• Korewa zombie desuka
We Are One We Are EXO :)

Secret Admirer (Part 5)



Part 5

Title            :  Secret Admirer
Author         :  Song Sang In
FB               :  Vini Happy Ajeng
Blog            :  exofansindo.blogspot.com
Cast             :  Song Sang In, Wu Yifan, Kim Jong In
Cameo         :  Choi Eunra
Length         :  Series
Gendre        :  Romance, School life
Rated        :   PG-17
Cover by    :   ByunRa93
Backsound     :       Black Pearl – EXO

“Sang In-ssi, kau tak ingin makan? Kau tak lapar?” tanyanya.
“Ini baru saja aku mau menuju ke sana”.
“Aku juga sudah lapar. Bagaimana kalau kita makan bersama sekarang?”.
“Kajja, kita makan” timpalku.

Suasana restoran dengan dekorasinya yang dikemas sederhana namun tetap tak meninggalkan kesan cantik dan elegan itu membuatku sangat menikmati makan malam ini bersama Kris. Makanan Indonesia yang masih terasa asing di lidahku sehingga membuatku hanya mengambil salad dan sekaleng bir tanpa alkohol itu.
“Kau masih belum dewasa jadi kau tak boleh meminum ini” ujar Kai seraya mengganti kaleng birku dengan segelas green tea.
Aku hanya mengerucutkan bibirku kesal yang tentu saja tak dihiraukan olehnya. Bagaimana mungkin, seorang namja ynag baru kukenal berani melakukan itu? Bahkan Kai oppa yang sudah mengenalku belasan tahun tak akan berani mengusik kemauanku dan anehnya lagi, aku sanggup menuruti akan perkataan dan larangannya.

Aku melanjutkan perbincangan kami yang sempat terputus sore tadi hingga membuat kami lupa waktu. “Sang In-ssi, kau tak ingin istirahat? Bukankah esok waktunya kau untuk berlatih?” tanyanya. “Ne, kajja kita kembali ke kamar. Kita harus mengumpulkan tenaga untuk esok supaya dapat berlatih” jawabku. Tak lupa aku memesan beberapa makanan untuk namja yang tengah tertidur pulas di kamarku, tentu saja aku melakukan hal ini tanpa sepengetahuan Kris.

“Yak yak yak, teganya kau mengurungku disini. Bagaimana bisa kau meninggalkanku di kamar sendiri? Eoh?” teriak Kai setelah terbangun dan melihatku keluar dari kamar mandi.
“Oppa, jangan berteriak macam ini” ujarku sambil berlari ke arahnya dengan menutup mulutnya menggunakan kedua tanganku. “Kau ingin membuat semua orang tahu kalau di dalam kamar yeoja terdapat seorang namja? Eoh? Aku tak bermaksud untuk mengurungmu di kamar hanya saja aku tak tega untuk membangunkanmu karena sepertinya kau terlihat lelah. Aku sudah memesankan makanan untukmu, tunggulah. Sebentar lagi akan datang, mandilah terlebih dahulu. Aku sudah menyiapkan air panas untukmu” jelasku setelah dia berjanji tak akan berteriak lagi.
“Arraseo, siapkan juga baju yang akan kupakai nanti setelah mandi. Sepertinya kau sudah pantas menjadi istriku Nona Song Sang In”. Aku hanya berdehem keras pada Kai oppa yang langsung membawa dirinya masuk ke dalam kamar mandi.

Tak beberapa lama dia sudah keluar dari kamar mandi yang hanya menggunakan sehelai handuk untuk menutupi sebagian tubuhnya. “Yak Kim Jong In, kau benar – benar namja yadong. Bagaimana bisa kau keluar dari kamar mandi hanya seperti itu?” ujarku sambil menutup mataku setelah mataku puas melihat tubuhnya yang bertelanjang dada serta memperlihatkan dadanya yang bidang itu. Dia hanya tertawa geli ketika melihatku menutup mata seperti itu. “Sang In-ah, kau belum menyiapkan baju untuk suamimu? Haruskah aku memakai bajuku di depanmu?” ujarnya. Menggodaku adalah hal yang dijadikan hobi wajib untuknya. “Berhentilah mengatakan hal – hal gila seperti ini. Cepat pakai bajumu atau aku akan mengusirmu keluar” jawabku lagi. Belum sempat dia menjawab perkataanku, terdengar suara ketukan yang berasal dari arah pintu kamarku. Aku menyuruh oppa untuk segera masuk ke kamar mandi, dan ternyata makanan pesananku sudah datang.

