• Korewa zombie desuka
We Are One We Are EXO :)

Eiffel Tower in Seoul Part 4


Part 4

Title            :  Eiffel Tower in Seoul
Author         :  Song Sang In
FB               :  Vini Happy Ajeng
Cast             :  Song Sang In, Kim Jong In, BaekRa Couple
Cameo         :  Suho, Han Jiwon
Length         :  Series
Gendre        :  Romance, Little Angst
Rated        :  PG-17

Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu semua tidak sengaja.

Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya jinak kok jadi ga bakal gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat author.

Hargai kerja keras author yang bikin cerita ini sampe dibantuin begadang jadi NO PLAGIAT. Happy reading ^^

“Bibirku selalu mengembangkan senyuman jika bayanganmu melintas di benakku. Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Ya, aku yakin aku cinta padamu” –Song Sang In-

Previous Part...
Aku membalikkan tubuh untuk masuk ke dalam mobilnya namun dia menarik tanganku dan memeluk tubuhku. Dia menyandarkan kepalaku ke dalam dadanya yang bidang. Aku ragu – ragu untuk membalas pelukannya namun akhirnya aku meletakkan kedua tanganku di tubuhnya.

Eiffel Tower in Seoul Part 4..
Dia mempererat pelukannya. Aku juga tak tahu, kenapa aku bisa membalas pelukannya. Setelah kami berpelukan, aku mendorong tubuhnya “Kajja kita pulang. Asal kau tahu, hari ini aku membolos bekerja. Aku harap kau mau mengganti kerugianku” ujarku sambil menarik tangannya untuk segera masuk ke dalam mobilnya.
Kami sama – sama diam, canggung. “Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu sampai rumah dan aku akan meminta maaf langsung pada eommamu” jelasnya. “Tak perlu. Antar saja aku sampai di perempatan depan itu” kataku singkat seraya menunjuk perempatan mana yang kumaksud.
Aku segera turun dari mobilnya namun aku berniat membalikkan tubuh untuk mengucapkan terima kasih namun, “Wae? Apa yang ingin kau bicarakan? Pipimu sudah memerah dulu. Lihat itu” katanya menggoda. Aku mengurungkan niat dan membuka pintu mobil untuk keluar dari mobilnya.
Di sepanjang perjalanan pulangku, aku berpikir keras apa yang akan aku lakukan untuk menghadapi amukan masa teman – temanku di keesokan hari di sekolah. ‘Aish, ini semua karena namja mesum dan pabo itu. Bisa – bisanya dia membuat kekacauan pagi hari ini, di sekolahku pula’ gerutuku kesal sambil mengacak rambutku kasar. Tak terasa aku sudah tiba di depan pintu rumah dan segera mengetok pintu rumahku. “Eomma...” panggilku. “Tumben kau sudah pulang? Bukankah ini belum waktumu pulang kerja?” tanya eomma. “Aku ceritakan di dalam saja” ajakku kepada eomma.
“Jadi, tadi pagi di sekolahku ada boy band EXO tengah menggarap video untuk lagu terbarunya. Dan salah satu anggotanya membawaku pergi dan kami jalan – jalan sehingga aku baru pulang, dan dampaknya aku sama sekali tak bekerja hari ini. Aku juga pusing karena eomma tahu, mereka mempunyai fans yang sangat banyak dan mereka melihat aku bersama Kai meninggalkan sekolah. Aku yakin, besok aku digantung di tiang bendera” ceritaku pada eomma panjang lebar. Aku bergidik ngeri.
Eomma tertawa mendengar ceritaku, “Mana ada murid sejahat itu?”. “Eomma, tak ada yang tak mungkin dilakukan oleh mereka demi sang idolanya. Mereka benar – benar mengerikan.” jawabku sambil berselonjor dan menggunakan kaki eomma sebagai bantalan kepalaku.
“Eomma, aku mau tidur bersamamu. Boleh?” aku memohon pada eomma.
“Andwe, kau sudah besar” goda eomma.
“Arraseo, aku akan pindah ke kamarku sendiri” ujarku sambil menundukkan kepala.
“Kau boleh tidur disini chagi” jawab eomma sambil tersenyum.

