Mianhnae, belum ada cover :D
Part 3
Title : Love Different Belief
Author : Song Sang In
FB : Vini Happy Ajeng
Cast : Song Sang In, Kim Joon Myeon “Suho”
Length : Series
Gendre : Romance, Little Yadong But NC, Little Angst
Rated : NC-21
Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu
semua tidak sengaja.
Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik
yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya
jinak kok jadi ga bakal
gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat
author.
Hargai kerja keras author yang bikin cerita
ini sampe dibantuin begadang
jadi NO
PLAGIAT. Happy
reading ^^
“Ternyata aku mencintainya tanpa syarat dan itu
menyadarkanku kalau perbedaan ini tak berarti apa – apa bagi kita. Asal aku
bersamanya, aku yakin bisa melewati semua ujian Tuhan ini tanpa ada keluhan”
-Kim Joon Myeon-
Previous Part..
Aku sudah siap dan membereskan beberapa barang bawaanku
ketika Suho menghentikan langkahku dengan memegang lenganku. “Tanya saja pada
handphonemu itu apa yang sudah terjadi” jawabku ketus sambil menyingkirkan
tangannya dari lenganku.
Aku segera memanggil taksi dan menelepon bandara. “Aku
memesan tiket ke Incheon malam ini juga. Aku sekarang sedang menuju ke sana.
Gomawo” ujarku. Tak terasa air mata mengalir di sela kedua mataku. Aku merogoh
handphoneku lagi dan mencari nama Byun Ji Young.
Love Different
Belief Part 3..
“Arra, nanti aku menghubungimu lagi. Aku sudah tiba di
bandara. Aku akan segera terbang ke Incheon” jawabku.
“Oh, nanti telepon aku setelah kau tiba di Incheon. Aku
akan menjemputmu. Bye” ujarnya.
Aku benar – benar tak dapat menyembunyikan sedihku. Aku
masih dapat mengingat dengan jelas setiap kata dari pesannya dan yeoja itu. Aku
sudah berada dalam pesawat menuju bandara Incheon. Aku mencoba untuk terlelap
namun sayang pikiranku hanya melayang pada namja itu. Aku merasa aku ini yeoja
pabo yang bisa dipermainkan olehnya.
“Song Sang In” teriak
Ji Young yang melihatku lebih dulu. Dia berlari ke arahku dan memelukku erat.
“Sudahlah tak apa. Ini lebih baik kautahu semuanya dari awal daripada kau tahu
nanti di belakang. Arraseo? Kau sudah makan? Kajja kita makan dulu” ajak Ji
Young.
Dia sudah mengantarku ke apartemen. “Apa aku perlu
mengantarmu sampai kamar?” tawarnya.
“Anio, tak perlu. Gomawo Ji Young-ah, kau sudah
mendengarkan ceritaku bahkan kau antar jemput aku” jawabku.
“Tak usah kau pikirkan. Kita sahabat, jadi perlu saling
membantu” ujarnya.
“Ne. Jangan kau ceritakan pada Hyun Joo tentang hal ini.
Jebal.. Aku tak mau dia khawatir dan terlalu nekat untuk masuk ke dalam
apartemenku” pintaku.
Aku segera mandi untuk melepaskan penat di tubuhku.
Setelah aku mandi, aku melihat handphoneku. 16 panggilan tak terjawab dan itu
dari Suho. Aku segera melepas baterai handphoneku dan beranjak ke ranjang. Aku
masih sempat menangis hingga tak terasa aku terlelap.
Pagi harinya, aku merasakan tak enak badan. ‘Sepertinya aku terkena demam’ gumamku.
Aku berdiri bermaksud untuk mengambil pengukur suhu badan yang kusimpan di laci
nakas di seberang sana. Dan betapa kagetnya ketika aku bercermin, mendapati
kedua mataku telah membengkak dan mungkin ini disebabkan karena aku terlalu
banyak menangis. Aku memasukkan pengukur suhu tubuh ke dalam mulutku dan
tertera angka yang tak biasa bagi tubuh bersuhu normal dan benar saja aku
sedang demam. Aku menuangkan susu putih ke dalam gelas dan menenggaknya. Aku
memasangkan kembali baterai ke dalam handphone. Semenit kemudian, handphoneku
berdering. Aku was- was, khawatir kalau namja itu yang menghubungiku. Dan
kulihat layarnya, ternyata eomma yang meneleponku.
