam kamar mandi.
Tak
beberapa lama dia sudah keluar dari kamar mandi yang hanya menggunakan sehelai
handuk untuk menutupi sebagian tubuhnya. “Yak Kim Jong In, kau benar – benar
namja yadong. Bagaimana bisa kau keluar dari kamar mandi hanya seperti itu?”
ujarku sambil menutup mataku setelah mataku puas melihat tubuhnya yang
bertelanjang dada serta memperlihatkan dadanya yang bidang itu. Dia hanya
tertawa geli ketika melihatku menutup mata seperti itu. “Sang In-ah, kau belum
menyiapkan baju untuk suamimu? Haruskah aku memakai bajuku di depanmu?”
ujarnya. Menggodaku adalah hal yang dijadikan hobi wajib untuknya. “Berhentilah
mengatakan hal – hal gila seperti ini. Cepat pakai bajumu atau aku akan
mengusirmu keluar” jawabku lagi. Belum sempat dia menjawab perkataanku,
terdengar suara ketukan yang berasal dari arah pintu kamarku. Aku menyuruh oppa
untuk segera masuk ke kamar mandi, dan ternyata makanan pesananku sudah datang.
Oppa
tengah melahap makanan yang kupesan ketika aku mengambil selimut yang tersimpan
di lemari. “Apa yang kau lakukan?” tanya Kai oppa di sela – sela makannya.
“Kita
tak mungkin untuk tidur berdua di atas kasur oppa. Maka dari itu, aku
memutuskan untuk tidur di sofa dan oppa tidur di kasur” jelasku.
“Kenapa
kau melakukan itu? Tidurlah bersamaku di kasur. Percayalah padaku, tak akan
terjadi apa – apa dengan kita. Lagipula aku hanya menganggapmu sebagai
yeo-dongsaengku bukan?” tanyanya.
Aku
berdiam diri beberapa saat hingga akhirnya aku menerima ajakannya tidur dalam
satu kasur. Aku memintanya mendongengkan beberapa cerita untukku hingga
membuatku terlelap. Kai menghentikan ceritanya ketika dia yakin kalau Song Sang
In sudah tertidur. Dia membetulkan selimut yang membungkus tubuh yeoja yang
saat ini tengah memenuhi isi kepalanya tanpa ada tempat yang kosong itu.
Sepertinya Kai berniat untuk mencium yeoja itu namun keraguan muncul dari dalam
hatinya hingga dia memberanikan diri untuk mengecup bibir yeoja itu sekilas.
Sedangkan Sang In hanya menggeliat kecil dalam tidurnya. Kai beranjak turun
dari kasur dan bermaksud untuk berpindah tidur di sofa, membiarkan Sang In
menikmati malam indahnya di kasur itu sendiri.
Kukira
hubungan pertemananku dengan Kris akan berakhir setelah kami berpisah di Bali
tapi nyatanyanya hubungan kami semakin baik. Kami sering bertemu di luar jam
sekolah atau bahkan Kris sudah mulai mengantarjemputku ke sekolah. Seperti hari
ini, dia yang mengajakku makan malam di restoran mewah tempat biasa dia makan.
“Selamat
sore, pesanan meja atas nama siapa?” tanya seorang pelayan laki – laki
kepadaku.
“Wu
Yifang” jawabku singkat. Pelayan itu mengantarkanku ke meja yang telah dipesan
oleh Kris. Kulirik jam tanganku, ‘Seharusnya
dia sudah datang’ batinku.
Kuarahkan
kedua mataku menuju panggung di depan yang tak seberapa luas, kulihat seorang
namja yang sepertinya aku mengenalnya hingga kupicingkan mataku dan meyakinkan
diriku bahwa seorang namja bernama Kris itu tengah berada di atas panggung.
“Josonghamnida,
saya mengganggu sebentar waktu anda. Saya Kris, saya berada di tengah panggung
ini untuk menyanyikan sebuah lagu yang akan kupersembahkan untuk mengucapkan
terimakasih kepada seorang yeoja yang sudah menerima ajakan makan malam saya
disini. Song Sang In, kemarilah” ucapnya sambil menganggukkan kepala yang
mengisyaratkan untuk memintaku maju ke depan. Semua orang yang ada disini
tengah memandangku karena lampu sorot jelas – jelas tengah menyorotku sekarang.