Sebelum tidur, aku mengutak – atik ponsel yang diberikan oleh Kai untukku. Kulihat semua lagu EXO berada di ponsel ini, dan lihat banyak foto – foto semua member EXO bertebaran. Tak ketinggalan, foto pemilik ponsel itu. ‘Sepertinya kau memang sangat suka berfoto namja pabo’ ujarku sambil tersenyum. Ponsel itu masih memperlihatkan foto – foto Kai hingga aku terlelap dalam tidurku.

“Han Jiwon...” kataku seraya menarik lengan yeoja itu.
“Wae? Kau berhutang penjelasan padaku” jawabnya sedikit kesal.
“Arra, aku akan menceritakan semuanya padamu. Tapi berjanjilah, kau tak akan menceritakannya pada siapapun” ujarku lagi.
“Arra...” sambutnya sambil mengangkat tangannya ke atas.
Setelah aku menceritakan semua padanya, “Mwo? Jadi kau pernah tinggal bersama mereka?” tanyanya histeris. “Yak Han Jiwon, teriakanmu tak perlu sekencang ini. Mereka bisa tahu semua. Iishh..” jawabku kesal. “Mian, mianhnae. Lalu apa yang terjadi?” tanyanya padaku. “Tidak terjadi apa – apa” ujarku sambil meninggalkannya di bangku taman sekolah. “Song Sang In, kau belum menceritakan secara detail. Jangan lari” katanya padaku yang tengah berlari.

Aku berjalan melewati lobi sekolah dan terlihat semua yeoja melihat ke arahku. Mereka saling berbisik, sepertinya aku tahu apa yang tengah mereka bicarakan. “Yak kalian, apa yang kalian bicarakan dengan melihat Sang In seperti melihat hantu? Eoh? Pergi kalian dari sini. Kajja, kita pergi Sang In” ujarnya sambil menarik lenganku.
“Kau tak perlu memikirkan mereka. Mereka hanya iri padamu tentang yang terjadi kemarin” katanya sambil membelai halus tanganku. Aku hanya menganggukkan kepala.
Sesampaiku di cafe, ‘dreettt... dreettt...’ sepertinya benda kotak di celemekku ini sedang bergetar. Kurogoh saku celemek dan kulihat nama yang tertera pada layar yang tengah bertengger di tangan kiriku ini. ‘Kai Pabo’ aku tersenyum melihat nama itu, aku memang sengaja menyimpan nomor ponselnya dengan nama itu.
“Yoboseo..” jawabku malas.
“Dimana kau?” tanyanya.
“Kau pikir aku sedang berada dimana? Tentu saja di cafe” kataku.
“10 menit lagi aku akan menjemputmu” ujarnya singkat dan teleponnya langsung terputus.
‘Apa – apaan namja satu ini? Apa yang baru saja dikatakannya?’ batinku. Aku menggelengkan kepala sambil melanjutkan pekerjaanku.
Semua pengunjung di cafeku berteriak histeris tatkala seseorang memanggilku. “Sang In, kajja kita pergi” ujarnya sambil menarik tanganku.
Tak salah lagi, dia adalah Kai si pembuat onar. Beberapa menit kemudian aku sudah berada dalam mobil mewahnya. Aku menatapnya tanpa mengatakan apapun karena aku mengharapkan penjelasan darinya. Tapi sayangnya, dia hanya diam saja. Tahu – tahu aku sudah berada dalam ruangan dengan banyak orang. Mereka sibuk untuk memilihkan baju untukku, menata rambutku, dan merias wajahku. Aku ingin berontak dan segera pergi dari tempat itu namun seakan Kai tahu dengan apa yang akan aku lakukan, dia langsung mendorong pundakku dan membuat aku kembali ke posisiku.