Oppa tengah melahap makanan yang kupesan ketika aku mengambil selimut yang tersimpan di lemari. “Apa yang kau lakukan?” tanya Kai oppa di sela – sela makannya.
“Kita tak mungkin untuk tidur berdua di atas kasur oppa. Maka dari itu, aku memutuskan untuk tidur di sofa dan oppa tidur di kasur” jelasku.
“Kenapa kau melakukan itu? Tidurlah bersamaku di kasur. Percayalah padaku, tak akan terjadi apa – apa dengan kita. Lagipula aku hanya menganggapmu sebagai yeo-dongsaengku bukan?” tanyanya.
Aku berdiam diri beberapa saat hingga akhirnya aku menerima ajakannya tidur dalam satu kasur. Aku memintanya mendongengkan beberapa cerita untukku hingga membuatku terlelap. Kai menghentikan ceritanya ketika dia yakin kalau Song Sang In sudah tertidur. Dia membetulkan selimut yang membungkus tubuh yeoja yang saat ini tengah memenuhi isi kepalanya tanpa ada tempat yang kosong itu. Sepertinya Kai berniat untuk mencium yeoja itu namun keraguan muncul dari dalam hatinya hingga dia memberanikan diri untuk mengecup bibir yeoja itu sekilas. Sedangkan Sang In hanya menggeliat kecil dalam tidurnya. Kai beranjak turun dari kasur dan bermaksud untuk berpindah tidur di sofa, membiarkan Sang In menikmati malam indahnya di kasur itu sendiri.

Kukira hubungan pertemananku dengan Kris akan berakhir setelah kami berpisah di Bali tapi nyatanyanya hubungan kami semakin baik. Kami sering bertemu di luar jam sekolah atau bahkan Kris sudah mulai mengantarjemputku ke sekolah. Seperti hari ini, dia yang mengajakku makan malam di restoran mewah tempat biasa dia makan.

“Selamat sore, pesanan meja atas nama siapa?” tanya seorang pelayan laki – laki kepadaku.
“Wu Yifang” jawabku singkat. Pelayan itu mengantarkanku ke meja yang telah dipesan oleh Kris. Kulirik jam tanganku, ‘Seharusnya dia sudah datang’ batinku.
Kuarahkan kedua mataku menuju panggung di depan yang tak seberapa luas, kulihat seorang namja yang sepertinya aku mengenalnya hingga kupicingkan mataku dan meyakinkan diriku bahwa seorang namja bernama Kris itu tengah berada di atas panggung.
“Josonghamnida, saya mengganggu sebentar waktu anda. Saya Kris, saya berada di tengah panggung ini untuk menyanyikan sebuah lagu yang akan kupersembahkan untuk mengucapkan terimakasih kepada seorang yeoja yang sudah menerima ajakan makan malam saya disini. Song Sang In, kemarilah” ucapnya sambil menganggukkan kepala yang mengisyaratkan untuk memintaku maju ke depan. Semua orang yang ada disini tengah memandangku karena lampu sorot jelas – jelas tengah menyorotku sekarang. Seseorang berpakaian jas lengkap tengah berada di depanku meminta untukku menuju tempat Kris sekarang dan mau tak mau aku melangkahkan kakiku menuju panggung itu.

Setibaku disana, namja yang berpakaian setelan jas berwarna putih dengan dasi kupu  – kupunya yang terlihat sangat cocok melekat di tubuhnya itu memberikan sebuket bunga Cherry Blossom, bunga kesukaan. “Duduklah di sampingku, dengarkan lagu ini” bisiknya dengan nada meminta, bisikannya berdesir – desir di telinga kiriku membuat darahku naik secara drastis. Hatiku yang terasa ingin meloncat dari tempatnya seperti sedang merasakan perasaan bahagia yang tengah membuncah – buncah. Kuperhatikan namja itu yang sedang menekan tuts piano dengan sangat lihai dan mulai menyanyikan sebuah lagu.

