Mianhnae, belum ada cover :D
Part 2
Title : Love Different Belief
Author : Song Sang In
FB : Vini Happy Ajeng
Cast : Song Sang In, Kim Joon Myeon “Suho”
Length : Series
Gendre : Romance, Little Yadong But NC, Little Angst
Rated : NC-21
Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu
semua tidak sengaja.
Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik
yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya
jinak kok jadi ga bakal
gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat
author.
Hargai kerja keras author yang bikin cerita
ini sampe dibantuin begadang
jadi NO
PLAGIAT. Happy
reading ^^
“Di dunia ini tak
ada yang sama. Siang malam, pria wanita, bumi langit, bahkan aku dan kamu. Tapi
dari situlah aku tahu mengapa Tuhan menciptakan kita berbeda, karena untuk
membuat kita saling berpasangan serta saling melengkapi” -Song Sang In-
Previous part..
‘Bagaimana ini? Dia
mengajakku ke rumahnya tanpa mengatakan apa – apa padaku? Apa yang akan aku
katakan pada orang tuanya sebelumnya?’ lamunku dalam hati.
“Apa yang kau pikirkan? Eoh?” tanyanya. “Anio, hanya saja aku khawatir orang
tuamu tak suka ada yeoja berkerudung datang ke rumahmu” jawabku. “Tak perlu
khawatir. Mereka pasti akan menyukaimu gadis ceria sepertimu. Kajja” ajaknya
sambil menarik tanganku.
Love Different
Belief Part 2..
Eomma Suho melihatku lekat - lekat seakan ingin menelanku
hidup – hidup. Tak lama kemudian, eomma Suho tersenyum padaku. “Nuguseyo?”
tanyanya pada Suho. “Eomma, ini Sang In. Satu – satunya teman yeojaku di
kampus. Dan Sang In, kenalkan ini wanita yang sangat kucintai, eommaku”
katanya. Aku menelan air liurku dengan susah payah. “Annyeonghaseo. Jeileumeun Song Sang In imnida” jawabku. Akhirnya
aku berhasil mengeluarkan kata – kata yang seharusnya kuucapkan dari tadi. Aku
berharap eomma Suho akan membalas salamku, namun ternyata eommanya hanya
sedikit mengangguk padaku. Tanpa mengatakan apapun eommanya pergi
meninggalkanku begitu saja. “Duduklah, aku akan membuatkan minuman untukmu”
ujar Suho. Suho kembali dengan membawa nampan berisi 2 gelas minuman. “Kemana
eommamu?” tanyaku. “Mianhnae Sang In, eommaku memang sedikit kurang enak badan.
Minumlah” jawabnya sambil menyodorkan segelas minuman untukku. Aku mencium
sekilas gelas yang berada di genggamanku ini, “Minumlah. Ini tak ada apa –
apanya untukmu” ujarnya sambil tersenyum. Dia mengerti apa yang aku cari dari
gelas ini dan aku mengerti pula dengan apa yang dimaksudnya.
“Eommamu tinggal bersama siapa disini?” tanyaku.
“Appa dan hyungku” jawabnya. “Appa sedang bekerja di
perusahaan yang dikelola bersama teman bisnisnya. Sedangkan kakakku juga sedang
kuliah” lanjutnya.
“Song Sng In, aku ingin menanyakan suatu hal padamu”
ujarnya.
“Apa itu? Katakan” tanyaku.
“Aku rasa aku mulai menyukaimu pada saat awal kita
bertemu. Maukah kau menjadi yeojachinguku?” tanyanya.
Aku benar – benar kaget dengan pertanyaan yang diajukan
olehnya hingga membuatku tersedak. Pertanyaan ini di luar dugaanku. Bagaimana
dia bisa mengatakan hal ini? Aku hanya diam saja sampai dia berbicara lagi,
“Kau tak perlu menjawab sekarang. Aku tahu, ini mungkin terlalu cepat atau
bahkan tak masuk akal bagimu. Aku hanya mengungkapkan apa yang sedang aku
rasakan”.
Setelah beberapa lama aku di rumahnya, aku kembali ke
Gyeonggi. Eomma Suho tak menampakkan diri hingga aku pulang dari rumahnya.
Sesampai kami di depan apartemenku, aku segera masuk tanpa mengatakan apapun
padanya. Aku masih terngiang – ngiang dengan apa yang dikatakannya tadi. Bahkan
untuk menggesekkan IDku saja terasa sedikit gemetar. Setelah pintu terbuka
secara tak sadarkan diri, aku bersandar di pintu kamar seraya berjongkok
memeluk lututku yang terasa lemas.
Beberapa hari ini membuat aku memikirkan jawaban apa yang
harus aku berikan padanya. Aku bertanya pada hati kecilku bagaimana perasaanku
tanpa melihat perbedaan diantara kami? Lama aku berpikir sehingga aku
membulatkan hati dan sudah menyiapkan jawaban perasaan Suho padaku. Aku
mengirimkan pesan padanya, “Datanglah di cafe biasa jam 7 malam”.
