• Korewa zombie desuka
We Are One We Are EXO :)

Eiffel Tower in Seoul Part 5


Part 5

Title            :  Eiffel Tower in Seoul
Author         :  Song Sang In
FB               :  Vini Happy Ajeng
Cast             :  Song Sang In, Kim Jong In, BaekRa Couple
Cameo         :  Member EXO, Shin Min Hwa
Length         :  Series
Gendre        :  Romance, Little Angst
Rated              :    PG-17
Back Song    :  Don’t Go - EXO

Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu semua tidak sengaja.

Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya jinak kok jadi ga bakal gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat author.

Hargai kerja keras author yang bikin cerita ini sampe dibantuin begadang jadi NO PLAGIAT. Happy reading ^^

“Aku berterimakasih kepada Tuhan karena telah mengirimkan makhluk seindah dirimu. Rasanya cukup bagiku untuk menerima kebahagian hanya dengan kehadiranmu di sisiku. Namun sepertinya aku harus pergi menjauh dari kehidupanmu” –Song Sang In-

Previous Part..
“Aku belum pernah melakukan ini dengan yeoja manapun. Asal kau tahu, aku melakukan hal ini untuk pertama kalinya hanya denganmu. Mianhnae, aku telah membuatmu menangis” ujar Kai. Ajaib, air mataku berhenti keluar dari tempat peraduannya. Dia mengusap air mata yang tersisa di kedua pipiku, “Percayalah padaku” katanya singkat. “Lihatlah, pipimu berwarna merah lagi” lanjutnya sambil tersenyum. Senyumnya kali ini bukan senyum menggoda atau ingin menjahiliku tapi ini senyum tulus darinya untukku.