She's my black pearl
Dia mutiara hitamku

She's my black pearl
Dia mutiara hitamku

지도는 필요 없어 맘이 가리켜
(Jidoneun phiryo eobseo nae mami neol garikhyeo)
Dia mutiara hitamku. Aku tidak membutuhkan peta, hatiku menuntunku menggapaimu

길이 험난해도 이쯤에서 그렇겐 못한다
(Gal giri heomnanhaedo ijjeumeseo geureohken mothanda)
Meskipun langkah yang kutempuh berbahaya, aku tidak bisa berhenti sekarang


시도 떨어져 잊어본 적이 없는데
(Han sido tteoreojyeo ijeobon jeogi eobneunde)
Aku bahkan tidak bisa melupakan setiap waktu yang berlalu

멀리 수평선 끝에 너의 모습을 있다면
(Jeo meolli supheongseon kkeuthi neoui moseubeul bol su itdamyeon)
Andai saja aku dapat melihatmu di akhir cakrawala yang jauh

* 돛을 올려 끝까지 바람에 싣고 oh
(Nan deucheul ullyeo kkeutkkaji barame nal sitgo oh)
Berlayar mengendarai angin,kubentangkan layar ini
거칠어진 수면의 요동을 재워
(Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo)
Berusaha memejamkan mata ini, meski permukaan air terus bergetar

** 어둠 속에 , 바다 위에 , 비밀 같은 , my beautiful black pearl
(Eodum soge phin kkot, bada wie tteun dal bimil gatheun geu got my beautiful black pearl)
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah

어둠 속에 , 바다 위에 , 비밀 같은 , my beautiful black pearl
(Eodum soge phin kkot, bada wie tteun dal bimil gatheun geu got my beautiful black pearl)
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah

실재하긴 하는 건지 현실과는 동떨어진
(Siljaehagin haneun geonji hyeonsilgwaneun dongtteoreojin)
Apakah kau benar – benar nyata? Kau begitu jauh dari kenyataan

꿈과 이상 속을 헤매고 있나
(Kkumgwa isang goseul hemaego inna)
Atau kah aku yang terjebak antara mimpi dan kenyataan?

신화 속에 것만 같은 oh, 나의 여신아
(Sinhwa soge sal geotman gatheun oh naui yeosina)
Seorang dewi, kau terlihat seperti sebuah legenda

시간을 헤치고 찾아가
(Siganeul hechigo neol chajaga)
Akan ku lawan waktu dan menghampirimu

영원한 것들은 믿어본 적이 없는데
(Yeongwonhan  geotdeureun mideobon jeogi eobneunde)
Tidak pernah kupercayai sesuatu yang abadi

그토록 간절하게 바라왔던 닿게 된다면
(Geuthorok ganjeolhage na barawatdeon neol dahke dwaendamyeon)
Tapi saat aku menggapaimu, kaulah yang benar – benar aku inginkan

* 돛을 올려 끝까지 바람에 싣고 oh
(Nan deucheul ullyeo kkeutkkaji barame nal sitgo oh)
Berlayar mengendarai angin,
kubentangkan layar ini

거칠어진 수면의 요동을 재워
(Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo)
Berusaha memejamkan mata ini, meski permukaan air terus bergetar

** 어둠 속에 , 바다 위에 , 비밀 같은 , my beautiful black pearl
(Eodum soge phin kkot, bada wie tteun dal bimil gatheun geu got my beautiful black pearl)
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah

어둠 속에 , 바다 위에 , 비밀 같은 , my beautiful black pearl
(Eodum soge phin kkot, bada wie tteun dal bimil gatheun geu got my beautiful black pearl)
Bunga mekar dalam kegelapan, bulan muncul diatas laut, seperti tempat rahasia. Mutiara Hitam yang indah

폭풍이 몰아치는 아찔한 순간에도
(Phukphungi morachineun ajjilhan sunganedo)
Meskipun bahaya datang, saat badai menerpa

