Part 5
Title
: Eiffel Tower in Seoul
Author :
Song Sang In
FB
: Vini Happy Ajeng
Cast
: Song Sang In, Kim Jong In, BaekRa Couple
Cameo : Member EXO, Shin Min Hwa
Length
:
Series
Gendre
:
Romance, Little Angst
Rated : PG-17
Back Song :
Don’t Go - EXO
Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu
semua tidak sengaja.
Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik
yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya
jinak kok jadi ga bakal
gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat
author.
Hargai kerja keras author yang bikin cerita
ini sampe dibantuin begadang
jadi NO
PLAGIAT. Happy
reading ^^
“Aku berterimakasih kepada Tuhan karena telah mengirimkan
makhluk seindah dirimu. Rasanya cukup bagiku untuk menerima kebahagian hanya
dengan kehadiranmu di sisiku. Namun sepertinya aku harus pergi menjauh dari
kehidupanmu” –Song Sang In-
Previous Part..
“Aku
belum pernah melakukan ini dengan yeoja manapun. Asal kau tahu, aku melakukan
hal ini untuk pertama kalinya hanya denganmu. Mianhnae, aku telah membuatmu
menangis” ujar Kai. Ajaib, air mataku berhenti keluar dari tempat peraduannya.
Dia mengusap air mata yang tersisa di kedua pipiku, “Percayalah padaku” katanya
singkat. “Lihatlah, pipimu berwarna merah lagi” lanjutnya sambil tersenyum.
Senyumnya kali ini bukan senyum menggoda atau ingin menjahiliku tapi ini senyum
tulus darinya untukku.
Eiffel Tower in Seoul Part 5..
Saatnya
bagi kami untuk segera kembali ke Seoul sebelum hari makin gelap. Kota Seoul
sedang mengalami musim salju. Kota di bagian utara Korea ini suhunya dapat
mencapai hingga -8℃ sehingga dapat dipastikan bagaimana menggigilnya bila sedang keluar
rumah seperti saat ini. “Baiklah, aku akan menuruti semua permintaanmu sebagai
hadiah kalau kau bisa membuktikan ucapanmu” ujarku sesaat aku berada di dalam
mobilnya.
“Apa
kau benar – benar mengatakan itu Song Sang In? Jangan sampai kau mengingkari
perkataanmu sendiri, dan karena kau sudah mengatakan ‘semua permintaanku’ maka
dapat kupastikan kau harus melakukan semua permintaanku. Ciuman tadi sebagai
awal permintaanku” jawabnya sambil melesatkan mobilnya untuk pulang ke Seoul.
Senyum jahilnya kembali muncul di permukaan wajahnya yang tampan itu.
‘Song Sang In, apa yang barusan kau katakan? Bukankah kau
sedang menggali lubangmu sendiri untuk kali ini? Bukankah kau juga sudah tahu
bagaimana ide – ide gila selalu bertebaran di otak namja mesum sampingmu ini?’
aku meruntuki kebodohanku sendiri. ‘Glekk...’ dengan susah payah aku menelan
air liurku karena tak sanggup membayangkan apa yang akan diminta oleh Kai.
Seakan
aku baru tersadar dari mimpi indahku bersama Kai, “Yak Jong In, kenapa kau tak
pernah berpikir jauh ke depan sebelum kau melakukan sesuatu hal? Apa kau tak
sadar apa yang akan kita katakan pada eomma kita masing – masing dengan
kejadian siang tadi?” ujarku. “Kau selalu memusingkan hal – hal yang seharusnya
tak perlu kau pikirkan. Katakan saja pada eomma kita bahwa mulai hari ini kita
berkencan, katakan juga kalau kita sudah berciuman beberapa kali sehingga ini
makin mempererat hubungan kita” jawabnya enteng dengan muka datar tanpa merasa
berdosa sedikit pun.
Aku
menjitak kepalanya keras sekali hingga dia mengerang kesakitan. “Aww...”
rintihnya sambil memegangi kepalanya. ‘Omo,
sepertinya aku memang terlalu keras menjitak kepalanya. Pasti sakit’
pikirku dengan perasaan bersalah.
“Gwenchana?
Mianhnae Kai, aku tak bermaksud melukaimu. Sebelah mana yang sakit?” tanyaku
sambil meraba beberapa bagian kepalanya.
