• Korewa zombie desuka
We Are One We Are EXO :)

Love Different Belief (Part 1)

Mianhnae, belum ada covernya :D

Part 1

Title               :   Love Different Belief
Author           :   Song Sang In
FB                   :   Vini Happy Ajeng
Cast                :    Song Sang InKim Joon Myeon “Suho”
Length            :   Series
Gendre           :   Romance, Little Yadong But NC, Little Angst
Rated              :   NC-21

Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu semua tidak sengaja.

Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya jinak kok jadi ga bakal gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat author.

Hargai kerja keras author yang bikin cerita ini sampe dibantuin begadang jadi NO PLAGIAT. Happy reading ^^

“Saatnya aku berpetulang dengan masa mudaku. Saatnya berkelana untuk mencari warnanya hidupku dan menentukan kemana arah hidupku akan berlabuh” -Song Sang In-

Love Different Belief Part 1 It Will Begin..
Masa – masa aku menikmati duduk di bangku SMA sepertinya akan segera berakhir. Dengan begitu aku akan meninggalkan teman – temanku disini. Aku akan melanjutkan ke perguruan tinggi, namun aku belum menentukan jurusan apa yang ingin aku ambil. Tak terasa kehidupan berjalan dengan sangat cepat, dan tak terasa pula bahwa aku sedang beranjak dewasa. Aku Song Sang In, yeoja keturunan Indonesia dan Korea. Eommaku berasal dari Indonesia, tepatnya dari Bandung sedangkan appaku asli orang Korea. Aku lahir di Bandung saat appaku masih menjalankan bisnisnya di Indonesia. Namun sekarang orang tuaku tinggal di Korea karena bisnisnya sedang berjalan disana. Aku sering berkunjung ke Korea namun aku belum ada niatan untuk menetap disana. Keluargaku adalah keluarga muslim. Walapun orang tuaku tinggal dan menetap disana, bagi mereka tak masalah menjadi keluarga muslim di tengah – tengah warga Korea yang mayoritas non muslim itu. Di Indonesia aku tinggal bersama dengan ahjumma dan ahjushi dari eomma. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Adikku yang pertama namja pemalu dan tak suka bicara. Adikku yang kedua yeoja centil dengan berbagai macam tingkah lakunya yang terkadang membuatku ingin memakannya hidup – hidup.  Mereka berdua tinggal bersama eomma dan appaku.

“Yoboseo..” jawabku ketika handphoneku berbunyi.
“Yoboseo. Apa kabarmu Sang In?” sahut orang di seberang sana, itu eommaku.
“Baik eomma. Bagaimana kabar keluarga disana?” balasku bertanya.
“Baik juga chagiya. Bagaimana? Kau sudah memutuskan akan melanjutkan kuliah dimana? Apakah kau tak merindukan eomma, appa, dan dongsaengmu? Bogohshipo chagi” kata eomma, memelas padaku.
“Arra arra, aku sudah memutuskan untuk kuliah disana. Jangan bilang apapun pada appa. Aku akan memberi appa kejutan” jawabku antuasias.
“Arraseo. Setelah kau lulus, segera kau berangkat ke Korea” balas eomma.

‘bipp..’ handphoneku sudah terlebih putus dahulu sebelum aku memberikan salam.

Beberapa bulan kemudian...
Ada beberapa kabar baik yang ingin aku berikan. Pertama, aku sudah lulus dengan nilai yang benar – benar memuaskan. Kedua, aku akan segera terbang ke Korea untuk melanjutkan kuliah disana dan terutama untuk bertemu dengan keluargaku. Aku benar – benar merindukan mereka. Setelah kupikir – pikir sepertinya aku tak bertemu mereka selama 2 tahun. Ini saatnya aku bersama mereka, berkumpul bersama orang tuaku.