뱃머릴 돌리지마 항해를 멈추지마
(Baetmeoril sollijima hanghaereul meomchujima)
Aku tidak akan pernah menepikan perahu ini, takan berhenti berlayar
정도에 겁을 먹고 물러날 알았다면 시작조차 하지 않았다
(I jeongdoe gabeul meokgo mulleonal jul aratdamyeon sijakjocha haji anhatda)
Ini bahkan belum permulaan, jika aku merasa takut dan melarikan diri

너를 감춰놓은 바다의 장난엔 기꺼이 내가 맞서준다
(Neoreul gamchwonoheun badaui jangnanen gikkeoi naega matseojunda)
Aku akan menaklukan laut dan melindungimu


거칠어진 수면의 요동을 재워 x3
(Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo x3)
Terlelap dalam deburan ombak (x3)

She's my black pearl oh- She is my black pearl
Mutiara hitam kau mutiara hitamku

하늘에 태양과 다섯 개의 대양 oh
(Nan haneure tteun thaeyanggwa daseot gaeui daeyang oh)
Matahari yang bersinar dan lima samudra

찬란하게 빛나는 그녀를 향해
(Challanhage bitnaneun geunyeoreul hyanghae)
Berujung padanya, yang bersinar begitu terang

짙은 안개 속에 높은 파도 위에 흐릿하게 비친 my beautiful black pearl
(ho- oh- my beautiful black pearl yeah)
(Jitheun angae soge nopheun phado wie heurithage bichin my beautiful black pearl
(ho- oh- my beautiful black pearl yeah))
Dalam tebalnya kabut, diatas gelombang samudra, samar – samar aku bersinar,  (kaulah mutiara terindah)

깊은 침묵 속에 슬픈 선율 위에 희미하게 들린 my beautiful black pearl
(ho- hey she’s my beautiful beautiful black pearl)
(Gipheun chimmok soge seupheun seonyul wie hwimihage deullin my beautiful black pearl
(ho- hey she’s my beautiful beautiful black pearl))
Dalam keheningan yang mendalam, diatas puncak melodi kesedihan, samar aku mendengarmu, 
(kaulah mutiara terindah)

Tepuk tangan dari para tamu disini mengakhiri pertunjukan cantiknya terdengar hingga menyadarkanku yang terbuai akan suara indah namja di sampingku ini. Dia menolehkan kepalanya dan bertanya, “Bagaimana? Kau suka?”. Aku hanya menganggukan kepala perlahan karena malu hingga dia menggenggam tanganku untuk turun dari panggung itu. Semua tamu disini masih mengiringi dengan tepukan tangan mereka saat kami berjalan melewati para tamu hingga seseorang dari mereka berkata, “Kalian berdua adalah pasangan kekasih yang sangat cocok. Doaku selalu bersama kalian”. Aku yang gelagapan ingin menyangkal perkataan nyonya itu namun dengan segera Kris membungkukkan badan ke arahnya dan kembali duduk di meja kami.