Eiffel Tower in Seoul Part 5..
Saatnya bagi kami untuk segera kembali ke Seoul sebelum hari makin gelap. Kota Seoul sedang mengalami musim salju. Kota di bagian utara Korea ini suhunya dapat mencapai hingga -8 sehingga dapat dipastikan bagaimana menggigilnya bila sedang keluar rumah seperti saat ini. “Baiklah, aku akan menuruti semua permintaanmu sebagai hadiah kalau kau bisa membuktikan ucapanmu” ujarku sesaat aku berada di dalam mobilnya.
“Apa kau benar – benar mengatakan itu Song Sang In? Jangan sampai kau mengingkari perkataanmu sendiri, dan karena kau sudah mengatakan ‘semua permintaanku’ maka dapat kupastikan kau harus melakukan semua permintaanku. Ciuman tadi sebagai awal permintaanku” jawabnya sambil melesatkan mobilnya untuk pulang ke Seoul. Senyum jahilnya kembali muncul di permukaan wajahnya yang tampan itu.
‘Song Sang In, apa yang barusan kau katakan? Bukankah kau sedang menggali lubangmu sendiri untuk kali ini? Bukankah kau juga sudah tahu bagaimana ide – ide gila selalu bertebaran di otak namja mesum sampingmu ini?’ aku meruntuki kebodohanku sendiri. ‘Glekk...’ dengan susah payah aku menelan air liurku karena tak sanggup membayangkan apa yang akan diminta oleh Kai.
Seakan aku baru tersadar dari mimpi indahku bersama Kai, “Yak Jong In, kenapa kau tak pernah berpikir jauh ke depan sebelum kau melakukan sesuatu hal? Apa kau tak sadar apa yang akan kita katakan pada eomma kita masing – masing dengan kejadian siang tadi?” ujarku. “Kau selalu memusingkan hal – hal yang seharusnya tak perlu kau pikirkan. Katakan saja pada eomma kita bahwa mulai hari ini kita berkencan, katakan juga kalau kita sudah berciuman beberapa kali sehingga ini makin mempererat hubungan kita” jawabnya enteng dengan muka datar tanpa merasa berdosa sedikit pun.
Aku menjitak kepalanya keras sekali hingga dia mengerang kesakitan. “Aww...” rintihnya sambil memegangi kepalanya. ‘Omo, sepertinya aku memang terlalu keras menjitak kepalanya. Pasti sakit’ pikirku dengan perasaan bersalah.
“Gwenchana? Mianhnae Kai, aku tak bermaksud melukaimu. Sebelah mana yang sakit?” tanyaku sambil meraba beberapa bagian kepalanya.
“Kau benar – benar merasa bersalah? Bagaimana kalau kau menciumku? Itu akan membuatku cepat sembuh” ujarnya sekenanya. Aku menjitaknya untuk yang kedua kalinya.
Aku hampir tertipu dengan tingkah konyolnya. Tapi setidaknya hari ini dia bisa tertawa setelah apa yang terjadi dengannya tadi siang. Aku tertidur dan itu membuatku tak terasa bahwa mobil yang membawaku telah tiba di Seoul. “Chagi-ya, bangunlah. Kita sudah sampai di depan rumahmu” katanya perlahan sembari mengusap ujung kepalaku. “Eugh...” aku membelalakkan mata sesaat aku tersadar dia memanggilku dengan sebutan itu. “Sampai ketemu besok Sang In” lanjutnya sembari mencium keningku sekilas. Mobil Kai sudah melesat pergi jauh, tanpa terasa aku tersenyum malu ketika aku memutar kembali ingatanku hari ini bersama Kai.
Eomma yang tengah melipat baju tak seperti biasanya yang tak memberikan senyumannya sama sekali padaku. ‘Apakah ini karena kejadian tadi siang?’ pikirku. Aku bermaksud masuk ke dalam kamarku ketika eomma memanggilku, “Sang In, duduklah. Eomma ingin bertanya tentang beberapa hal padamu”. ‘deg...’ hatiku seakan ingin lepas dari tempatnya sekarang. Kuberanikan diri untuk duduk di samping eomma. “Kau mengenal anak nyonya muda? Sejak kapan?” tanya eomma tanpa basa – basi. “Ne, memang aku tahu kalau dia salah satu anggota boy band yang sedang naik daun tapi aku mengenalnya saat aku berada di Paris. Dia banyak menolongku, mulai dari membantuku mencari Sang Woo oppa hingga berbaik hati memberikan tumpangan untuk aku menginap” jelasku. “Jadi kau juga sudah tahu kalau dia cucu dari Shinhan Group, keluarga dimana tempat ibu bekerja?” tanya eomma lagi. “Anio eomma. Aku sama sekali tak mengetahui tentang hal itu. Kai baru tadi menceritakan tentang keluarganya kepadaku” jawabku. “Rupanya kau sudah terbiasa memanggil namanya. Mulai sekarang, jangan pernah bertemu bahkan berniat untuk berteman dengannya. Eomma tidak mau ada masalah dengan keluarga itu. Bisa – bisa eomma dipecat dari tempat eomma bekerja. Arraseo?” lanjut eomma, rahang eomma mengeras. “Arraseo eomma” jawabku singkat. “Sang In, mengertilah kenapa eomma melarangmu dan bertindak sedikit keras terhadapamu. Selama ini eomma tak pernah melarang kau berteman dengan siapapun tapi eomma mohon, kau jangan berteman dengan anak majikan eomma. Eomma tak mau berurusan dengan orang kaya yang sombong itu. Maafkan eomma karena sudah membentakmu” kata eomma sambil memelukku. Emosi eomma sedikit mengendur. “Aku mengerti eomma, aku juga minta maaf telah membuatmu khawatir. Baiklah kalau begitu, aku pergi ke kamarku dulu. Aku ingin tidur” jawabku sambil melepaskan pelukan eomma.
Aku berusaha tak mengangkat telepon Kai sejak tadi malam. Aku benar – benar harus menurut apa kata eomma jika aku tak ingin melihat eomma bersedih. “Sang In, angkat teleponmu dulu. Mengganggu saja, kenapa kau tak angkat eoh? Memangnya dari siapa?” tanya Han Jiwon. Belum sempat aku mengatakan, dia sudah terlebih dahulu merampas ponselku dan membaca nama yang tertera di layar itu ‘Kim Jong In’. “Nona Song, bagaimana mungkin kau tak mengangkat teleponnya padahal kau tahu banyak yeoja yang mengharapkan berbicara dengannya?” katanya. Sepertinya dia kesal karena aku sama sekali tak menyahut.
Han Jiwon mengambil ponselku dan menggeser tombol hijau di layar itu, “Yoboseo..” sapanya.
“Ah, Sang In sepertinya entah kenapa. Sejak tadi pagi dia tak begitu bersemangat. Sakitpun sepertinya tidak karena tak ada tanda – tanda demam di tubuhnya” lanjutnya.
Aku segera mengambil ponselku kembali dan berhasil. Tombol merah di layarnya langsung kutekan. “Apa yang kau lakukan? Eoh? Ah, kau makin memperburuk suasana hatiku” tanyaku frustasi.
“Dan kau, apa yang kau maksudkan dengan berdiam diri seperti ini? Ada masalah apa? Kalian bertengkar? Palli ceritakan padaku, jangan membuat aku menebak – nebak tak jelas seperti ini” ujarnya tak sabar.
Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, aku segera mengetikkan pesan “Min Hwa, kau sekolah hari ini? Aku butuh teman. Kalau kau sempat, aku berada di sekolah sekarang” dan Min Hwa langsung membalas “Aku akan segera ke sana. Tunggu aku” balasnya singkat.
“Yak kau, kenapa tak jawab pertanyaanku? Kau mengirim pesan pada siapa? Kau mau pergi kemana? Kai sedang menuju ke sini untuk bertemu denganmu” tanyanya lagi. Suara Han Jiwon benar – benar membuat gendang telingaku terkoyak – koyak. Pada saat aku menghampiri mobil Min Hwa yang sudah berhenti tepat di depanku, aku melihat sebuah mobil berwarna hitam yang sudah tak asing bagiku. Ya, itu mobil Kai. Aku mempercepat langkahku untuk masuk ke dalam mobil namun sayang, dia melihatku dan segera menyusulku. Untung saja Min Hwa langsung tancap gas setelah aku duduk di bangku mobilnya.