Tepat di hari kami akan bertemu, aku membongkar seluruh
isi tas yang berisi beberapa pakaian dan rok panjang yang aku beli beberapa
hari yang lalu. Aku memadupadankan baju
beserta roknya dan tepat. Aku memilih untuk menggunakan baju berwarna hijau
muda dan kuning serta rok panjang berwarna hijau muda. Aku juga memakai
kerudung berwarna kuning dan high heels dengan tinggi 5 cm berwarna hijau muda.
Aku mencari tas yang sepadan dengan warna pakaianku. Tak lupa aku menyambar
payung yang berdiri di samping pintu. Aku menyetir mobil dengan kecepatan
normal karena keadaan di luar sedang hujan.
Sesampainya disana, aku melihat namja berbaju merah marun
sedang menunggu kehadiranku. “Omo, apakah aku telat? Bukankah aku mengatakannya
jam 7?” tanyaku seraya melirik jam tangan yang melingkar di lengan kiriku.
“Anio, aku saja yang datang terlalu cepat” jawabnya. Kami memesan makanan kami
dan butuh waktu lama, pesanan kami pun datang. Di sela – sela kami menyantap
pesanan, kami mengobrol. “Suho, aku akan menjawab pertanyaan tempo hari yang
kau sampaikan padaku” kataku tiba – tiba. Dia memberhentikan makannya dan
tampak serius menatap ke arahku. ‘Omo,
Jangan kau tatap aku dengan tatapan itu namja pabo’ ucap batinku. “Aku rasa
aku juga menyukaimu dan aku mau menjadi yeojachingumu” jawabku. Dan kulihat
Suho tersenyum bahagia dan aku pun juga tersenyum. “Mulai sekarang, kau harus
memanggil namaku dengan kata – kata oppa” ujarnya. “Arraseo, oppa” lanjutku
sambil tersenyum.
Aku berhenti mengetik ketika aku melihat sebuah nama di
handphoneku tengah melakukan panggilan padaku. ‘Suho Oppa’ nama itu yang
tertera di handphoneku. Aku segera menggeser tombol hijau di layar handphone
ini.
“Yoboseo..” jawabku.
“Yoboseo. Chagiya, bagaimana kalau minggu depan kita berlibur?”
tanyanya.
“Eodiya?” tanyaku.
“Jeju Island. Eothokkae?” ujarnya singkat.
“Mwo? Yak Kim Joon Myeon, apa yang kau pikirkan dengan
kita berlibur ke sana? Kau gila?” teriakku dan aku yakin namja itu sedang
merasa kesakitan pada telinganya akibat teriakanku.
“Kau Song Sang In, yeoja macam apa yang berteriak pada
namjachingunya seperti ini?” teriaknya yang tak ingin kalah dariku.
“Arra arra, aku akan menuruti permintaanmu. Berhentilah
menggangguku, aku selesaikan dulu tugas dari Hyo Hwa saem ini” jawabku.
“Baiklah, saranghae” balasnya singkat.
@Incheon Airport,
10.00 KST
Kami sudah siap pergi ke Jeju Island seperti
permintaannya. Dan pesawat yang kami tumpangi telah siap untuk lepas landas.
Setibanya kami disana, mobil mewah berwarna merah itu siap mengantar kami
kemana pun. “Suho, kemarikan kunci mobilnya. Biarkan aku yang menyetir” kataku.
“Anio” jawabnya singkat. ‘Omo, aku lupa
tak ada panggilan oppa. Pantas saja dia tak mengijinkanku’. Aku mengulangi
permintaanku. “Oppa, bolehkah aku yang menyetir? Kau istirahat saja di bangku
penumpang” pintaku memelas sambil mengedipkan mataku beberapa kali. “Baiklah,
tapi ada satu syarat” ujarnya, dia diam beberapa saat. “Aku mau kau menciumku”
lanjutnya. “Mwo? Kau gila? Ini tempat umum, akan banyak yang memperhatikan...”
belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, dia mendorongku ke mobil dan alhasil
aku terhimpit diantara mobil dan dirinya. “Suho, apa yang kau lakukan? Eoh?”
tanyaku gugup. Dia membuat jarak diantara kami semakin sempit sehingga tak ada
celah untukku menghindar darinya. Dan makin lama wajahnya hanya berjarak
beberapa senti saja dari wajahku. Aku merasakan udara di sekitarku sesak
sehingga aku seperti merasa kekurangan asupan oksigen. Berhasil, dia tepat
mendaratkan bibir mulusnya di atas bibir merahku. Perlahan dia melumat bibirku
dan sedikit menggigitnya agar aku memberikan tempat yang luas untuknya
berfantasi di dalam mulutku. Dia makin menikmati setiap inci dari bibirku ini.
Tak ada sudut bibirku yang terlewati untuk dinikmati olehnya. Aku yang belum pernah melakukannya hanya diam saja tanpa
membalas aktivitasnya hingga dia melepaskan ciumannya. Dia mencium bibirku
sekilas dan “Ini kunci mobilnya” katanya sambil menyerahkan kuncinya padaku.