@Incheon Airport, 09.30 KST
Setibaku di bandara, aku melihat papan nama besar yang bertuliskan hangul dari namaku yang mengartikan “Song Sang In”. Aku segera menghampirinya. Ternyata aku masih mudah menghafal wajah seseorang. Dia adalah sekretaris pribadi appaku, Lee Kwang ahjushi.
“Ahjushi..” teriakku sambil memeluk tubuhnya sekilas.
“Nona muda, apa kabar?” jawabnya sambil membungkuk.
“Ahjushi, bisakah kau bersikap biasa saja? Aku belum biasa diperlakukan seperti itu” timpalku.
“Baiklah. Saya benar – benar masih ingat dengan nona muda. Bedanya sekarang sudah lebih tinggi” katanya.
“Ahjushi tak mengatakan apa – apa bukan kepada appa? Aku ingin memberikan sedikit kejutan kepadanya” tanyaku.
“Ne nona muda, saya menjalankannya sesuai perintah nona” jawabnya.
“Arraseo, kita ke kantor appa sekarang. Aku ingin menyetir mobil sendiri, berikan kuncinya padaku. Ahjushi tinggal menjadi penumpangku hari ini. Jebal..” pintaku dengan wajah memelas. Dan akhirnya kunci mobil sudah berpindah ke tanganku, aku tersenyum memandang Lee Kwang ahjushi.

@SK Hynix, Busan, 11.00 KST
Tak terasa aku sudah menginjakkan kaki di tempat appaku bekerja. Aku mengambil buket bunga lily kesukaan appaku. Appaku sedang memimpin rapat dan dengan sengaja aku mengetuk pintu. ‘tokk..tokk..tokk..’ dan “Suprise. Appa, bogoshipo” ucapku sambil berlari ke arah appaku. Appa benar – benar kaget hingga tak dapat berucap apa – apa. “Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana bisa kau tak menghubungi appa untuk kemari?” tanya appa. Seketika itu rapatpun dihentikan. “Aku sudah mengatakan pada eomma dan ahjushi” ucapku. “Kajja kita pulang. Eommamu selalu meminta appa untuk membujukmu berada dan tinggal di Korea tapi aku mengenal anak appa, dia pasti akan memilih jalannya sendiri” jawabnya sambil menyentuh ujung hidungku.
Tak butuh waktu lama untuk pulang ke rumah. Eomma sudah menyambutku di depan rumah. “Chagiya, eomma merindukanmu” ucap eomma ketika melihatku turun dari mobil. “Eomma, aku tak pergi lama meninggalkanmu. Jangan menangis. Aku juga sangat merindukanmu. Mulai sekarang aku tak akan pergi kemana – mana” ujarku memeluk eomma.

Beberapa hari ini aku disibukkan dengan mencari referensi universitas mana yang ingin aku masuki. Lembaran – lembaran kertas berserakan tak rapi di atas tempat tidurku yang berukuran king size ini. Aku membolak – balikkan bacaan yang berada di depanku. ‘Aku pikir ini akan menjadi pilihanku’ gumamku sambil menunjuk ke CheongShim International University.
Hari untuk ujian penerimaan mahasiswa pun telah tiba. Aku masih mencoba untuk membuka mataku ketika mendengar suara kicauan burung. Aku segera bergegas menuju ke kamar mandi. Kubuka lemariku dan mencoba beberapa setel pakaian. Aku memilih untuk menggunakan atasan berlengan panjang berwarna putih dan rok sebatas mata kaki yang berwarna merah jambu serta memilih kerudung berwarna senada. Tak lupa aku mengambil sepatu kets yang kemarin aku bawa dari Indonesia.

“Selamat pagi eomma, appa” ujarku sambil mencium eomma dan appaku secara bergantian.
“Selamat pagi sayang. Kau sudah siap untuk hari ini?” tanya appa.
“Aku siap” jawabku sambil mengoleskan selai coklat di atas roti gandumku.
“Apa perlu eomma mengantamu?” tanya eomma.
“Eomma, aku ini sudah dewasa dan sudah bukan saatnya untuk eomma mengantarkanku. Aku berangkat sekarang, ujiannya masih jam 9 tapi aku ingin menikmati perjalanan dulu. Sampai ketemu nanti” tukasku.