Beberapa saat kemudian ...
Aku memberanikan diri untuk membuka mataku dan melihat sesosok yeoja sedang menatap lurus ke arah cermin, tak salah lagi itu aku. Seorang namja yang berdiri tepat di belakangku tersenyum puas.
Aku segera berdiri, dan “Apa yang kau lakukan ini? Eoh?” tanyaku pada Kai.
“Hari ini akan ada acara penting dan untuk itu aku mengajakmu. Kita harus segera pergi karena kalau tidak kita akan terlambat. Kajja” jawabnya sambil menggenggam tanganku. Dan percayalah, kali ini genggaman tangannya begitu tulus dan hangat.

@I-Park Building Apartement, Samsung-dong, November 27 2013, 19.00 KST
Aku dapat melihat dengan jelas, di luar mobil terlihat kilatan lampu kamera menyorot ke arah mobil yang sedang aku tumpangi ini. Banyak wartawan dari hampir semua media di Korea Selatan ini berada disini. Kai menggenggam tanganku sekilas, dan berkata “Tenanglah, aku akan selalu berada di sampingmu”.
Kai keluar dari mobil dan dengan segera aku keluar juga. Aku benar – benar merasakan jepretan kamera dari wartawan – wartawan ini yang tengah mengambil gambarku. Kai mengisyaratkan untuk menggandeng tangannya, sejenak aku ragu namun perlahan aku meraih lengannya. Aku tengah berjalan ke dalam gedung itu dan aku merasa seakan – akan jaraknya jauh sekali, ini semakin membuat para wartawan itu banyak mengambil gambarku.
“Kkamjong..” sapa namja di seberangku, itu si Baekhyun. “Kau lama sekali” lanjutnya.
“Mianhnae, kau tahu bukan bagaimana aku harus membujuk yeoja di sampingku ini? Aku tadi sampai menculiknya. Benar – benar menyusahkan” jawab Kai. Aku hanya memelototkan mata ke arah Kai.
“Mianhnae Sang In-ssi. Aku merepotkanmu dengan memintamu datang ke tempat ini, bahkan mungkin dapat dikatakan ini sedikit memaksa. Gomawo” kata Baekhyun.
Seorang yeoja cantik berbalut gaun yang sangat indah berwarna putih sebatas lutut tengah berjalan ke arah kami. “Annyeonghaseo. Jeileumeun Choi Eun Ra imnida. Gomawo kau sudah mau datang ke acara pertunanganku dan Baekhyun, Sang In-ssi” sapanya sambil sedikit membungkuk hormat. “Annyeonghaseo, jeileumeun Song Sang In. Aku yang seharusnya berterimakasih karena kau mau mengundangku. Tapi bagaimana kau tahu namaku?” tanyaku, tentu saja Kai yang menerjemahkan pada Eunra. “Ah arra, Kai selalu menceritakan kepadaku tentangmu. Dan kau tahu, hari ini aku membuat sedikit persyaratan kepada semua member EXO. Mereka harus datang ke acara ini dengan menggandeng seorang yeoja, dan aku sudah menebak dia akan mengajakmu” jelasnya sambil menyuruhku melihat ke arahnya. Aku hanya tersenyum. “Kajja, kita ke sana. Kulihat semuanya sudah berada disini. Acaranya juga akan segera dimulai” ajak namja eyeliner itu kepada kami.