“Kau
benar – benar merasa bersalah? Bagaimana kalau kau menciumku? Itu akan
membuatku cepat sembuh” ujarnya sekenanya. Aku menjitaknya untuk yang kedua
kalinya.
Aku
hampir tertipu dengan tingkah konyolnya. Tapi setidaknya hari ini dia bisa
tertawa setelah apa yang terjadi dengannya tadi siang. Aku tertidur dan itu
membuatku tak terasa bahwa mobil yang membawaku telah tiba di Seoul. “Chagi-ya,
bangunlah. Kita sudah sampai di depan rumahmu” katanya perlahan sembari
mengusap ujung kepalaku. “Eugh...” aku membelalakkan mata sesaat aku tersadar
dia memanggilku dengan sebutan itu. “Sampai ketemu besok Sang In” lanjutnya
sembari mencium keningku sekilas. Mobil Kai sudah melesat pergi jauh, tanpa
terasa aku tersenyum malu ketika aku memutar kembali ingatanku hari ini bersama
Kai.
Eomma
yang tengah melipat baju tak seperti biasanya yang tak memberikan senyumannya
sama sekali padaku. ‘Apakah ini karena
kejadian tadi siang?’ pikirku. Aku bermaksud masuk ke dalam kamarku ketika
eomma memanggilku, “Sang In, duduklah. Eomma ingin bertanya tentang beberapa
hal padamu”. ‘deg...’ hatiku seakan ingin lepas dari tempatnya sekarang.
Kuberanikan diri untuk duduk di samping eomma. “Kau mengenal anak nyonya muda?
Sejak kapan?” tanya eomma tanpa basa – basi. “Ne, memang aku tahu kalau dia
salah satu anggota boy band yang sedang naik daun tapi aku mengenalnya saat aku
berada di Paris. Dia banyak menolongku, mulai dari membantuku mencari Sang Woo
oppa hingga berbaik hati memberikan tumpangan untuk aku menginap” jelasku.
“Jadi kau juga sudah tahu kalau dia cucu dari Shinhan Group, keluarga dimana
tempat ibu bekerja?” tanya eomma lagi. “Anio eomma. Aku sama sekali tak
mengetahui tentang hal itu. Kai baru tadi menceritakan tentang keluarganya
kepadaku” jawabku. “Rupanya kau sudah terbiasa memanggil namanya. Mulai
sekarang, jangan pernah bertemu bahkan berniat untuk berteman dengannya. Eomma
tidak mau ada masalah dengan keluarga itu. Bisa – bisa eomma dipecat dari
tempat eomma bekerja. Arraseo?” lanjut eomma, rahang eomma mengeras. “Arraseo
eomma” jawabku singkat. “Sang In, mengertilah kenapa eomma melarangmu dan
bertindak sedikit keras terhadapamu. Selama ini eomma tak pernah melarang kau
berteman dengan siapapun tapi eomma mohon, kau jangan berteman dengan anak
majikan eomma. Eomma tak mau berurusan dengan orang kaya yang sombong itu.
Maafkan eomma karena sudah membentakmu” kata eomma sambil memelukku. Emosi
eomma sedikit mengendur. “Aku mengerti eomma, aku juga minta maaf telah
membuatmu khawatir. Baiklah kalau begitu, aku pergi ke kamarku dulu. Aku ingin
tidur” jawabku sambil melepaskan pelukan eomma.
Aku
berusaha tak mengangkat telepon Kai sejak tadi malam. Aku benar – benar harus
menurut apa kata eomma jika aku tak ingin melihat eomma bersedih. “Sang In,
angkat teleponmu dulu. Mengganggu saja, kenapa kau tak angkat eoh? Memangnya
dari siapa?” tanya Han Jiwon. Belum sempat aku mengatakan, dia sudah terlebih
dahulu merampas ponselku dan membaca nama yang tertera di layar itu ‘Kim Jong
In’. “Nona Song, bagaimana mungkin kau tak mengangkat teleponnya padahal kau
tahu banyak yeoja yang mengharapkan berbicara dengannya?” katanya. Sepertinya
dia kesal karena aku sama sekali tak menyahut.
Han
Jiwon mengambil ponselku dan menggeser tombol hijau di layar itu, “Yoboseo..”
sapanya.