“Yoboseo..” kata eommaku.
“Yoboseo emma” jawabku.
“Chagiya, kau sakit? Suaramu terdengar seperti sedang
sakit” tanya eomma.
“Ne eomma, aku sedang sedikit demam” ujarku.
“Mwo? Kau demam nak? Semalam handphonemu tak dapat
dihubungi” balas eomma.
“Baterai handphoneku habis eomma” jawabku berbohong.
“Baiklah kalau begitu, eomma akan segera ke sana
sekarang. Istirahatlah sambil menunggu eomma datang” ujar eommaku.
Beberapa hari kemudian..
Di tengah kesibukanku mengerjakan tugas kuliah,
handphoneku yang terletak di atas meja rias yang tak jauh dari meja belajarku
tengah berdering. Aku meraihnya, dan “Yoboseo..” ujarku.
“Yoboseo..” jawab namja itu, Suho. Ya itu memang telepon
darinya.
“Ijinkan aku berbicara 10 menit saja setelah itu terserah
apa yang akan kau perbuat” lanjutnya. Aku hanya diam saja.
“Awalnya memang orang tuaku tak menyetujuiku untuk
bersama dengan yeoja yang berbeda agama, tapi aku ingin kau tahu bagaimana
perasaanku ketika pertama bertemu denganmu. Aku tak memikirkan apapun selain
perasaanku padamu. Mengertilah Sang In bahwa aku benar – benar menyukaimu. Tak
bisakah kau rasakan bagaimana semua ini terjadi tanpa kita sadari? Ini rencana
Tuhan untuk kita” jelasnya. Aku masih diam saja dan tak berniat untuk angkat
bicara.
“Song Sang In, bicaralah. Kalau kau hanya diam saja, aku
tak tahu harus berbuat apa agar kau percaya padaku. Maukah kau kembali menjadi
pacarku? Kita lupakan tentang kemarin dan kita tata kembali hubungan kita”
katanya.
Aku hanya berdiam diri dan mulai berpikir serta mencerna
setiap perkataan yang keluar dari mulutnya. Dia menungguku berbicara dengan
sabar. Aku memejamkan mata sejenak sebelum aku mengutarakan ini. “Baik, aku akan memberimu kesempatan lagi.
Tapi ingat, aku tak ingin hal yang seperti kemarin terjadi lagi” ujarku.
“Chagiya, aku mengajakmu untuk ke rumahku. Bermalam
disana, eothokkae?” pesan darinya.
Aku benar – benar harus memikirkan hal ini kembali. Aku
masih ingat bagaimana perlakuan eommanya tempo hari saat aku berunjung ke
rumahnya. ‘Mungkin aku harus melepas
kerudungku. Mungkin saja dengan begitu mereka akan menerima keberadaanku’ batinku.
Seperti mendapat pencerahan gila seperti ini, senyumku mengembang. Inilah
kegilaan yang aku lakukan selanjutnya walaupun tanpa sadar maupun secara sadar,
aku melepas kerudungku hanya untuk membuat aku diterima di dalam keluarga Suho.
Dan jelas, ini membuat penampilanku akan berubah 180°.
@Cheondamdong Home
Site, 09.30 KST
Kami tiba tepat di depan pagar rumahnya. Badanku bergidik
ngeri ketika melintas di otakku kejadian waktu itu. Namun kali ini aku berpenampilan jelas –
jelas berbeda dan keluar dari bagaimana seharusnya aku berpakaian. Tak berkerudung,
menggunakan celana di atas lutut dan atasan yang bisa dibilang ‘terbuka’.
“Eomma, aku pulang” teriak Suho ketika sudah berada dalam
rumahnya.