Aku yang masih berdiri mematung di tempatku dan belum dapat mengembalikan
kesadaranku kembali seperti semula sambil memegang bibirku yang sudah dijamah
olehnya. “Sang In, sampai kapan kau akan berdiri mematung seperti itu? Apa aku
harus menciummu lagi supaya kesadaranmu kembali? Jangan menggodaku untuk
membuatku menciummu” godanya. Dan pancingannya itu berhasil membuatku kembali
normal dan aku segera masuk ke dalam mobil.
Mobil yang membawa kami telah tiba di hotel yang sudah
dipesan olehnya. Aku membuka bagasi dan mengambil beberapa bawaan kami. “Kamar
yang dipesan atas nama Kim Joon Myeon” katanya pada bagian reservasi itu. “Mwo?
Kau hanya memesan satu kamar? Apa yang kau pikirkan dengan hanya memesan satu
kamar? Aku tak suka dengan liburan ini” ungkapku kesal. “Disini semua kamar
penuh sehingga aku hanya dapat memesan satu kamar saja” jawabnya.
Aku memegang kepalaku frustasi, bisa – bisanya dia hanya
memesan satu kamar bagi kami berdua. Sedangkan aku tahu, pria dan wanita tak
boleh dalam waktu yang bersamaan di dalam satu ruangan. Terpaksa aku mengikuti
langkahnya yang sudah terlebih dahulu menuju lift. Kami tiba di kamar 517.
Setelah pintu terbuka, aku berhamburan ke dalam dan melihat pemandangan yang
begitu indah dapat dilihat dari ketinggian ini. “Aku tarik kata – kataku yang
mengatakan kalau aku tak setuju dengan liburan ini. Ini benar – benar cantik”
ujarku antusias. “Kau juga cantik berbalut pakaian indah ini” ujarnya sambil
memelukku dari belakang. Aku tersenyum, dia membalikkan tubuhku dan
mengangkatnya ke tempat tidur. Dengan cepat dia mencium bibirku secara ganas,
dia memberikan sedikit ruang di dalam mulutnya seakan memberiku tanda untukku
membalas ciumannya. Aku mencoba mulai mengecup bibirnya kemudian mengulumnya.
Aku menggigit ujung bibirnya dan dia sedikit mendesah. Aku makin bisa
mengimbangi ciumannya, lama – kelamaan aku makin memperdalam ciumanku dengan
menarik tekuknya agar aku makin bisa menjangkau dalam bibirnya. Setelah
beberapa lama, Suho beranjak dari tempatnya tadi yang berada tepat di atasku.
“Aku lapar. Aku akan menelepon untuk memesan beberapa
makanan untuk kita” katanya tiba – tiba.
Tak selang lama, handphonenya berbunyi dan sepertinya dia
sedang ke kamar mandi. Aku membuka pesannya.
Me : “Sebenarnya
aku ingin mencari yeojachingu yang seiman”.
‘degg..’ hatiku berhenti berdetak saat itu juga. Kulanjutkan
membaca.
Lee Geum : “Kalau
begitu, kenapa kau berpacaran dengan Sang In yeoja muslim itu?”.
‘Siapa yeoja ini?
Lee Geum? Dia tahu nama dan juga statusku’ ujar batinku.
Me : “Hanya saja
aku ingin mencoba berpacaran dengannya”.
Hatiku mencelos dua kali. Aku membaca pesan terakhir
darinya untuk yeoja disana beberapa kali sambil mencoba mencerna beberapa pesan
itu. Aku mendengar pintu terbuka dan dengan segera aku meletakkan handphonenya
kembali ke tempat semula.
“Apa yang sedang kau tonton chagiya?” tanyanya sambil
mengelus rambut panjangku. Aku tak menjawab pertanyaannya, aku beranjak dari
tempatku dan aku memakai kembali kerudungku.
“Chagiya, waegurae? Kau mau kemana?” tanyanya lagi.
Aku sudah siap dan membereskan beberapa barang bawaanku
ketika Suho menghentikan langkahku dengan memegang lenganku. “Lihat saja
handphonemu itu apa yang sudah terjadi” jawabku ketus sambil menyingkirkan
tangannya dari lenganku dengan kasar.
Aku segera memanggil taksi dan menelepon bandara. “Aku
memesan tiket ke Incheon malam ini juga. Aku sekarang sedang menuju ke sana.
Gomawo” ujarku. Tak terasa air mata mengalir di sela kedua mataku. Aku merogoh
handphoneku lagi dan mencari nama Byun Ji Young.
“Yoboseo..” jawabnya.
“Yoboseo, Ji Young-ah” ujarku sambil menangis.
“Sang In-ssi, ada apa denganmu? Kau menangis? Bukankah
kau sedang bersama Suho?” tanyanya.
“Aku ingin bercerita kepadamu” ujarku di sela isak
tangisku. Setelah aku menceritakan tentang kejadian tadi padanya, “Ah jadi
seperti itu kejadiannya. Kalau begitu mulai sekarang jangan pedulikan dia.
Arraseo?” katanya.
Apakah Suho benar – benar hanya berniat
untuk menyakiti yeoja tak berdosa itu? Apakah mereka tidak dapat dipersatukan
kembali? Apakah Suho memang tak menyukai Sang In?
0 komentar:
Posting Komentar