“Ah,
Sang In sepertinya entah kenapa. Sejak tadi pagi dia tak begitu bersemangat.
Sakitpun sepertinya tidak karena tak ada tanda – tanda demam di tubuhnya”
lanjutnya.
Aku
segera mengambil ponselku kembali dan berhasil. Tombol merah di layarnya
langsung kutekan. “Apa yang kau lakukan? Eoh? Ah, kau makin memperburuk suasana
hatiku” tanyaku frustasi.
“Dan
kau, apa yang kau maksudkan dengan berdiam diri seperti ini? Ada masalah apa?
Kalian bertengkar? Palli ceritakan padaku, jangan membuat aku menebak – nebak
tak jelas seperti ini” ujarnya tak sabar.
Belum
sempat aku menjawab pertanyaannya, aku segera mengetikkan pesan “Min Hwa, kau
sekolah hari ini? Aku butuh teman. Kalau kau sempat, aku berada di sekolah
sekarang” dan Min Hwa langsung membalas “Aku akan segera ke sana. Tunggu aku”
balasnya singkat.
“Yak
kau, kenapa tak jawab pertanyaanku? Kau mengirim pesan pada siapa? Kau mau
pergi kemana? Kai sedang menuju ke sini untuk bertemu denganmu” tanyanya lagi.
Suara Han Jiwon benar – benar membuat gendang telingaku terkoyak – koyak. Pada
saat aku menghampiri mobil Min Hwa yang sudah berhenti tepat di depanku, aku
melihat sebuah mobil berwarna hitam yang sudah tak asing bagiku. Ya, itu mobil
Kai. Aku mempercepat langkahku untuk masuk ke dalam mobil namun sayang, dia
melihatku dan segera menyusulku. Untung saja Min Hwa langsung tancap gas
setelah aku duduk di bangku mobilnya.
@
“Duduklah
kembali” katanya padaku secara tiba – tiba yang berniat berdiri namun urung
karena Kai menyuruhku untuk duduk kembali. Aku terdiam beberapa saat untuk
memikirkan kata – kata apa yang tepat untuk kuucapkan kepada namja di depanku
ini. “Kau, bagaimana bisa kau sampai di tempat ini? Apa yang kau lakukan
disini? Apakah kau mendengar dan melihat pembicaraan kami tadi?” kataku dengan
susah menelan air liurku. Dia hanya diam.
“Sebenarnya
ada apa dengan semua ini? Kenapa kau menghindar dariku? Kalau kau ingin marah
padaku, katakan saja. Bahkan aku berusaha dengan sendirinya untuk mencari
keberadaanmu. Apa yang terjadi denganmu? Apa salahku sampai kau memperlakukan
aku seperti ini? Jebal, jelaskan semuanya” ujarnya sambil mengiba.
“Anio,
kau tak punya salah apapun terhadapku. Hanya saja..” ujarku terpotong. “Hanya
saja aku merasa sepertinya pertemanan kita ini salah. Tak sepantasnya kau
berteman dengan gadis sepertiku, gadis bisu” lanjutku. Aku memberanikan diri
untuk mengatakannya.
“Apa
kau disuruh eommaku mengatakan ini semua? Apa kau diancam? Atau ibumu yang
diancam oleh eommaku? Eoh? Katakan” ujarnya tak sabar.
“Anio.
Eommamu tak mengatakan apa – apa kepadaku, atau bahkan mengancamku maupun
eommaku. Aku mengatakan ini karena memang ini adalah sebuah kenyataan yang
harus kita hadapi. Duniaku dan duniamu berbeda, aku tak pantas berada di
duniamu dan disandingkan denganmu” jawabku hampir meneteskan air mata.
“Dunia
apa yang kau maksud? Duniamu duniaku? Apa kau pikir kita sekarang hidup di
dunia yang berbeda? Padahal jelas – jelas aku sedang duduk di hadapanmu untuk
memohon padamu jangan mengatakan hal gila macam ini” tandasnya.
Aku
terdiam beberapa saat karena aku tak tahu apa yang harus kukatakan kepadanya.