Eommanya datang dari satu ruangan di sebelah kananku.
“Song Sang In, selamat datang. Pasti kau lelah datang jauh – jauh. Eoh?” ujar
eomma Suho padaku. Aku yang kaget dan tak sempat mengeluarkan satu patah kata
pun hanya bisa diam. ‘Benar – benar
sambutan yang berbeda’ batinku.
“Kemari duduklah. Eomma buatkan minuman dulu untukmu. Kau
pasti lelah” kata eommanya lagi sambil membawaku ke sofa di ruang tamunya. “Oh,
gomawo eomma” akhirnya aku bisa membalas perkataannya. Tak berapa lama eommanya
kembali membawa nampan berisi 2 gelas dan sepiring kudapan kecil untuk kami.
“Eomma, aku berniat mengajak Sang In untuk menginap disini” ujar Suho tiba –
tiba datang entah dari sudut mana yang langsung duduk merangkul pundakku.
“Arraseo, eomma akan menyiapkan kamar untuknya. Sang In, anggaplah rumah
sendiri. Eomma tinggal sebentar ya” katanya.
“Bagaimana? Perasaanmu masih tak karuan?” ujarnya sambil
merapatkan tubuhnya ke arahku. “Suho, ini terlalu dekat. Bagaimana kalau nanti
eommamu atau siapapun melihat? Eoh?” jawabku. “Arra, kalau kau takut ketahuan,
kita ke kamarku” ajaknya sambil menarik tanganku. ‘Sepertinya kau salah bicara Nona Song Sang In’ ujarku dalam hati, meruntuki kebodohanku.
Dia membawaku ke sebuah kamar yang semuanya serba ungu.
Cat kamarnya, bed cover, bahkan segala pernak – perniknya pun berwarna ungu.
“Sepertinya kau mempunyai kesamaan kesukaan denganku. Kau menyukai warna ungu
Tuan Kim Joon Myeon?” tanyaku sambil melihat aksesoris mobil mainan yang
berwarna ungu itu.
Tak ada sahutan dari pemilik kamar ini, saat aku memutar kepala
yang bermaksud untuk mencarinya namun sebuah tangan menarikku dan membuatku
terjatuh di atas kasur. Dan tak lain Suho sudah berada di sampingku. “Bogoshipo
Song Sang In. Bagaimana bisa kau tega tak menghubungiku bahkan di kampus pun
kau sama sekali tak berniat menyapaku? Eoh?” rengeknya sambil memeluk
pinggangku erat sekali dan menyandarkan kepalanya di dadaku. “Yak Joon Myeon,
lepaskan. Aku benar – benar tak bisa bernafas karena ulahmu ini. Hentikan,
bagaimana kalau nanti eommamu masuk ke kamar ini? Aku yakin eommamu pasti akan
berteriak histeris ketika melihat posisi kita yang bisa dibilang sangat sangat
terlalu dekat ini. Sedikit menjauhlah dariku” teriakku. Usahaku mendorong
tubuhnya menjauh dariku sia – sia. Malah sekarang posisinya sudah berada di
atasku. Aku benar – benar dalam keadaan terhimpit sekarang. “Kau berhutang
puluhan ciuman kepadaku. Oleh karena itu, sekarang saatnya kau untuk
membayarnya” ujarnya. Aku yang belum sempat membela diri namun dia sudah
membungkam bibirku dengan menempelnya bibir namja tampan ini lekat – lekat di
bibirku. Menurutku ini bukan hanya menempelkan saja, tapi juga mengulum bahkan
tak sekali dia menggigit bibir bagian bawahku dan itu membuat aku mau tak mau
membuka sedikit bibirku. Ini membuatnya gila, rasanya dia tak ingin melepaskan
bibirnya dariku dan masih ingin menikmatinya. “Aku tak akan berhenti menciummu
sampai kau membalas ciumanku” ujarnya sesaat menjauhkan bibirnya dari bibirku.