Seseorang berpakaian jas lengkap tengah berada di depanku meminta untukku
menuju tempat Kris sekarang dan mau tak mau aku melangkahkan kakiku menuju panggung
itu.
Setibaku
disana, namja yang berpakaian setelan jas berwarna putih dengan dasi kupu – kupunya yang terlihat sangat cocok melekat
di tubuhnya itu memberikan sebuket bunga Cherry Blossom, bunga kesukaan.
“Duduklah di sampingku, dengarkan lagu ini” bisiknya dengan nada meminta,
bisikannya berdesir – desir di telinga kiriku membuat darahku naik secara
drastis. Hatiku yang terasa ingin meloncat dari tempatnya seperti sedang
merasakan perasaan bahagia yang tengah membuncah – buncah. Kuperhatikan namja
itu yang sedang menekan tuts piano dengan sangat lihai dan mulai menyanyikan
sebuah lagu.
She's my black pearl
Dia mutiara hitamku
She's my black pearl
Dia mutiara hitamku
지도는 필요 없어 내 맘이 널 가리켜
(Jidoneun phiryo eobseo nae mami neol garikhyeo)
Dia mutiara hitamku. Aku tidak membutuhkan peta, hatiku menuntunku menggapaimu
갈 길이 험난해도 이쯤에서 그렇겐 못한다
(Gal giri heomnanhaedo ijjeumeseo geureohken mothanda)
Meskipun langkah yang kutempuh berbahaya, aku tidak bisa berhenti sekarang
(Gal giri heomnanhaedo ijjeumeseo geureohken mothanda)
Meskipun langkah yang kutempuh berbahaya, aku tidak bisa berhenti sekarang
한 시도 떨어져 잊어본 적이 없는데
(Han sido tteoreojyeo ijeobon jeogi eobneunde)
Aku bahkan tidak bisa melupakan setiap waktu yang berlalu
Aku bahkan tidak bisa melupakan setiap waktu yang berlalu
저 멀리 수평선 끝에 너의 모습을 볼 수 있다면
(Jeo meolli supheongseon kkeuthi neoui moseubeul bol su itdamyeon)
(Jeo meolli supheongseon kkeuthi neoui moseubeul bol su itdamyeon)
Andai saja aku dapat melihatmu di akhir
cakrawala yang jauh
* 난 돛을 올려 끝까지 바람에 날 싣고
oh
(Nan deucheul ullyeo kkeutkkaji barame nal sitgo oh)
Berlayar mengendarai angin,kubentangkan layar ini
거칠어진 수면의 요동을 재워
(Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo)
Berusaha memejamkan mata ini, meski permukaan air terus bergetar
(Nan deucheul ullyeo kkeutkkaji barame nal sitgo oh)
Berlayar mengendarai angin,kubentangkan layar ini
거칠어진 수면의 요동을 재워
(Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo)
Berusaha memejamkan mata ini, meski permukaan air terus bergetar
** 어둠 속에 핀 꽃,
바다 위에 뜬 달, 비밀 같은 그 곳,
my beautiful black pearl
(Eodum soge phin kkot, bada wie tteun dal bimil gatheun geu got my beautiful black pearl)
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah
(Eodum soge phin kkot, bada wie tteun dal bimil gatheun geu got my beautiful black pearl)
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah
어둠 속에 핀 꽃, 바다 위에 뜬 달,
비밀 같은 그 곳, my beautiful black pearl
(Eodum soge phin kkot, bada wie tteun dal bimil
gatheun geu got my beautiful black pearl)
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah
실재하긴 하는 건지 현실과는 동떨어진
(Siljaehagin haneun geonji hyeonsilgwaneun dongtteoreojin)
Apakah kau benar – benar nyata? Kau begitu jauh dari kenyataan
(Siljaehagin haneun geonji hyeonsilgwaneun dongtteoreojin)
Apakah kau benar – benar nyata? Kau begitu jauh dari kenyataan
꿈과 이상 속을 헤매고 있나
(Kkumgwa isang goseul hemaego inna)
Atau kah aku yang terjebak antara mimpi dan kenyataan?