Aku berdiri dan berniat segera meninggalkan tempat ini. Tak kusadar ternyata
Min Hwa sudah berdiri di sampingku. “Sudah tak ada yang ingin kubicarakan
denganmu. Pergilah” pintaku kepada Kai secara terang – terangan. “Kajja kita
pulang Min Hwa” lanjutku kepada namja di sampingku. Aku sempat berpikiran untuk
menoleh kepada namja yang sudah kutinggalkan sendiri itu namun aku membatalkan
keinginan itu.
Aku
merapatkan pakaian hangatku karena aku merasa dingin semakin menyelimutiku. ‘Ini tidak mungkin hanya gara – gara namja
itu. Ini pasti karena salju semakin menutupi permukaan bumi. Baiklah, ini
karena salju’ ujarku dalam hati, menyemangati diriku sendiri. “Ada apa
denganmu? Kau merasa kedinginan? Sini kemarikan tanganmu”ujar Min Hwa. Belum
sempat aku mengiyakan permintaanya, dia sudah terlebih dahulu memasukkan
tanganku ke dalam saku jaket tebalnya. “Biar kunyalakan penghangat agar kau tak
menggigil kedinginan” lanjutnya setelah kami berada di dalam mobil.
Kami
sama – sama diam hingga mobil yang sedang dikendarai Min Hwa tepat berada di
depan rumahku. “Cepat masuklah ke dalam rumah, dan segera nyalakan penghangat
ruangan” katanya. “Kau tak ingin mampir dulu? Aku akan membuatkan maesil cha
untukmu. Sepertinya kau juga kedinginan” jawabku seraya memegang tangan Min
Hwa. Aku dapat merasakan raut wajahnya berubah menjadi malu. “Anio, tak perlu.
Gomawo atas tawaranmu, lain kali saja aku datang ke rumahmu. Salam ke eommamu”
tandasnya.
@Kamarku, December 27 2013, 00.00 KST
‘dreettt...
dreeettt...’ ponselku tengah berdemo karena aku masih saja tak membuka mataku
untuk melihat apa yang terjadi dengan ponselku. Akhirnya mataku sedikit terbuka
dan membaca satu pesan masuk.
“Sang
In-ssi, aku dan Byun Baekhyun sedang berada di depan pintu rumahmu. Kau
segeralah keluar. Palli, aku tak mau ada orang lewat dan menganggap kami
sebagai pencuri. Dan apakah kau ingin kami mati kedinginan karena menunggumu
dari tadi?” -Choi Eun Ra-
‘Choi Eun Ra?’ aku masih bertanya dalam
hati. Apa yang sedang dia dan tunangannya itu lakukan? Berada di depan pintu
rumahku pada tengah malam dan sedang turun salju seperti ini? Aku tak ingin
berpikir panjang, aku menyambar jaket buluku serta mengalungkan syal berwarna
putih tulangku dan segera berlari ke depan rumahku. Aku dibuat kaget oleh
mereka berdua, ternyata memang benar mereka sudah berada disini entah mulai
pukul berapa.
“Apa
yang kalian lakukan tengah malam begini di depan rumahku? Dan bagaimana kau
tahu nomor ponselku?” tanyaku.
“Mianhnae
Sang In-ssi, aku tak bermaksud menyindir atau bahkan menjelek – jelekkanmu tapi
jujur, aku tak mengerti dengan apa yang kau bicarakan” ujarnya sambil tersenyum
manis ke arahku. Dan dapat kulihat dua wajah sahabat baruku ini, Eunra dan
Baekhyun memerah akibat terlalu lama terkena hawa dingin terpaan salju. “Kajja,
kau ikut dengan kami. Ada keperluan yang sangat genting sekali dan aku benar –
benar membutuhkan pertolonganmu. Ini menyangkut tentang nyawa sseorang” lanjutnya.
Tanpa menunggu aba – aba dariku, Eunra langsung menarik tanganku untuk segera
mengikutinya masuk ke dalam mobil.
‘Nyawa seseorang? Apa maksudnya pembicaraan Eunra ini?
Atau jangan – jangan sesuatu yang buruk sedang menimpa Kai’
batinku menggumamkan namanya. Aku menggelengkan kepala seakan tak ingin terjadi
apa – apa dengannya.