Mobil sport warna putih itu adalah mobil kesukaanku yang sudah terparkir di depan rumah. Tak lupa aku menyelipkan kacamata hitam untuk menghindari sinar matahari. Dan sekarang saatnya untuk menancap gas pergi ke tempat tujuanku.

@CheongShim International University, 08.30 KST
Aku memasuki gedung yang tertera di surat panggilan dari kampus ini untuk melakukan registrasi dan aku segera duduk di kursi yang sudah bertuliskan nomor pendaftaranku.

Beberapa hari kemudian...
Hari pertama masuk kuliah, pelajaran manajemen yang diajarkan oleh Park Dong Gun saem membentuk kelompok dan masing – masing kelompok terdiri dari 2 orang. Dong Gun saem sendiri yang menentukan setiap kelompok. “Song Sang In, kau satu kelompok dengan Kim Joon Myeon” ujarnya.  “Ne saem” jawabku singkat. ‘Kim Joon Myeon? Bagaimana ini? Aku belum mengenal mereka dan aku harus mencari namja bermarga Kim itu’ pikiranku melayang memikirkan bagaimana aku bisa menemukan namja dengan nama Kim Joon Myeon itu.

Setibaku di apartemen, aku membuka akunku. Rupanya aku sudah berteman dengan namja yang aku cari, Kim Joon Myeon. Tiba – tiba dia memulai obrolan dan kami saling berkenalan. Ternyata dia sudah mengetahuiku sebelumnya, sedangkan aku tak kenal siapa – siapa disini. ‘Yeoja pabo. Ini salah satu sifat burukmu. Kau tak cepat mengenal orang lain’ gerutuku dalam hati.