신화 속에 살 것만 같은 oh, 나의 여신아
(Sinhwa soge sal geotman gatheun oh naui yeosina)
Seorang dewi, kau terlihat seperti sebuah legenda
시간을 헤치고 널 찾아가
Atau kah aku yang terjebak antara mimpi dan kenyataan?
신화 속에 살 것만 같은 oh, 나의 여신아
(Sinhwa soge sal geotman gatheun oh naui yeosina)
Seorang dewi, kau terlihat seperti sebuah legenda
시간을 헤치고 널 찾아가
(Siganeul hechigo neol chajaga)
Akan ku lawan waktu dan menghampirimu
영원한 것들은 믿어본 적이 없는데
(Yeongwonhan geotdeureun mideobon jeogi eobneunde)
Tidak pernah kupercayai sesuatu yang abadi
그토록 간절하게 나 바라왔던 널 닿게 된다면
(Geuthorok ganjeolhage na barawatdeon neol dahke dwaendamyeon)
영원한 것들은 믿어본 적이 없는데
(Yeongwonhan geotdeureun mideobon jeogi eobneunde)
Tidak pernah kupercayai sesuatu yang abadi
그토록 간절하게 나 바라왔던 널 닿게 된다면
(Geuthorok ganjeolhage na barawatdeon neol dahke dwaendamyeon)
Tapi saat aku menggapaimu, kaulah yang benar –
benar aku inginkan
* 난 돛을 올려 끝까지 바람에 날 싣고
oh
(Nan deucheul ullyeo kkeutkkaji barame nal sitgo oh)
Berlayar mengendarai angin, kubentangkan layar ini
(Nan deucheul ullyeo kkeutkkaji barame nal sitgo oh)
Berlayar mengendarai angin, kubentangkan layar ini
거칠어진 수면의 요동을 재워
(Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo)
Berusaha memejamkan mata ini, meski permukaan air terus bergetar
(Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo)
Berusaha memejamkan mata ini, meski permukaan air terus bergetar
** 어둠 속에 핀 꽃,
바다 위에 뜬 달, 비밀 같은 그 곳,
my beautiful black pearl
(Eodum soge phin kkot, bada wie tteun dal bimil
gatheun geu got my beautiful black pearl)
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas
laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah
어둠 속에 핀 꽃, 바다 위에 뜬 달,
비밀 같은 그 곳, my beautiful black pearl
(Eodum soge phin kkot, bada wie tteun dal bimil
gatheun geu got my beautiful black pearl)
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah
폭풍이 몰아치는 아찔한 순간에도
(Phukphungi morachineun ajjilhan sunganedo)
Meskipun bahaya datang, saat badai menerpa
뱃머릴 돌리지마 항해를 멈추지마
(Baetmeoril sollijima hanghaereul meomchujima)
Aku tidak akan pernah menepikan perahu ini, takan berhenti berlayar
(Phukphungi morachineun ajjilhan sunganedo)
Meskipun bahaya datang, saat badai menerpa
뱃머릴 돌리지마 항해를 멈추지마
(Baetmeoril sollijima hanghaereul meomchujima)
Aku tidak akan pernah menepikan perahu ini, takan berhenti berlayar
이 정도에 겁을 먹고 물러날 줄 알았다면 시작조차 하지 않았다
(I jeongdoe gabeul meokgo mulleonal jul aratdamyeon
sijakjocha haji anhatda)
Ini bahkan belum permulaan, jika aku merasa
takut dan melarikan diri
너를 감춰놓은 바다의 장난엔 기꺼이 내가 맞서준다
(Neoreul gamchwonoheun badaui jangnanen gikkeoi naega matseojunda)
(Neoreul gamchwonoheun badaui jangnanen gikkeoi naega matseojunda)
Aku akan menaklukan laut dan melindungimu
거칠어진 수면의 요동을 재워 x3
(Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo x3)
Terlelap dalam deburan ombak (x3)
She's my black pearl oh- She is my black pearl
Mutiara hitam kau mutiara hitamku
난 하늘에 뜬 태양과 다섯 개의 대양 oh
(Nan haneure tteun thaeyanggwa daseot gaeui daeyang oh)
(Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo x3)
Terlelap dalam deburan ombak (x3)
She's my black pearl oh- She is my black pearl
Mutiara hitam kau mutiara hitamku
난 하늘에 뜬 태양과 다섯 개의 대양 oh