Acara berlangsung dengan sangat khidmat. Aku melihat dari kejauhan Baekhyun sedang memakaikan cincin di jari manis Choi Eun Ra, tak selang berapa lama Eunra pun melakukan hal yang sama. Sesaat mereka berciuman dan aku langsung menundukkan kepala, “Wae? Kau kenapa? Kau ingin berciuman juga? Atau kau ingin bertunangan seperti mereka?” ujar namja di sampingku. Aku menjitak kepalanya keras, “Dasar namja mesum. Pantas saja banyak orang menujulukimu namja berwajah yadong” kataku sambil tersenyum menggoda. “Jadi kau mengikuti beritaku juga? Atau jangan – jangan kau juga mengidolakanku?” jawabnya sambil mendekatkan wajahnya ke arahku. “Jangan gila, disini banyak media yang sedang meliput. Aku tak mau wajahku terpampang di televisi, koran, majalah, maupun internet” balasku gugup, dengan segera aku mendorong tubuhnya untuk sedikit menjauh.
“Kalian benar – benar pasangan yang serasi. Kapan kalian akan menyusul kami?” tanya Baekhyun seraya berjalan ke arah kami.
“Nde? Ah anio. Kau tentu saja bercanda bukan? Aku juga tak mungkin melakukan hal itu bersama dengan namja yadong ini” jawabku. “Ra-ya, chukkae atas pertunangan kalian. Aku ikut berbahagia” lanjutku untuk mengalihkan pembicaraan. “Tenang saja Eunra, kami akan segera menyusul kalian. Tunggu saja undangannya” jawabnya sambil merangkul pundakku. ‘Jangan gila Kim Jong In’ gerutuku dalam hati. Baekhyun dan Eunra tertawa berbarengan.
Aku dapat mendengar percakapan dari beberapa yeoja yang sepertinya tengah membicarakanku. “Siapa yeoja itu? Bagaimana gadis sepertinya bisa datang ke sini dan lebih mengagetkannya dia datang mendampingi Kai” kata salah satu yeoja di seberangku. “Benar, banyak artis yeoja yang berparas cantik dan seksi yang lebih baik dibandingkan dia. Yeoja itu bahkan bukan artis” balasnya. Aku tak menghiraukannya dan berencana sedikit menjauh dari keramaian, sepertinya aku memang tak menyukai hal – hal semacam ini. Aku dapat melihat dari kejauhan Kai sedang berbincang – bincang dengan member EXO yang lain. Tak selang berapa lama, “Annyeong Sang In-ssi” sapa namja di belakangku. Aku membalikkan tubuh dan melihat Suho tengah berdiri di sana. “Apa kabar? Lama kita tak jumpa” lanjutnya.
Aku tak membawa notesku sehingga, “Annyeong oppa. Ne, lama kita tak berjumpa. Kabarku baik, bagaimana kabarmu?” ketikku di ponsel. “Yak Song Sang In, kau memanggil Suho dengan sebutan oppa? Sedangkan kau memanggilku tanpa ada kata – kata itu? Apa maksudmu?” teriak Kai yang jelas menusuk telingaku. “Bisakah kau bicara tanpa berteriak seperti itu?” tanyaku geram. “Bagaimana kabar oppamu? Apa sudah ada kabar?” tanya Suho mengalihkan pembicaraan agar aku tak tersulut emosi setiap berada di dekat Kai. “Aku tak tahu. Semenjak kepulanganku dari Paris, Sang Woo oppa sama sekali tak menghubungi aku ataupun eomma” jawabku. Sepertinya Kai kesal karena aku tak menghiraukannya, akhirnya dia menyerah dan pergi meninggalkan kami.