Keesokan paginya, aku kembali kuliah. Hyo Hwa songsaengnim memanggil nama kami satu per satu. “Kim Joon Myeon” panggilnya. ’deg...’ hatiku seakan – akan berhenti berdetak. Lagi lagi aku sekelas dengannya tanpa aku tahu siapa namja itu. Dan sebuah tepukan di pundak menyadarkanku dan orang yang menepuk pundakku itu adalah Kim Joon Myeon yang sedang duduk tepat di belakangku. Saat jam kuliah berakhir, “Annyeonghaseo. Jeileumeun Kim Joon Myeon imnida. Panggil saja Suho” ujarnya. “Annyeonghaseo. Jeileumeun Song Sang In imnida. Sang In saja” balasku. “Baiklah, aku minta nomormu dan aku akan menghubungimu kapan kita akan mengerjakan tugas dari Dong Gun saem” ujarnya lagi. Serangkaian nomor sudah tertera di layar handphoneku dan sebelum aku mengucapkan terimakasih, dia sudah pergi dulu.
Berawal mula hanya dari teman satu tim, aku dan Suho semakin akrab. Bukan hanya dalam kelas, hampir setiap hari aku melalui hariku bersamanya. Perpustakaan bahkan cafetaria kampus selalu aku kunjungi bersama Suho. “Kau mau makan apa?” tanyanya. “Gimbap daging sapi dan minumnya banana milk” jawabku. “Baik, kami pesan satu gimbap daging sapi dan jjangmyeon. Untuk minumnya kami pesan banana milk dan soju” ujarnya pada pelayan cafe.
Ya itulah perbedaan kami, aku muslim yang tahu mana batas halal dan haram sedangkan dia katholik yang bisa makan dan minum sesukanya. Tapi aku benar – benar sangat menghargai perbedaan diantara kami. Kami tak pernah saling menyinggung agama kami masing – masing karena kami tahu itu adalah keyakinan setiap umat. Makan malam pun selesai dan saatnya aku kembali ke apartemenku. “Apa boleh aku mengantarmu pulang? Kau tak membawa mobilmu” pintanya. “Ah anio, gomawo. Aku pulang naik taksi saja” jawabku. “Baiklah kalau begitu, kalau kau sudah tiba di apartemenmu tolong hubungi aku. Terimakasih sudah menerima ajakan makan malamku” ujarnya sambil tersenyum sopan. Aku mengangguk sambil membalas tersenyum. Di tengah perjalananku pulang, handphone di tasku berdering. “Nunna, kau tak pulang ke rumah ? Kau tak merindukan kami? Eoh?” teriak Song Hyo Ri. “Kalau kau tak bisa bicara lembut, akan kupastikan setelah ini aku akan menutup teleponmu” jawabku. “Arra nunnaku yang cantik” balasnya. “Aku tak bisa pulang. Akhir – akhir ini tugas kuliahku menumpuk” ujarku. “Hah baiklah. Kau nunna yang super sibuk bahkan keluarga pun tak kau hiraukan” teriaknya lagi. Belum sempat aku menjawab tiba – tiba ‘tuut.. tuut.. tuut..’ sambungannya sudah terputus. Aku menghela nafas panjang.
Handphoneku berbunyi nyaring sekali dari tadi. ‘Ini Hari Minggu. Tak bisakah aku melewati hari ini tanpa gangguan siapapun juga? Aku ingin tidur’ batinku mengomel. Tapi nyatanya benda kotak berwarna putih itu masih saja mengeluarkan bunyi yang mau tak mau memaksaku untuk membuka mataku.
“Yoboseo..” jawabku meracau.
“Yoboseo. Yak Song Sang In, kau masih tidur?” teriak namja di seberang saja.
“Menurutmu?” balasku balik bertanya.
“Cepatlah lihat ke luar balkonmu. Aku sudah menunggumu dari satu jam yang lalu” jawabnya kesal.
“Mwo?” jawabku kaget. Mataku benar – benar terbuka lebar untuk saat ini. Aku segera berlari ke arah balkonku dan ternyata benar kalau dia berdiri disana. “Apa yang kau lakukan di depan apartemenku?” lanjutku.
“Aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Sekarang kau harus pergi mandi. Palli..” bentak namja itu.
Aku mendengus kesal, dia yang sudah mengacaukan pagiku dan sekarang dia yang mengomel. Rupanya dia benar – benar minta dibunuh. Tak lama kemudian, aku menghampirinya. “Kau yang membangunkanku. Dan kau juga yang marah – marah? Bukankah kau tak mengatakan apa – apa padaku?” tanyaku kesal.
“Sudahlah, bukan saatnya untuk bertanya. Naiklah” jawabnya. “Kita akan pergi kemana?” tayaku lagi. “Sudahlah, naik saja. Kau akan tahu nanti setelah kita tiba disana” lanjutnya. Aku segera naik di motor besarnya. Ternyata kami pergi ke rumah Suho. Dia memarkirkan motornya di garasi rumahnya. Dia berjalan menuju rumahnya namun aku masih mematung di atas motornya. ‘Bagaimana ini? Dia mengajakku ke rumahnya tanpa mengatakan apa – apa padaku sebelumnya? Apa yang akan aku katakan pada orang tuanya?’ lamunku dalam hati. “Apa yang kau pikirkan? Eoh?” tanyanya. “Anio, hanya saja aku khawatir orang tuamu tak suka ada yeoja berkerudung datang ke rumahmu” jawabku. “Tak perlu khawatir. Mereka pasti akan menyukai gadis ceria sepertimu. Kajja” ajaknya sambil menarik tanganku.
“Eomma, aku pulang. Kau dimana eomma?” ujarnya.
“Suho, kaukah itu nak?” sahut seorang wanita dari dalam.
“Eomma, kemarilah. Aku ingin memperkenalkan seorang yeoja padamu” jawabnya. Suho dan eommanya menghampiriku.


Apakah eomma Suho akan menyukai yeoja berkerudung itu? Bagaimana tanggapan keluarga Suho setelah mengetahui putranya tengah mendekati gadis muslim? Bagaimana kelanjutannya?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Eucliwood hellscythe Theme | Copyright © 2012 All About EXO, All Rights Reserved. Design by Djogzs, | Johanes djogan