(Nan haneure tteun thaeyanggwa daseot gaeui daeyang oh)
Matahari yang bersinar dan lima samudra
찬란하게 빛나는 그녀를 향해
(Challanhage bitnaneun geunyeoreul hyanghae)
Berujung padanya, yang bersinar begitu terang
짙은 안개 속에 높은 파도 위에 흐릿하게 비친 my beautiful black pearl
찬란하게 빛나는 그녀를 향해
(Challanhage bitnaneun geunyeoreul hyanghae)
Berujung padanya, yang bersinar begitu terang
짙은 안개 속에 높은 파도 위에 흐릿하게 비친 my beautiful black pearl
(ho- oh- my beautiful black pearl yeah)
(Jitheun angae soge nopheun phado wie heurithage bichin my beautiful black pearl
(ho- oh- my beautiful black pearl yeah))
(Jitheun angae soge nopheun phado wie heurithage bichin my beautiful black pearl
(ho- oh- my beautiful black pearl yeah))
Dalam tebalnya kabut, diatas gelombang samudra,
samar – samar aku bersinar, (kaulah mutiara terindah)
깊은 침묵 속에 슬픈 선율 위에 희미하게 들린 my beautiful black pearl
깊은 침묵 속에 슬픈 선율 위에 희미하게 들린 my beautiful black pearl
(ho- hey she’s my beautiful beautiful black
pearl)
(Gipheun chimmok soge seupheun seonyul wie hwimihage deullin my beautiful black pearl
(ho- hey she’s my beautiful beautiful black pearl))
Dalam keheningan yang mendalam, diatas puncak melodi kesedihan, samar aku mendengarmu,
(kaulah mutiara terindah)
(Gipheun chimmok soge seupheun seonyul wie hwimihage deullin my beautiful black pearl
(ho- hey she’s my beautiful beautiful black pearl))
Dalam keheningan yang mendalam, diatas puncak melodi kesedihan, samar aku mendengarmu,
(kaulah mutiara terindah)
Tepuk tangan
dari para tamu disini mengakhiri pertunjukan cantiknya terdengar hingga
menyadarkanku yang terbuai akan suara indah namja di sampingku ini. Dia
menolehkan kepalanya dan bertanya, “Bagaimana? Kau suka?”. Aku hanya
menganggukan kepala perlahan karena malu hingga dia menggenggam tanganku untuk
turun dari panggung itu. Semua tamu disini masih mengiringi dengan tepukan
tangan mereka saat kami berjalan melewati para tamu hingga seseorang dari
mereka berkata, “Kalian berdua adalah pasangan kekasih yang sangat cocok. Doaku
selalu bersama kalian”. Aku yang gelagapan ingin menyangkal perkataan nyonya
itu namun dengan segera Kris membungkukkan badan ke arahnya dan kembali duduk
di meja kami.
“Yak yak, apa
yang kau lakukan eoh? Kau benar – benar ingin membuatku malu?” teriakku pelan
dengan menyodorkan tubuhku ke arahnya, aku tak mau menjadi bahan perhatian
mereka lagi karena kehebohanku kali ini.
“Anio, aku
hanya ingin mengungkapkan isi hatiku saja” jawabnya singkat sambil meneguk wine
di depannya. Ekspresi itu muncul lagi di permukaan wajahnya. Aku menyerah
berdebat dengan namja itu karena aku tak akan pernah menang. Kunikmati beberapa
makanan yang telah disiapkan olehnya. Sepulang dari restoran itu kami menuju
sungai Han menikmati pemandangan yang cantik disana, aku membeli sebotol soju
untuk menemani kami di pinggiran sungai Han. Larangan Kris untuk meminum bir
kali ini tak mempan untuk membuatku urung membelinya.
“Kris,
ceritakan tentang orang tuamu. Palli..” ucap Sang In dengan ekpresi yang mulai
mabuk tapi dia masih dapat melihat wajah seorang Kris yang tengah tersenyum
geli melihat Sang In sambil memakaikan jasnya kepada tubuh yeoja yang sedang
mabuk itu.