“Yak yak, apa yang kau lakukan eoh? Kau benar – benar ingin membuatku malu?” teriakku pelan dengan menyodorkan tubuhku ke arahnya, aku tak mau menjadi bahan perhatian mereka lagi karena kehebohanku kali ini.
“Anio, aku hanya ingin mengungkapkan isi hatiku saja” jawabnya singkat sambil meneguk wine di depannya. Ekspresi itu muncul lagi di permukaan wajahnya. Aku menyerah berdebat dengan namja itu karena aku tak akan pernah menang. Kunikmati beberapa makanan yang telah disiapkan olehnya. Sepulang dari restoran itu kami menuju sungai Han menikmati pemandangan yang cantik disana, aku membeli sebotol soju untuk menemani kami di pinggiran sungai Han. Larangan Kris untuk meminum bir kali ini tak mempan untuk membuatku urung membelinya.
“Kris, ceritakan tentang orang tuamu. Palli..” ucap Sang In dengan ekpresi yang mulai mabuk tapi dia masih dapat melihat wajah seorang Kris yang tengah tersenyum geli melihat Sang In sambil memakaikan jasnya kepada tubuh yeoja yang sedang mabuk itu.
“Orang tuaku telah meninggal karena kecelakaan” ujarnya, ekspresinya kembali sedih.
Aku bergeser untuk duduk lebih dekat dengannya, ”Mianhnae, aku tak tahu kalau orang tuamu telah meninggal. Aku berjanji, mulai sekarang aku akan selalu menemanimu, selalu Kris” kata – kataku makin tak terdengar dengan jelas.
Kugerakkan botol soju itu ke arah mulutku namun dengan sigap Kris mencegahnya, “Jeongmal? Kau benar – benar akan menemaniku? Kau mengatakan itu pada saat kau mabuk, nanti saat kau sadar kau pasti lupa akan ucapanmu sendiri” ucapnya. “Kau benar – benar yeoja pemabuk. Kau sudah mabuk berat seperti ini masih saja ingin meminum minuman keras ini” lanjutnya sambil menenggak habis isi botol bir ini hingga tak tersisa.
“Yak yak yak, Wu Yifang. Kau berani – beraninya meminum minumanku. Kembalikan minumanku, aku akan menciummu sampai kau mengembalikan minumanku” kuarahkan kedua telapak tanganku untuk menangkup pipinya yang kelihatan memerah itu. “Kau namja yang tampan Kris-ah” rancauku makin tak karuan.
“Song Sang In, apa yang akan kau lakukan? Kau tidak benar – benar akan melakukan hal itu bukan?” tanyanya was – was.
Aku tak memperdulikan pertanyaannya dan tetap memajukan wajahku ke arahnya tak main – main hingga bibirku mulai mengecup bibir merah namja itu, aku memejamkan mata untuk memulai menikmati ciuman yang kuberikan padanya. “Baiklah, aku akan memberikan apapun yang kau minta Sang In-ah” ucapnya lirih sesaat setelah melepaskan ciumanku sekilas. Song Sang In yang sudah tak sadar dengan apa yang diperbuatnya dan juga yang diucapkan Kris, menarik kepala Kris untuk membuatnya mencium Kris kembali karena saat ini mereka tengah menikmati ciuman mereka terlihat dari Kris yang mengusap lembut rambut yeoja yang tengah diciumnya dan sepertinya yeoja itu tak ingin kalah, Sang In makin memperdalam ciumannya dengan menekan lebih dalam kepala namja itu ke arah bibirnya.
Kris mengakhiri ciumannya ketika mengetahui bahwa yeoja yang telah menciumnya itu sudah tak sadarkan diri akibat pengaruh minuman keras yang sudah diminum oleh Song Sang In. Kris mencium dahi Sang In sekilas, “Dasar yeoja pabo” ucapnya sebelum menggendong tubuh mungil Sang In untuk masuk ke mobil dan mengantarkannya pulang. Di sepanjang jalan menuju rumah Sang In, Kris menampakkan senyum bahagianya bahkan senyum malu – malunya setiap dia melirik yeoja yang tengah tertidur pulas berselimut jas Kris di sampingnya itu.

Kicauan burung dan sinar mentari yang mulai merambat naik tak membuat yeoja itu bangun, bahkan deringan lagu yang berasal dari ponselnya tak juga membuatnya untuk membuka mata. Beberapa pelayannya dan juga Lee Hwan ahjushi tak berani dan tak tega membangunkan yeoja itu tatkala mereka mengingat bagaimana keadaan yeoja itu pulang dalam keadaan tak sadarkan diri karena minuman keras yang ditenggaknya. Bahkan ketika mereka riuh menyiapkan pakaian dan juga seketel minuman hangat yang berguna agar kesehatannya kembali tak urung membuatnya terbangun sehingga mereka keluar satu per satu dari kamar Sang In.