Dan dengan terpaksa lagi aku harus melakukannya, kalau tidak aku bisa kehabisan
nafas hanya gara – gara nafasku tak beraturan karena ciumannya. Samar – samar
aku mendengar panggilan yang memanggil nama Suho ketika aku mulai menikmati
ciuman kami. Panggilan kedua pun berkumandang secara jelas karena pemilik suara
itu mendekati kamar Suho. Aku mendorong tubuhnya secara refleks dan segera
bangun untuk membenahi tatanan rambutku yang berantakan karena aktivitas kami.
Suho yang mengerti akan keadaan ini segera bangkit dan keluar dari kamarnya.
Tak berapa lama dia kembali. “Eomma sudah selesai menyiapkan kamar untukmu.
Tapi kau disini saja untuk sementara ini. Aku masih merindukanmu Sang In”
katanya sambil mendorongku kembali di atas kasurnya. “Anio, kau benar – benar
namja gila Kim Joon Myeon” jawabku. “Aku memang gila, gila karena dirimu. Kau
masih berhutang banyak ciuman kepadaku” jawabnya lagi. Tiba – tiba handphone di
dalam tas kecilku bergetar, aku melihat layarnya dan tertulis sebuah nama yang
membuat hatiku berhenti berdetak saat ini juga. ‘Eomma’ ya memang eomma yang
meneleponku saat ini. Aku segera berlari menuju balkon kamarnya dan menggeser
tombol hijau itu.
“Eomma, yoboseo” sapaku.
“Yoboseo Sang In. Apa yang sedang kau lakukan? Kau tak
pulang minggu ini?” tanya eomma.
Ah, aku harus berbohong yang masuk akal. “Mianhnae eomma,
sepertinya minggu ini aku tak bisa pulang karena tugas di kampus benar – benar
ingin membunuhku. Ini saja aku berada di rumah seorang chingu untuk mengerjakan
tugas bersama” jawabku. ‘Sepertinya
kebohonganku kali ini sukses’ ujar
batinku. “Arraseo, eomma mengerti. Baiklah kalau begitu, jaga baik – baik
dirimu disana” ujar eommaku. “Ne eomma. Salam pada appa dan dua adikku” jawabku
terakhir kali sebelum mengakhiri percakapan kami.
“Kau pandai berbohong rupanya”
“Geurae, dan ini semua karenamu” jawabku.
“Kajja, ikut aku. Aku ingin membawamu ke suatu tempat”
ajaknya.
“Kemana kau akan mengajakku?”
“Ikutlah saja dulu”
Dia mengambil motor sportnya yang terparkir di samping
rumahnya. Dan motor itu langsung melaju kencang melewati perkotaan. Ternyata
dia sudah menyiapkan semuanya, tepat di tengah taman indah yang tumbuh bunga
warna warni itu terdapat sebuah kejutan disana. Sebuah boneka berbentuk burung
hantu yang di tengah perutnya bertuliskan ‘I LOVE U’ itu tergeletak di atas
sebuah alas. “Ini untukmu dan kita disini untuk melihat burung – burung kembali
ke peraduannya” katanya. Aku menerima boneka cantik itu. “Gomawo”. “Sekarang
aku akan melakukan sesuatu yang seharusnya aku lakukan dari dulu. Suho oppa,
saranghae” lanjutku. Aku berjinjit dan memulai menciumnya dengan menutup
mataku. Aku menarik tekuknya agar tubuhnya sejajar denganku dan memudahkanku
menciumnya makin dalam. Di selingan kami berciuman, aku melihatnya sedang
tersenyum dan akhirnya dia pun menutup mata serta membalas ciumanku, menciumku
dengan lembut tanpa ada nafsu seakan mengungkapkan bahwa dia juga sangat
mencintaiku.
Dan aku mengakhiri ciuman kami. “Kau, sepertinya kau itu
seorang namja yang taat beragama. Tapi ternyata kau tergoda juga denganku”
senyumku menggodanya.
“Jangan sekali – kali kau perlihatkan lagi tampang
seperti itu. Kalau tidak..” katanya.
“Kalau tidak kenapa? Eoh?” tantangku.