@ Apgujeong Yard, 11.00 KST
“Song Sang In, apa yang terjadi denganmu sampai mukamu kusut seperti ini? Eoh? Dan siapa pria tadi yang mengejarmu?” ucap Min Hwa yang berada di depan sambil mencubit kedua pipiku.
Aku berusaha melepaskan tangannya dari pipiku. “Yak Min Hwa, aku mau itu. Traktir aku” ujarku sambil menunjuk ke arah kedai yang menyediakan banana milk, minuman kesukaan kami. Dengan segera dia bergegas ke arah kedai itu, aku menunggu di tempat kami duduk. Selagi dia membeli, aku mengintip ponsel yang berada di saku seragamku. ’12 panggilan tak terjawab dan 27 pesan masuk. Omo, dan itu hanya satu penghubung saja siapa lagi kalau bukan Kai’ pikirku. Aku menghembuskan nafas panjang dengan perasaan jenuh sesaat Min Hwa kembali dengan membawa 2 gelas berisi banana milk. “Kau ingat bagaimana awal kau dan aku menyukai ini?” tanyaku padanya. “Tentu saja, kau membuatku menangis dan akhirnya kau membelikan minuman ini sebagai permintaan maaf padaku. Kenapa kau bertanya tentang ini? Wae?” tanyanya. “Anio” jawabku singkat. “Sang In, ceritakan padaku. Kalau kau sedang memutar sedotan seperti itu, itu tandanya kau sedang khawatir” tandas Min Hwa sambil menunjuk ke arah minumanku. Ya, memang aku tengah memutar sedotan dan itu satu – satunya tanda bahwa aku sedang mengkhawatirkan sesuatu.
“Kau tak pernah menghubungiku. Apa karena Hana? Jahat sekali kau, hanya gara – gara yeoja menyeramkan itu bisa – bisanya kau melupakan aku, temanmu sejak kecil” timpalku untuk mengalihkan pembicaraan.
“Kau tahu? Aku tak pernah menghubungimu karena itu ulahmu” jawabnya. Aku hanya mengangkat bahuku, aku tak mengerti dengan apa yang dia maksud. “Teman sejak kecilku ini tengah memenuhi berita di hampir semua media karena kabar kedekatannya dengan salah satu anggota boy band yang tengah naik daun. Apa aku salah?” lanjutnya sambil memandangku seperti menyelidik sesuatu hal.
“Ah anio. Berita di media itu tidak benar. Aku tak ada hubungan apa – apa dengan namja itu” jawabku.
“Kalau memang tak ada hubungan kenapa mukamu berubah warna merah seperti ini? Asal kau tahu, ini semua membuatku cemburu. Beberapa hari yang lalu aku mendatangi rumahmu bermaksud untuk mengajak kau jalan – jalan namun ternyata kau malah dijemput oleh pria itu. Ckk, menyebalkan. Akhirnya kuurungkan niatku” katanya sambil menundukkan kepala.
“Jeongmal? Kau benar – benar cemburu terhadapku? Jangan bercanda Shin Min Hwa” balasku.