“Orang tuaku
telah meninggal karena kecelakaan” ujarnya, ekspresinya kembali sedih.
Aku bergeser
untuk duduk lebih dekat dengannya, ”Mianhnae, aku tak tahu kalau orang tuamu
telah meninggal. Aku berjanji, mulai sekarang aku akan selalu menemanimu,
selalu Kris” kata – kataku makin tak terdengar dengan jelas.
Kugerakkan
botol soju itu ke arah mulutku namun dengan sigap Kris mencegahnya, “Jeongmal?
Kau benar – benar akan menemaniku? Kau mengatakan itu pada saat kau mabuk,
nanti saat kau sadar kau pasti lupa akan ucapanmu sendiri” ucapnya. “Kau benar
– benar yeoja pemabuk. Kau sudah mabuk berat seperti ini masih saja ingin
meminum minuman keras ini” lanjutnya sambil menenggak habis isi botol bir ini
hingga tak tersisa.
“Yak yak yak,
Wu Yifang. Kau berani – beraninya meminum minumanku. Kembalikan minumanku, aku
akan menciummu sampai kau mengembalikan minumanku” kuarahkan kedua telapak
tanganku untuk menangkup pipinya yang kelihatan memerah itu. “Kau namja yang
tampan Kris-ah” rancauku makin tak karuan.
“Song Sang
In, apa yang akan kau lakukan? Kau tidak benar – benar akan melakukan hal itu
bukan?” tanyanya was – was.
Aku tak
memperdulikan pertanyaannya dan tetap memajukan wajahku ke arahnya tak main –
main hingga bibirku mulai mengecup bibir merah namja itu, aku memejamkan mata
untuk memulai menikmati ciuman yang kuberikan padanya. “Baiklah, aku akan
memberikan apapun yang kau minta Sang In-ah” ucapnya lirih sesaat setelah
melepaskan ciumanku sekilas. Song Sang In yang sudah tak sadar dengan apa yang
diperbuatnya dan juga yang diucapkan Kris, menarik kepala Kris untuk membuatnya
mencium Kris kembali karena saat ini mereka tengah menikmati ciuman mereka
terlihat dari Kris yang mengusap lembut rambut yeoja yang tengah diciumnya dan
sepertinya yeoja itu tak ingin kalah, Sang In makin memperdalam ciumannya
dengan menekan lebih dalam kepala namja itu ke arah bibirnya.
Kris
mengakhiri ciumannya ketika mengetahui bahwa yeoja yang telah menciumnya itu
sudah tak sadarkan diri akibat pengaruh minuman keras yang sudah diminum oleh
Song Sang In. Kris mencium dahi Sang In sekilas, “Dasar yeoja pabo” ucapnya
sebelum menggendong tubuh mungil Sang In untuk masuk ke mobil dan
mengantarkannya pulang. Di sepanjang jalan menuju rumah Sang In, Kris
menampakkan senyum bahagianya bahkan senyum malu – malunya setiap dia melirik
yeoja yang tengah tertidur pulas berselimut jas Kris di sampingnya itu.
Kicauan
burung dan sinar mentari yang mulai merambat naik tak membuat yeoja itu bangun,
bahkan deringan lagu yang berasal dari ponselnya tak juga membuatnya untuk
membuka mata. Beberapa pelayannya dan juga Lee Hwan ahjushi tak berani dan tak
tega membangunkan yeoja itu tatkala mereka mengingat bagaimana keadaan yeoja
itu pulang dalam keadaan tak sadarkan diri karena minuman keras yang
ditenggaknya. Bahkan ketika mereka riuh menyiapkan pakaian dan juga seketel
minuman hangat yang berguna agar kesehatannya kembali tak urung membuatnya
terbangun sehingga mereka keluar satu per satu dari kamar Sang In.
Beberapa
waktu kemudian..
Aku mulai
menggeliatkan tubuhku dan mengerjapkan mataku yang masih silau dengan sinar
yang mulai masuk di kamarku. Kepalaku terasa berat sekali hingga tak mampu
membawa tubuhku untuk bangun. Kuteriakkan nama Lee Hwan ahjushi untuk meminta
bantuannya untuk membangunkan tubuhku yang terasa sakit ini. Lee Hwan ahjushi
memasuki kamarku dengan terburu – buru.