Beberapa waktu kemudian..
Aku mulai menggeliatkan tubuhku dan mengerjapkan mataku yang masih silau dengan sinar yang mulai masuk di kamarku. Kepalaku terasa berat sekali hingga tak mampu membawa tubuhku untuk bangun. Kuteriakkan nama Lee Hwan ahjushi untuk meminta bantuannya untuk membangunkan tubuhku yang terasa sakit ini. Lee Hwan ahjushi memasuki kamarku dengan terburu – buru.
“Ahjushi, bantu aku untuk duduk. Kenapa kepalaku terasa berat sekali?” rengekku padanya.
“Semalam nona pulang larut malam dan dalam keadaan tak sadarkan diri karena mabuk berat. Seorang namja mengantar nona pulang, tapi saya tidak mengenalnya. Kami benar – benar khawatir dengan keadaan nona yang tak kunjung sadar bahkan saya sempat berpikiran untuk menghubungi dokter Joon Myeon untuk memeriksa keadaan nona, namun beruntung nona sudah sadar. Minumlah ini” ujarnya sambil menyodorkan segelas maesil cha, tentu saja dengan bantuannya.
Aku menyesap sedikit isi gelas itu, dan mencoba memikirkan hal – hal yang terjadi semalam. Lee hwan ahjushi yang tengah mencoba meringankan sakit di kepalaku dengan memijatnya perlahan hingga aku sadar dengan yang kulakukan semalam. ‘Song Sang In, kau mencium namja itu. Bagaimana mungkin kau melakukan ini? Eoh? Kau benar – benar payah. Apa yang akan kau katakan kepadanya karena kejadian itu dan betapa malunya kau untuk bertemu dengannya. Namja itu benar – benar akan membunuhmu karena kau ketahuan telah menciumnya dua kali. Kau bukan yeoja pemabuk yang tangguh Song Sang In’ rengekku dalam hati sambil meruntuki kebodohanku. “Sebaiknya nona beristirahat dulu, tak usah memikirkan hal – hal yang tak penting untuk dipikirkan” sepertinya Lee Hwan ahjushi tahu dengan pikiranku.
Benar kata ahjushi, aku harus mengistirahtkan kepalaku yang masih terasa sakit, kucari ponsel di sekitarku dan aku tak menemukan benda kotak itu. “Ini ponsel nona” ujar Lee Hwan ahjushi sambil menyerahkannya kepadaku. “Ahjushi, kau tak menghubungi appa dan eomma bukan?” tanyaku ketika aku mengingat kedua orang tuaku itu, aku tak mau sampai appa dan eomma mengetahui akan hal ini. Aku yakin, eomma akan langsung terbang kemari setelah mengetahui kabar ini. Lee Hwan ahjushi hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum lebar kepadaku. “Gomawo ahjushi, kau benar – benar ahjushiku yang terbaik” kataku.
Kulihat ponselku yang tertulis beberapa panggilan tak terjawab dan beberapa pesan juga dari Kris, Eunra, dan Kai oppa. ‘Kris..’ pikirku, segera kualihkan mataku ke nama Eunra. Yeoja itu tengah khawatir karena aku tak membalas atau mengangkat teleponnya barang satu kalipun. Kai oppa yang juga berusaha menghubungiku yang tak sempat kuhiraukan.
Kudengar suara Eunra berteriak memanggil namaku dengan cepat hingga dia memasuki kamarku. “Sang In-ah..” teriaknya sekali lagi. Sambil berlari ke arahku serta memelukku erat seakan – akan aku telah lama pergi meninggalkannya.
“Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku” ujarku sambil berusaha melepaskan pelukannya dari tubuhku.
“Gwenchana? Kata Lee Hwan ahjushi kau pulang dalam keadaan mabuk berat dan tak sadarkan diri? Eoh? Dengan siapa kau keluar? Jawab pertanyaanku” sekarang dia mulai berani membentakku walaupun aku menyukai Eunra saat dia marah seperti ini. “Sang In-ah, aku ingin memberitahumu kabar gembira” lanjutnya. Aku mendongakkan kepalaku bermaksud untuk memintanya menceritakan kabar gembira itu. “Aku dan Kai oppa sudah berpacaran” ujarnya dengan mata berbinar – binarnya.
“Mwo?” teriakku yang seketika itu langsung kurasakan kesembuhan dalam tubuhku, aku langsung mendudukkan tubuhku. “Yak kau yeoja bermarga Choi, jangan bercanda. Kau benar – benar berpacaran dengan oppa?” tanyaku shock.
Dia menganggukan kepala secara mantap. “Ne, sepulangnya dari Bali saat menemanimu disana. Dia mendatangi rumahku dan mengatakannya secara langsung, aku yang sudah menginginkannya sejak 3 tahun yang lalu tentu saja aku tak akan melewatkan kesempatan itu” ujarnya. Sepertinya dia sudah lupa akan dirinya yang membentakku tadi.
“Tunggu tunggu, ceritakan dari awal dan bagaimana dia mengatakan itu semua kepadamu” pintaku. Eunra menceritakan semuanya dari awal hingga aku hanya bisa membelalakkan mata pertanda tak percaya oppa mengungkapkannya pada Eunra.
“Aku akan menelepon oppa dan memintanya untuk datang kemari menjengukmu chagiya” ujar Eunra. “Tak perlu” jawabku singkat. Dia menuruti perkataanku dan mengecup pipiku sekilas sesaat sebelum dia pamit untuk pulang.