“Aku akan..” lanjutnya. Tapi sebelum dia melanjutkan
perkataannya karena aku tahu kata – katanya itu akan menjurus kemana jadi aku
sudah berlari terlebih dahulu. “Cium aku kalau kau bisa menangkapku” tantangku
lagi.
Kami kembali ke rumahnya dan aku melihat appa, eomma,
oppanya sudah berpakaian rapi. Aku tak mengerti kenapa mereka berpakaian
seperti ini. “Kau kemana saja? Eoh? Ganti baju, kita akan terlambat datang ke
gereja. Palli..” ujar eommanya. “Annyeonghaseo. Jeileumeun Song Sang In imnida” aku
memperkenalkan diri kepada appa dan kakaknya tanpa disuruh oleh ibunya. “Jadi
kau” ucap appa Suho singkat. “Sang In, kau disini dulu. Kami mau pergi ke
gereja. Tak apa – apa bukan berada disini sendiri? Lagipula masih ada pembantu
dan satpam. Anggap saja rumah sendiri” kata eomma Suho. “Ne, arraseo eomma”
jawabku. Suho datang dengan pakaian yang sangat rapi. Aku heran sekali
dengannya, kalau dia ke kampus selalu berpakaian sekadarnya sedangkan ini benar
– benar harus kuakui kalau dia terlihat sangat tampan dan rapi. “Aku pergi
dulu. Kalau kau mengantuk tidurlah. Aku akan melihatmu setelah aku kembali dari
gereja” ujarnya sambil mencium keningku sekilas.
Aku terlihat mondar – mandir di rumah besar ini.
Bagaimana tidak, aku ditinggal sendiri di rumah ini dan tak terlihat satu orang
pembantu pun atau satpamnya. Aku beranjak pergi ke kamar baruku yang sudah
disiapkan oleh eomma Suho. Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang yang berwarna
biru muda itu. Tanpa terasa aku mulai terlelap, hingga aku merasa ada yang
mengusik waktu tidurku. Seseorang yang sedang menindih tubuhku tengah memainkan
bibirku ini, ingin rasanya aku memberontak tapi nyatanya tubuhku terasa seperti
terkunci. Aku juga ingin membuka mata namun aku masih urung untuk melakukan
itu. Orang ini benar – benar masih betah melakukan aktivitasnya yang sedang
menciumi bibirku ini, sampai aku tak betah dan memaksaku membuka mata dan
betapa kagetnya aku ketika mendapati tubuh Suho sudah bertengger di atas
tubuhku entah dari beberapa menit yang lalu.
“Kau selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Apa
yang kau lakukan disini? Bukankah ini kamarku, bukan kamarmu? Eoh?” ucapku
setelah dia menghentikan aktivitasnya.
“Kau juga lupa, kamar ini bagian dari rumahku. Jadi
terserah aku untuk berada dimanapun tempat yang aku suka. Sepulangku dari
gereja, aku mendapati kamarku kosong tanpamu maka dari itu aku beranjak kemari
dan bermaksud ingin menemanimu tidur” jawab Suho sambil merebahkan tubuhnya di
sampingku. Dia juga menarik tubuhku agar lebih mendekat ke tubuhnya.
“Yak Kim Joon Myeon, bagaimana bisa kau mempunyai pikiran
seperti itu? Dasar otak mesum” balasku menjitak kepalanya dan segera aku
membawa tubuhku menjauh darinya.
“Kemarilah, jangan menjauh dariku. Arraseo, aku akan
meinggalkanmu beberapa jam sebelum pagi” ujarnya.
Aku berbincang – bincang dengannya
sampai aku benar – benar tertidur. Tak
jarang, bibirnya menggelayut manja di bibirku. Dan tak jarang pula, aku
membalas ciumannya dengan sedikit nafsu yang berlebihan. Dan pagipun menjelang,
aku baru sadar ketika beberapa buah kancing atasanku sudah terlepas. ‘Ini pasti kerjaan Suho. Siapa lagi kalau
bukan namja gila itu’ pikirku.
0 komentar:
Posting Komentar