“Baiklah Song Sang In, kalau kau tak mengatakan apa yang sedang kau lakukan, aku akan melakukannya sesuai dengan caraku sendiri. Tak sulit mencarimu dengan GPS di ponselmu” ujar seseorang namja dengan senyum penuh kemenangan.
Kai tiba di tempat dimana Song Sang In berada. Dia setengah berlari mengitari taman itu hanya untuk mencari seseorang. Dia tak menghiraukan dinginnya salju yang sekarang tengah menjatuhi sebagian tubuhnya. Dari kejauhan terdengar suara seorang yeoja sedang bercakap – cakap. Kai menghampiri suara itu dan ternyata benar itu adalah yeoja yang dicarinya, aku. Sesaat Kai ingin menghampiriku, tiba – tiba dia mengurungkan niatnya.
“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Sebenarnya aku masih menyayangimu seperti waktu dulu kita bersama, sebelum aku mengenal Yoon Hana” ungkapnya.
‘degg..’ hati Kai terasa tertusuk belati, menohok tepat di ulu hatinya. Begitupun aku, bahkan aku sempat tersedak oleh minumanku. Min Hwa dengan sigap menepuk punggungku perlahan hanya sekedar untuk melegakan tenggorokanku. Cukup mengagetkan memang, namun inilah yang sedang terjadi.
“Kau, kau sedang bercanda bukan?” tanyaku. Min Hwa hanya memandangku diam pertanda bahwa saat ini dia sedang tidak bercanda. “Min Hwa, kau masih menyimpan perasaan itu? Bukankah aku sudah pernah mengatakan untuk kau buang perasaan itu seperti aku membuang jauh – jauh perasaanku yang pernah untukmu? Aku dulu memang pernah menyukaimu bahkan menyayangimu tapi kamu menyadarkanku bahwa kita tak ditakdirkan seperti itu. Tuhan hanya mentakdirkan kita hanya untuk bersahabat. Jangan kau rusak persahabatan kita dengan kau berkata seperti ini lagi, dan pikirkan bagaimana perasaan Hana kalau dia tahu kau tidak sepenuhnya menyayanginya” ujarku.
Tiba – tiba, “Kau..” ujar Min Hwa seraya mendongakkan kepala. Aku secara refleks memutar badanku untuk melihat siapa orang di belakang kami, ‘Kim Jong In’ ujarku dalam hati. Aku pun tanpa sengaja menjatuhkan banana milkku. “Aku akan tinggalkan kalian berdua disini” kata Min Hwa sambil meninggalkan kami berdua.
“Duduklah kembali” katanya padaku secara tiba – tiba yang berniat berdiri namun urung karena Kai menyuruhku untuk duduk kembali. Aku terdiam beberapa saat untuk memikirkan kata – kata apa yang tepat untuk kuucapkan kepada namja di depanku ini. “Kau, bagaimana bisa kau sampai di tempat ini? Apa yang kau lakukan disini? Apakah kau mendengar dan melihat pembicaraan kami tadi?” kataku dengan susah menelan air liurku. Dia hanya diam.
“Sebenarnya ada apa dengan semua ini? Kenapa kau menghindar dariku? Kalau kau ingin marah padaku, katakan saja. Bahkan aku berusaha dengan sendirinya untuk mencari keberadaanmu. Apa yang terjadi denganmu? Apa salahku sampai kau memperlakukan aku seperti ini? Jebal, jelaskan semuanya” ujarnya sambil mengiba.
“Anio, kau tak punya salah apapun terhadapku. Hanya saja..” ujarku terpotong. “Hanya saja aku merasa sepertinya pertemanan kita ini salah. Tak sepantasnya kau berteman dengan gadis sepertiku, gadis bisu” lanjutku. Aku memberanikan diri untuk mengatakannya.
“Apa kau disuruh eommaku mengatakan ini semua? Apa kau diancam? Atau ibumu yang diancam oleh eommaku? Eoh? Katakan” ujarnya tak sabar.
“Anio. Eommamu tak mengatakan apa – apa kepadaku, atau bahkan mengancamku maupun eommaku. Aku mengatakan ini karena memang ini adalah sebuah kenyataan yang harus kita hadapi. Duniaku dan duniamu berbeda, aku tak pantas berada di duniamu dan disandingkan denganmu” jawabku hampir meneteskan air mata.
“Dunia apa yang kau maksud? Duniamu duniaku? Apa kau pikir kita sekarang hidup di dunia yang berbeda? Padahal jelas – jelas aku sedang duduk di hadapanmu untuk memohon padamu jangan mengatakan hal gila macam ini” tandasnya.
Aku terdiam beberapa saat karena aku tak tahu apa yang harus kukatakan kepadanya. Aku berdiri dan berniat segera meninggalkan tempat ini. Tak kusadar ternyata Min Hwa sudah berdiri di sampingku. “Sudah tak ada yang ingin kubicarakan denganmu. Pergilah” pintaku kepada Kai secara terang – terangan. “Kajja kita pulang Min Hwa” lanjutku kepada namja di sampingku. Aku sempat berpikiran untuk menoleh kepada namja yang sudah kutinggalkan sendiri itu namun aku membatalkan keinginan itu.