“Ahjushi,
bantu aku untuk duduk. Kenapa kepalaku terasa berat sekali?” rengekku padanya.
“Semalam nona
pulang larut malam dan dalam keadaan tak sadarkan diri karena mabuk berat.
Seorang namja mengantar nona pulang, tapi saya tidak mengenalnya. Kami benar –
benar khawatir dengan keadaan nona yang tak kunjung sadar bahkan saya sempat
berpikiran untuk menghubungi dokter Joon Myeon untuk memeriksa keadaan nona,
namun beruntung nona sudah sadar. Minumlah ini” ujarnya sambil menyodorkan
segelas maesil cha, tentu saja dengan bantuannya.
Aku menyesap
sedikit isi gelas itu, dan mencoba memikirkan hal – hal yang terjadi semalam.
Lee hwan ahjushi yang tengah mencoba meringankan sakit di kepalaku dengan
memijatnya perlahan hingga aku sadar dengan yang kulakukan semalam. ‘Song
Sang In, kau mencium namja itu. Bagaimana mungkin kau melakukan ini? Eoh? Kau
benar – benar payah. Apa yang akan kau katakan kepadanya karena kejadian itu
dan betapa malunya kau untuk bertemu dengannya. Namja itu benar – benar akan
membunuhmu karena kau ketahuan telah menciumnya dua kali. Kau bukan yeoja
pemabuk yang tangguh Song Sang In’ rengekku dalam hati sambil meruntuki
kebodohanku. “Sebaiknya nona beristirahat dulu, tak usah memikirkan hal – hal
yang tak penting untuk dipikirkan” sepertinya Lee Hwan ahjushi tahu dengan
pikiranku.
Benar kata
ahjushi, aku harus mengistirahtkan kepalaku yang masih terasa sakit, kucari
ponsel di sekitarku dan aku tak menemukan benda kotak itu. “Ini ponsel nona”
ujar Lee Hwan ahjushi sambil menyerahkannya kepadaku. “Ahjushi, kau tak
menghubungi appa dan eomma bukan?” tanyaku ketika aku mengingat kedua orang
tuaku itu, aku tak mau sampai appa dan eomma mengetahui akan hal ini. Aku
yakin, eomma akan langsung terbang kemari setelah mengetahui kabar ini. Lee
Hwan ahjushi hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum lebar kepadaku.
“Gomawo ahjushi, kau benar – benar ahjushiku yang terbaik” kataku.
Kulihat
ponselku yang tertulis beberapa panggilan tak terjawab dan beberapa pesan juga
dari Kris, Eunra, dan Kai oppa. ‘Kris..’ pikirku, segera kualihkan
mataku ke nama Eunra. Yeoja itu tengah khawatir karena aku tak membalas atau
mengangkat teleponnya barang satu kalipun. Kai oppa yang juga berusaha
menghubungiku yang tak sempat kuhiraukan.
Kudengar
suara Eunra berteriak memanggil namaku dengan cepat hingga dia memasuki
kamarku. “Sang In-ah..” teriaknya sekali lagi. Sambil berlari ke arahku serta
memelukku erat seakan – akan aku telah lama pergi meninggalkannya.
“Apa yang kau
lakukan? Lepaskan aku” ujarku sambil berusaha melepaskan pelukannya dari
tubuhku.
“Gwenchana?
Kata Lee Hwan ahjushi kau pulang dalam keadaan mabuk berat dan tak sadarkan
diri? Eoh? Dengan siapa kau keluar? Jawab pertanyaanku” sekarang dia mulai
berani membentakku walaupun aku menyukai Eunra saat dia marah seperti ini.
“Sang In-ah, aku ingin memberitahumu kabar gembira” lanjutnya. Aku mendongakkan
kepalaku bermaksud untuk memintanya menceritakan kabar gembira itu. “Aku dan
Kai oppa sudah berpacaran” ujarnya dengan mata berbinar – binarnya.
“Mwo?”
teriakku yang seketika itu langsung kurasakan kesembuhan dalam tubuhku, aku
langsung mendudukkan tubuhku. “Yak kau yeoja bermarga Choi, jangan bercanda.