Tiba
di suatu tempat, Eunra membukakan pintu di sebelahku dan memintaku segera
turun. “Kau lihat lampu berwarna merah itu bukan?” tanya Baekhyun padaku. “Kau
hanya perlu berjalan menuju lampu itu dan kau akan segera tahu apa yang sedang
terjadi ini” lanjutnya. Aku masih saja tak mengerti dengan apa yang dikatakan
oleh Baekhyun, namun aku menurut saja dengan apa yang dimintanya.
Sesaat
aku tepat berada di bawah lampu merah itu, tiba – tiba lampu berwarna – warni
menyala secara bergantian dan menjulang tinggi sekali. Aku masih belum
menyadari dengan pola lampu itu hingga seseorang di belakangku berkata,
“Bagaimana? Sudah mirip dengan Menara Eiffel bukan? Bagaimana menurutmu?” kata
seprang namja berbisik di telingaku. Sarafku sedikit menegang dengan apa yang
baru saja namja itu lakukan. Aku belum berkata apa – apa hingga, “Saengil
chukkae Song Sang In. Adalah sebuah kebahagian tersendiri bagiku karena aku
telah mengenal yeoja dengan sayap kecilmu yang mampu mencuri perhatianku” ujar
seorang namja tampan dibalut dengan tuksedo berwarna putih yang sepertinya tak
menghiraukan dinginnya dini hari ini.
Dan
dari ujung yang lain, satu per satu member EXO menyanyikan sebuah lagu untukku.
“Saengil chukkae hamnida, saengil chukkae hamnida, saengil chukkae hamnida, saranghaeyo
Song Sang In, saengil chukkae hamnida. Happy birthday, happy birthday, happy
birthday to Sang In”. Setelah mereka bernyanyi lagu itu, mereka menyanyikan
sebuah lagu lagi untukku.
Jogeuman nalgaetjit neol hyanghan ikkeullim naege ttaraora sonjitan
geot gataseo
(Kepakan sayap
kecilmu mencuri perhatianku
Gerak tanganmu,
seakan menuntunku untuk mengikutimu)
Aejeolhan nunbitgwa mueonui iyagi gaseume hoeriga morachideon geunal
bam
(Setiap malamku,
teringat akan ketulusan matamu dan cerita dalam diammu)
Omyohan geudaeui moseube neogseul nokohanappunin yeonghoneul ppaetgigo
(Tersesat aku,
terjatuh dalam indahnya pesonamu)
Geudaeui momjises wanjeonhi chwihaeseo sum swineun geotjocha ijeobeorin
nainde
(Melupakan
bagaimana cara bernafas, aku mabuk oleh indahmu)
Walcheucheoreom sappunhi anja nuneul ttel su ebseo siseoni jayeonseure
georeummada neol ttaragajanha
(Tidak bisa lepas
mata ini melihat cara dudukmu yang lembut seperti waltz
Mata ini, selalu
mengikuti kemanapun kau melangkah)
Nal annaehaejwo
(Bawalah aku)
Yeah geudaega salgo inneun gose nado hamkke deryeogajwo
(Ke tempat kau
berada, bawa aku bersamamu)
Oh, sesangui kkeuchirado dwittaragal teni
(Meski itu di
ujung dunia, aku akan terus mengikutimu)
Budi nae siyaeseo beoseonaji marajwo achimi wado sarajiji marajwo oh
(Jangan kau pergi
dari pandanganku, meski pagi datang menyapa)
Kkumeul kkuneun georeum geudaen namanui areumdaun nabi
(Caramu melangkah
adalah caraku bermimpi, hanya dirimu kupu – kupu cantik)
Oh woo-hoo-hoo (oh yeah- woo-hoo-hoo yeah woo-hoo-hoo)
Eodiseo wanneunji eodiro ganeunji chinjeolhi yeogikkaji majungeul wajun
neo
(Dari mana
datangmu, dan kemana aku akan pergi?
Apa kedatanganmu
untuk menemuiku?)