Aku merapatkan pakaian hangatku karena aku merasa dingin semakin menyelimutiku. ‘Ini tidak mungkin hanya gara – gara namja itu. Ini pasti karena salju semakin menutupi permukaan bumi. Baiklah, ini karena salju’ ujarku dalam hati, menyemangati diriku sendiri. “Ada apa denganmu? Kau merasa kedinginan? Sini kemarikan tanganmu”ujar Min Hwa. Belum sempat aku mengiyakan permintaanya, dia sudah terlebih dahulu memasukkan tanganku ke dalam saku jaket tebalnya. “Biar kunyalakan penghangat agar kau tak menggigil kedinginan” lanjutnya setelah kami berada di dalam mobil.
Kami sama – sama diam hingga mobil yang sedang dikendarai Min Hwa tepat berada di depan rumahku. “Cepat masuklah ke dalam rumah, dan segera nyalakan penghangat ruangan” katanya. “Kau tak ingin mampir dulu? Aku akan membuatkan maesil cha untukmu. Sepertinya kau juga kedinginan” jawabku seraya memegang tangan Min Hwa. Aku dapat merasakan raut wajahnya berubah menjadi malu. “Anio, tak perlu. Gomawo atas tawaranmu, lain kali saja aku datang ke rumahmu. Salam ke eommamu” tandasnya.
@Kamarku, December 27 2013, 00.00 KST
‘dreettt... dreeettt...’ ponselku tengah berdemo karena aku masih saja tak membuka mataku untuk melihat apa yang terjadi dengan ponselku. Akhirnya mataku sedikit terbuka dan membaca satu pesan masuk.
“Sang In-ssi, aku dan Byun Baekhyun sedang berada di depan pintu rumahmu. Kau segeralah keluar. Palli, aku tak mau ada orang lewat dan menganggap kami sebagai pencuri. Dan apakah kau ingin kami mati kedinginan karena menunggumu dari tadi?” -Choi Eun Ra-
‘Choi Eun Ra?’ aku masih bertanya dalam hati. Apa yang sedang dia dan tunangannya itu lakukan? Berada di depan pintu rumahku pada tengah malam dan sedang turun salju seperti ini? Aku tak ingin berpikir panjang, aku menyambar jaket buluku serta mengalungkan syal berwarna putih tulangku dan segera berlari ke depan rumahku. Aku dibuat kaget oleh mereka berdua, ternyata memang benar mereka sudah berada disini entah mulai pukul berapa.
“Apa yang kalian lakukan tengah malam begini di depan rumahku? Dan bagaimana kau tahu nomor ponselku?” tanyaku.
“Mianhnae Sang In-ssi, aku tak bermaksud menyindir atau bahkan menjelek – jelekkanmu tapi jujur, aku tak mengerti dengan apa yang kau bicarakan” ujarnya sambil tersenyum manis ke arahku. Dan dapat kulihat dua wajah sahabat baruku ini, Eunra dan Baekhyun memerah akibat terlalu lama terkena hawa dingin terpaan salju. “Kajja, kau ikut dengan kami. Ada keperluan yang sangat genting sekali dan aku benar – benar membutuhkan pertolonganmu. Ini menyangkut tentang nyawa sseorang” lanjutnya. Tanpa menunggu aba – aba dariku, Eunra langsung menarik tanganku untuk segera mengikutinya masuk ke dalam mobil.
‘Nyawa seseorang? Apa maksudnya pembicaraan Eunra ini? Atau jangan – jangan sesuatu yang buruk sedang menimpa Kai’ batinku menggumamkan namanya. Aku menggelengkan kepala seakan tak ingin terjadi apa – apa dengannya.
Tiba di suatu tempat, Eunra membukakan pintu di sebelahku dan memintaku segera turun. “Kau lihat lampu berwarna merah itu bukan?” tanya Baekhyun padaku. “Kau hanya perlu berjalan menuju lampu itu dan kau akan segera tahu apa yang sedang terjadi ini” lanjutnya. Aku masih saja tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Baekhyun, namun aku menurut saja dengan apa yang dimintanya.
Sesaat aku tepat berada di bawah lampu merah itu, tiba – tiba lampu berwarna – warni menyala secara bergantian dan menjulang tinggi sekali. Aku masih belum menyadari dengan pola lampu itu hingga seseorang di belakangku berkata, “Bagaimana? Sudah mirip dengan Menara Eiffel bukan? Bagaimana menurutmu?” kata seprang namja berbisik di telingaku. Sarafku sedikit menegang dengan apa yang baru saja namja itu lakukan. Aku belum berkata apa – apa hingga, “Saengil chukkae Song Sang In. Adalah sebuah kebahagian tersendiri bagiku karena aku telah mengenal yeoja dengan sayap kecilmu yang mampu mencuri perhatianku” ujar seorang namja tampan dibalut dengan tuksedo berwarna putih yang sepertinya tak menghiraukan dinginnya dini hari ini.
Dan dari ujung yang lain, satu per satu member EXO menyanyikan sebuah lagu untukku. Saengil chukkae hamnida, saengil chukkae hamnida, saengil chukkae hamnida, saranghaeyo Song Sang In, saengil chukkae hamnida. Happy birthday, happy birthday, happy birthday to Sang In”. Setelah mereka bernyanyi lagu itu, mereka menyanyikan sebuah lagu lagi untukku.