Beberapa hari kemudian...
@ Hannam-dong Region, 10.00 KST
“Sang In, bantu eomma menjemur pakaian – pakaian ini di taman belakang. Arraseo?” pinta eomma.
“Ne, arraseo eomma” jawabku.
Aku mengangkat timba berisi banyak pakaian. Tiba – tiba ‘bruukk...’ seseorang menabrakku dan alhasil pakaian – pakaian itu berjatuhan di lantai. Aku segera berdiri dan ingin tahu siapa orang yang berjalan tanpa melihat itu. Namun tak disangka, aku kaget dan hanya bisa melongo. “Sang In, apa yang kau lakukan disini?” tanya namja di hadapanku. Aku masih terpaku dan tak berniat menjawab pertanyaannya. Dia menggoyang – goyangkan tubuhku dan seketika itu aku langsung sadar, “Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?” tanyaku masih dalam keadaan shock.
Sesaat aku sudah sadar, terdengar panggilan dari belakangku. “Kim Jong In, anakku. Benarkah itu kau? Kapan kau pulang? Kenapa tak memberi kabar pada eomma kalau kau akan kembali?” tanya nyonya muda. ‘Eomma? Nyonya muda itu ibunya Kai? Namja mesum itu? Ah, tidak mungkin. Apa jangan – jangan telingaku yang salah mendengarkan perkataan barusan?’ tanyaku dalam hati. “Sang In” panggil nyonya muda. “Sang In, apa yang kau lamunkan?” tanya nyonya sambil menggerakkan tangan kecilku. “Perkenalkan, ini anakku satu – satunya. Anak yang sangat kucintai. Kim Jong In. Kau tak mengenalnya? Bukankah dia sering muncul di media?” lanjut nyonya muda. Kai hanya menyunggingkan senyum smirk-nya. “Anio nyonya. Aku tak pernah mengikuti kabar apapun di media” tulisku di notes. Kai hanya memandangku geram. “Kalau begitu, saya akan melanjutkan menjemur pakaian – pakaian ini” tulisku selanjutnya. Aku berlari ke dapur dan menenggak habis isi gelas yang kupegang. Aku tak percaya, bagaimana namja gila itu bisa berada tepat di hadapanku dan kenyataan pahit yang harus kutelan adalah bahwa Kai merupakan salah satu keluarga dimana eommaku bekerja.
Namun beberapa saat setelah aku menyelesaikan pekerjaan eomma, aku bisa merasakan keadaan genting yang tengah terjadi di rumah ini karena tuan besar tengah marah besar, juga membentak seseorang bahkan terdengar suara suatu benda yang sengaja dilemparkan. Kulihat Kai keluar dengan membanting pintu itu, dan nyonya muda tengah mengejar Kai namun namja itu tak menghiraukannya. Aku sedikit penasaran dengan apa yang terjadi sekarang, aku hendak keluar dari dapur namun eomma dengan segera menarik pergelangan tanganku sambil menggelengkan kepala pertanda tak setuju dengan apa yang akan aku lakukan.
Tiba – tiba, nyonya muda memasuki dapur secara tergesa – gesa dan memintaku menuangkan air di gelas yang tengah dipegangnya. “Kau, bersihkan ruangan itu sekarang juga. Hati – hati, banyak pecahan kaca disana” katanya kepadaku sesaat setelah meminum airnya habis. Aku sudah berada di dalam ruangan dimana mereka semua tadi berkumpul, tiba – tiba ponsel di saku bajuku bergetar dan tertera nama “Kim Jong In” di layarnya. Beberapa waktu yang lalu aku memang sudah mengganti namanya. Aku ragu – ragu ingin menjawab sehingga kuurungkan niatku untuk menjawab telepon itu. Di dapur, Kai sedang berbicara dengan eommanya. Dia melihat ke arahku dan dengan segera menarik tanganku pergi. Aku masih mendengar eommanya memanggil – manggil nama Kai tapi lagi – lagi dia tak menghiraukan eommanya.
Mobilnya melaju kencang ke arah Ulsan. Setibanya disana, dia menghentikan mobilnya mendadak dan segera keluar. Aku yang masih berada dalam mobilnya tengah bingung dengan apa yang harus kuperbuat. Sekian detik kemudian, aku sudah mendampingi Kai yang tengah melihat jauh ke depan namun tak ada satupun objek pun yang dilihatnya.
“Kau tak ingin bertanya padaku, apa yang terjadi tadi?” katanya tiba – tiba.