Kau benar – benar berpacaran dengan oppa?” tanyaku shock.
Dia
menganggukan kepala secara mantap. “Ne, sepulangnya dari Bali saat menemanimu
disana. Dia mendatangi rumahku dan mengatakannya secara langsung, aku yang
sudah menginginkannya sejak 3 tahun yang lalu tentu saja aku tak akan
melewatkan kesempatan itu” ujarnya. Sepertinya dia sudah lupa akan dirinya yang
membentakku tadi.
“Tunggu
tunggu, ceritakan dari awal dan bagaimana dia mengatakan itu semua kepadamu”
pintaku. Eunra menceritakan semuanya dari awal hingga aku hanya bisa
membelalakkan mata pertanda tak percaya oppa mengungkapkannya pada Eunra.
“Aku akan
menelepon oppa dan memintanya untuk datang kemari menjengukmu chagiya” ujar
Eunra. “Tak perlu” jawabku singkat. Dia menuruti perkataanku dan mengecup
pipiku sekilas sesaat sebelum dia pamit untuk pulang.
Kulirik
ponselku yang tengah berbunyi, tertera nama Kai oppa disana. Aku benar – benar
tak berminat untuk menerima teleponnya sekarang. Ponselku kembali berdering dan
membuat tubuhku mengejang tatkala nama Kris muncul di layar kotak berwarna
putih itu. Aku menimang – nimang pikiranku untuk mengangkat teleponnya atau
tidak hingga aku membiarkan ponselku sampai tak berbunyi lagi.
Aku menuju
ruang makan dan bermaksud untuk mengisi perutku yang sejak semalam belum kuisi.
Terlihat Kai oppa masuk rumahku dengan tergopoh – gopoh ketika aku mulai
memasukkan makanan ke mulutku.
“Sang In-ah,
gwenchana?” tanyanya dengan raut muka khawatirnya. Aku hanya diam mematung di
tempatku. Dia beranjak memelukku yang masih tak mengucapkan sepatah kata
apapun.
“Aku mendapat
telepon dari Ra-ya..” belum sempat dia mengatakan yang ingin dikatakannya, dia
terdiam seakan mengingat sesuatu yang salah. Terdengar mesra ketika oppa
memanggil nama Eunra dengan sebutan Ra-ya. “Mianhnae Sang In-ah, aku tak
mengatakan padamu saat aku mulai berpacaran dengan Ra-ya, eh maksudku Eunra.
Aku berusaha menghubungimu dari semalam hingga pagi ini karena sebenarnya aku
mau mengatakan hal ini padamu” jelasnya.
“Gwenchana,
lanjutkan saja kau memanggilnya Ra-ya, bagiku tak masalah. Yang kupermasalahkan
adalah kau sudah tak menganggapku yeo-dongsaengmu lagi bukan? Bahkan setelah
kau bepacaran dengan sahabatku, kau tak menceritakannya padaku. Setidaknya
ceritakan semua yang terjadi padamu. Aku selalu menceritakan semua tentang yang
kulakukan seharian, yang kualami hari ini padamu walaupun kau tak meminta itu.
Aku tak bermaksud melarangmu untuk berpacaran dengannya atau dengan siapapun
juga yang kau suka, tapi setidaknya ceritakan dulu padaku” ungkapku panjang
lebar sambil menghentikan sendokan makanku. Emosiku naik, bahkan aku tak
memanggilnya dengan panggilan oppa sama sekali.
“Wae? Kau
cemburu pada Eunra karena sekarang aku berpacaran dengannya? Kau menyukaiku
bukan Sang In-ah? Eoh?” tanyanya sambil setengah menyelidiki.
‘degg..’ aku
mendengarkan ucapan yang tak seharusnya kudengar, kucoba tak melihatkan wajah
gusarku. “Katakan Sang In-ah, katakan kalau sebenarnya kau menyukaiku” ucapnya
sekali lagi sambil mengarahkan kedua mataku untuk menatapnya.
Apa yang
sebenarnya dirasakan oleh Sang In? Apakah benar yang telah diucapkan oleh Kai
bahwa sebenarnya Sang In memendam perasaan sejak lama?
0 komentar:
Posting Komentar