Jogeuman nalgaetjit neol hyanghan ikkeullim naege ttaraora sonjitan geot gataseo
(Kepakan sayap kecilmu mencuri perhatianku
Gerak tanganmu, seakan menuntunku untuk mengikutimu)
Aejeolhan nunbitgwa mueonui iyagi gaseume hoeriga morachideon geunal bam
(Setiap malamku, teringat akan ketulusan matamu dan cerita dalam diammu)
Omyohan geudaeui moseube neogseul nokohanappunin yeonghoneul ppaetgigo
(Tersesat aku, terjatuh dalam indahnya pesonamu)
Geudaeui momjises wanjeonhi chwihaeseo sum swineun geotjocha ijeobeorin nainde
(Melupakan bagaimana cara bernafas, aku mabuk oleh indahmu)
Walcheucheoreom sappunhi anja nuneul ttel su ebseo siseoni jayeonseure georeummada neol ttaragajanha
(Tidak bisa lepas mata ini melihat cara dudukmu yang lembut seperti waltz
Mata ini, selalu mengikuti kemanapun kau melangkah)
Nal annaehaejwo
(Bawalah aku)
Yeah geudaega salgo inneun gose nado hamkke deryeogajwo
(Ke tempat kau berada, bawa aku bersamamu)
Oh, sesangui kkeuchirado dwittaragal teni
(Meski itu di ujung dunia, aku akan terus mengikutimu)
Budi nae siyaeseo beoseonaji marajwo achimi wado sarajiji marajwo oh
(Jangan kau pergi dari pandanganku, meski pagi datang menyapa)
Kkumeul kkuneun georeum geudaen namanui areumdaun nabi
(Caramu melangkah adalah caraku bermimpi, hanya dirimu kupu – kupu cantik)
Oh woo-hoo-hoo (oh yeah- woo-hoo-hoo yeah woo-hoo-hoo)
Eodiseo wanneunji eodiro ganeunji chinjeolhi yeogikkaji majungeul wajun neo
(Dari mana datangmu, dan kemana aku akan pergi?
Apa kedatanganmu untuk menemuiku?)
Gapareun oremak kkakkjin jeolbyeokdo geokjeongma muetdo duryeoul geosi eobseuni
(Tidak ada yang perlu kita takutkan
Meski itu jalan tebing curam atau menanjak, jangan khawatir)
Neoneun ppomnae uahan jatae
(Kau menunjukkan sisi anggunmu)
O! Nan myeot beonigo banhago
(Untuk kesekian kalinya aku terjatuh untukmu)
Sarageun ireoke nado moreuge
(Cinta ini menyapa tanpa aku ketahui)
Yegodo eobsi bulsie chajawa
(Dan muncul tiba – tiba tanpa peringatan)
Walcheucheoreom sappunhi anja nuneul ttel su eobseo siseoni jayeonseure georeummada neol ttaragajanha oh no
(Tidak bisa lepas mata ini melihat cara dudukmu yang lembut seperti waltz
Mata ini, selalu mengikuti kemanapun kau melangkah)
Nal annehaejwo
(Bawalah aku)
Yeah geudaega salgo inneun gose nado hamke deryeogajwo
(Ke tempat kau berada, bawa aku bersamamu)
Oh, sesangui kkeuchirado dwittaragal teni
(Meski itu di ujung dunia, aku akan terus mengikutimu)
Budi nae siyaeseo beoseonaji marajwo achimi wado sarajiji marajwo oh
(Jangan kau pergi dari pandanganku, meski pagi datang menyapa)
Kkumeul Kkuneun georeum geudaen namanui areumdaun nabi
(Caramu melangkah adalah caraku bermimpi, hanya dirimu kupu – kupu cantik)
Natseon goseul heamenda haedo gireul irhebeorindaedo nuguboda sojjikhan naui mameul ttareulgeoya
(Bahkan saat aku harus menempuh jalan asing dan tersesat
Hati ini akan terus menuntunmu)
Joyonghi nune tteuineun momjit ganghago budeureoun nunbit
(Perlahan aku melihat langkahmu, mata kuatmu yang tersembunyi dalam lembutnya pandanganmu)
Geobuhal su eomneun nanikka yeah
(Aku tak bisa menyangkal semua itu, yeah)
Nal deryegajwo
(Bawalah aku)
Yeah geudaega salgo inneun gose nado hamkke deryeoga Jwo
(Ke tempat kau berada, bawa aku bersamamu)
Oh, sesangui kkeuchirado ttaragalge oh no
(Meski itu di ujung dunia, aku akan terus mengikutimu)
Nae siyaeseo beoseonaji marajwo achimi wado sarajiji marajwo oh
(Jangan kau pergi dari pandanganku, meski pagi datang menyapa)
Jogeumahan sonjit naui gaseumen hoeriga chinda
(Gerakan tangan kecilmu telah mengambil perasaan bingung dalam hatiku)
Woo-hoo-hoo, Woo-hoo-hoo, Woo-hoo-hoo