Gapareun oremak kkakkjin jeolbyeokdo geokjeongma muetdo duryeoul geosi
eobseuni
(Tidak ada yang
perlu kita takutkan
Meski itu jalan
tebing curam atau menanjak, jangan khawatir)
Neoneun ppomnae uahan jatae
(Kau menunjukkan
sisi anggunmu)
O! Nan myeot beonigo banhago
(Untuk kesekian
kalinya aku terjatuh untukmu)
Sarageun ireoke nado moreuge
(Cinta ini menyapa
tanpa aku ketahui)
Yegodo eobsi bulsie chajawa
(Dan muncul tiba –
tiba tanpa peringatan)
Walcheucheoreom sappunhi anja nuneul ttel su eobseo siseoni jayeonseure
georeummada neol ttaragajanha oh no
(Tidak bisa lepas
mata ini melihat cara dudukmu yang lembut seperti waltz
Mata ini, selalu
mengikuti kemanapun kau melangkah)
Nal annehaejwo
(Bawalah aku)
Yeah geudaega salgo inneun gose nado hamke deryeogajwo
(Ke tempat kau
berada, bawa aku bersamamu)
Oh, sesangui kkeuchirado dwittaragal teni
(Meski itu di
ujung dunia, aku akan terus mengikutimu)
Budi nae siyaeseo beoseonaji marajwo achimi wado sarajiji marajwo oh
(Jangan kau pergi
dari pandanganku, meski pagi datang menyapa)
Kkumeul Kkuneun georeum geudaen namanui areumdaun nabi
(Caramu melangkah
adalah caraku bermimpi, hanya dirimu kupu – kupu cantik)
Natseon goseul heamenda haedo gireul irhebeorindaedo nuguboda sojjikhan
naui mameul ttareulgeoya
(Bahkan saat aku
harus menempuh jalan asing dan tersesat
Hati ini akan
terus menuntunmu)
Joyonghi nune tteuineun momjit ganghago budeureoun nunbit
(Perlahan aku
melihat langkahmu, mata kuatmu yang tersembunyi dalam lembutnya pandanganmu)
Geobuhal su eomneun nanikka yeah
(Aku tak bisa
menyangkal semua itu, yeah)
Nal deryegajwo
(Bawalah aku)
Yeah geudaega salgo inneun gose nado hamkke deryeoga Jwo
(Ke tempat kau
berada, bawa aku bersamamu)
Oh, sesangui kkeuchirado ttaragalge oh no
(Meski itu di
ujung dunia, aku akan terus mengikutimu)
Nae siyaeseo beoseonaji marajwo achimi wado sarajiji marajwo oh
(Jangan kau pergi
dari pandanganku, meski pagi datang menyapa)
Jogeumahan sonjit naui gaseumen hoeriga chinda
(Gerakan tangan
kecilmu telah mengambil perasaan bingung dalam hatiku)
Woo-hoo-hoo, Woo-hoo-hoo, Woo-hoo-hoo
Eunra membawakan kue tart ke arahku. “Ayo, kau buat
permohonan lalu tiup lilinnya”. Aku menundukkan kepala dan langsung meniup
lilin. Suara petasan terdengar tiba – tiba secara kencang sekali. Semua
bertepuk tangan. “Sang In-ssi, saengil chukkae. Mianhnae tadi aku membawamu
secara paksa. Ini semua idenya” kata Eunra. “Ah anio Ra-ya, gomawo. Jeongmal
gomawo. Aku ingin mengucapkan banyak terimakasih untuk kalian semua” ujarku
sambil membungkukkan badan. “Gwenchana, kau harus membayar mahal atas nyanyian
kami tadi. Kau adalah orang pertama yang dinyanyikan secara langsung oleh kami”
tandas Chanyeol, dibarengi dengan gelak tawa semua member.
“Kau, bagaimana bisa kau sama sekali tak memakai
baju hangat? Kau bisa demam. Pakai ini. Kau benar – benar di luar dugaanku Kim
Jong In” kataku sambil memasangkan syal yang tadi bertengger di leherku dan
sekarang sudah berpindah tempat.
“Arra, hanya dengan begini saja aku bisa merasakan
hangat di tubuhku” jawabnya sambil memelukku dari belakang. “Bagaimana kau suka
dengan hasil karya Jong In?” lanjutnya. “Tak buruk, aku harus mengakui kalau
ini memang benar – benar daebak” ujarku seraya mengacungkan dua jempolku ke
arahnya.
Apakah ini pertanda bahwa mereka mulai sama – sama
mengakui kalau mereka saling mencintai? Dan apa yang akan terjadi selanjutnya
setelah Sang In kembali ke rumah setelah semalam dia kabur dari rumahnya?
0 komentar:
Posting Komentar