Kulirik ponselku yang tengah berbunyi, tertera nama Kai oppa disana. Aku benar – benar tak berminat untuk menerima teleponnya sekarang. Ponselku kembali berdering dan membuat tubuhku mengejang tatkala nama Kris muncul di layar kotak berwarna putih itu. Aku menimang – nimang pikiranku untuk mengangkat teleponnya atau tidak hingga aku membiarkan ponselku sampai tak berbunyi lagi.
Aku menuju ruang makan dan bermaksud untuk mengisi perutku yang sejak semalam belum kuisi. Terlihat Kai oppa masuk rumahku dengan tergopoh – gopoh ketika aku mulai memasukkan makanan ke mulutku.
“Sang In-ah, gwenchana?” tanyanya dengan raut muka khawatirnya. Aku hanya diam mematung di tempatku. Dia beranjak memelukku yang masih tak mengucapkan sepatah kata apapun.
“Aku mendapat telepon dari Ra-ya..” belum sempat dia mengatakan yang ingin dikatakannya, dia terdiam seakan mengingat sesuatu yang salah. Terdengar mesra ketika oppa memanggil nama Eunra dengan sebutan Ra-ya. “Mianhnae Sang In-ah, aku tak mengatakan padamu saat aku mulai berpacaran dengan Ra-ya, eh maksudku Eunra. Aku berusaha menghubungimu dari semalam hingga pagi ini karena sebenarnya aku mau mengatakan hal ini padamu” jelasnya.
“Gwenchana, lanjutkan saja kau memanggilnya Ra-ya, bagiku tak masalah. Yang kupermasalahkan adalah kau sudah tak menganggapku yeo-dongsaengmu lagi bukan? Bahkan setelah kau bepacaran dengan sahabatku, kau tak menceritakannya padaku. Setidaknya ceritakan semua yang terjadi padamu. Aku selalu menceritakan semua tentang yang kulakukan seharian, yang kualami hari ini padamu walaupun kau tak meminta itu. Aku tak bermaksud melarangmu untuk berpacaran dengannya atau dengan siapapun juga yang kau suka, tapi setidaknya ceritakan dulu padaku” ungkapku panjang lebar sambil menghentikan sendokan makanku. Emosiku naik, bahkan aku tak memanggilnya dengan panggilan oppa sama sekali.
“Wae? Kau cemburu pada Eunra karena sekarang aku berpacaran dengannya? Kau menyukaiku bukan Sang In-ah? Eoh?” tanyanya sambil setengah menyelidiki.

‘degg..’ aku mendengarkan ucapan yang tak seharusnya kudengar, kucoba tak melihatkan wajah gusarku. “Katakan Sang In-ah, katakan kalau sebenarnya kau menyukaiku” ucapnya sekali lagi sambil mengarahkan kedua mataku untuk menatapnya.

Apa yang sebenarnya dirasakan oleh Sang In? Apakah benar yang telah diucapkan oleh Kai bahwa sebenarnya Sang In memendam perasaan sejak lama?


0 komentar:

Posting Komentar

 

Eucliwood hellscythe Theme | Copyright © 2012 All About EXO, All Rights Reserved. Design by Djogzs, | Johanes djogan