Eunra membawakan kue tart ke arahku. “Ayo, kau buat permohonan lalu tiup lilinnya”. Aku menundukkan kepala dan langsung meniup lilin. Suara petasan terdengar tiba – tiba secara kencang sekali. Semua bertepuk tangan. “Sang In-ssi, saengil chukkae. Mianhnae tadi aku membawamu secara paksa. Ini semua idenya” kata Eunra. “Ah anio Ra-ya, gomawo. Jeongmal gomawo. Aku ingin mengucapkan banyak terimakasih untuk kalian semua” ujarku sambil membungkukkan badan. “Gwenchana, kau harus membayar mahal atas nyanyian kami tadi. Kau adalah orang pertama yang dinyanyikan secara langsung oleh kami” tandas Chanyeol, dibarengi dengan gelak tawa semua member.
“Kau, bagaimana bisa kau sama sekali tak memakai baju hangat? Kau bisa demam. Pakai ini. Kau benar – benar di luar dugaanku Kim Jong In” kataku sambil memasangkan syal yang tadi bertengger di leherku dan sekarang sudah berpindah tempat.
“Arra, hanya dengan begini saja aku bisa merasakan hangat di tubuhku” jawabnya sambil memelukku dari belakang. “Bagaimana kau suka dengan hasil karya Jong In?” lanjutnya. “Tak buruk, aku harus mengakui kalau ini memang benar – benar daebak” ujarku seraya mengacungkan dua jempolku ke arahnya.


Apakah ini pertanda bahwa mereka mulai sama – sama mengakui kalau mereka saling mencintai? Dan apa yang akan terjadi selanjutnya setelah Sang In kembali ke rumah setelah semalam dia kabur dari rumahnya?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Eucliwood hellscythe Theme | Copyright © 2012 All About EXO, All Rights Reserved. Design by Djogzs, | Johanes djogan