Aku menggelengkan kepala. “Aku tidak akan bertanya sampai kau sendiri yang menceritakan, karena kalau aku bertanya kau pasti akan terbawa emosi” jawabku. Dia menoleh ke arahku, lama sekali.
“Ayahku meninggal pada saat aku berumur 10 tahun akibat kanker paru – paru. Kemudian eommaku menikah dengan sahabat dari appaku karena permintaan appaku kepada sahabatnya itu untuk menjaga eomma dan aku. Mereka menikah pada saat aku berumur 12 tahun, tepat di saat aku memulai traineeku di SME. Ayah tiriku merupakan pemilik dari Shinhan Financial Group yang tengah dikelola olehnya dan juga kakek. Itu tadi eomma, kakek, dan nenekku. Aku bertengkar dengan mereka, terutama kakek. Kakek memintaku untuk keluar dari EXO dan memulai sekolah perbisnisan untuk belajar tentang bisnis agar aku dapat mengikuti jejak mereka. Mereka bercanda. Aku saja jarang bertemu malah bisa dikatakan tak pernah bertemu dengan ayah tiriku, bagaimana bisa kata – kata bisnis berada di otakku? Membayangkannya saja aku tak mau, apalagi menjalankannya” jelasnya sambil tersenyum, entah aku tak dapat mengartikan senyumannya itu.  “Aku merindukan appaku. Aku tak menginginkan mereka, aku seperti ini karena aku tak mau melihat eommaku sedih” lanjutnya. Perlahan butiran bening dari sudut matanya mulai menetes. Aku tak pernah melihat namja di depanku ini menangis sebelumnya. Dan dengan segera aku menarik serta membawa tubuhnya ke dalam pelukanku. Aku mengambil dan mendekatkan ponselku ke arahnya yang tengah bersuara, “Menangislah sepuasmu, luapkan segala emosimu. Aku tak akan menceritakan pada siapapun”. Sesaat setelah itu, tangisnya benar – benar pecah. Aku dapat merasakan gerak tubuhnya yang bergoncang hebat seakan dia benar – benar ingin meluapkan emosinya namun tak bisa. “Yak, tangisanmu telah berhenti. Tak bisakah kau sedikit menjauh dariku?” suara di ponselku terdengar lagi. “Baru sebentar saja kau sudah mengomel? Tak ingatkah kau sudah menangis berapa kali pada saat kau berada di Paris dan membuat tubuhku mati rasa? Eoh?” ujarnya sambil menjauhkan tubuhnya dariku. Aku yang akan membalas perkataannya, namun “Begini dulu, 5 menit saja. Aku ingin seperti ini sebentar saja” lanjutnya seraya memeluk tubuhku lagi. Aku tak berniat membalas pelukannya, tapi seakan – akan Kai tahu apa yang ada dalam hatiku. “Kau benar – benar tak mau membalas pelukanku? Baiklah, aku akan menghitung 5 menit sejak kau membalas pelukanku. Maka dari itu, untuk yang tadi tak terhitung”. Sepertinya arwah gila namja itu telah kembali ke dalam tubuhnya. Aku membalas pelukannya sambil mengerucutkan bibirku, pertanda aku kesal terhadapnya. ‘Selain mesum, ternyata kau juga suka sekali untuk berlaku curang Kim Jong In’ batinku. “Kau pintar gadis manis” jawabnya.
“Song Sang In, selama kau di Paris kau belum pernah melihat Menara Eiffel bukan?” tanyanya. Aku hanya mengangguk.
“Arraseo, aku akan membuatkannya untukmu sesampainya kita di Seoul” lanjutnya.
“Apa yang sedang kau bicarakan? Bagaimana bisa kau membuatkannya untukku? Jangan bodoh Jong In” ujarku.
“Kalau aku bisa, kau harus memberiku hadiah. Bagaimana? Setuju?” tawarnya.
“Apa dulu hadiahnya? Aku tak mempunyai banyak uang untuk membelikanmu hadiah, dan kau juga tahu kalau kau sangat kaya. Mana mungkin kau bisa meminta hadiah dariku” jawabku kesal.
Tanpa berkata apa – apa lagi, Kai mendaratkan bibirnya tepat di atas bibirku. Dia mencium bibirku mesra dan dia sedikit mengulum bibirku perlahan. Dia belum berniat untuk melepaskan ciumannya sedangkan aku sedikit mulai kehabisan oksigen untuk paru – paruku. “Kau tahu Sang In? Kau benar – benar payah. Bagaimana mungkin kau masih belum bisa mengimbangi gaya ciumanku padahal aku sudah menciummu banyak kali? Eoh?” katanya sesaat setelah dia mengakhiri ciumannya. “Kau namja mesum, sepertinya kau sudah ahli dalam berciuman. Aku gadis ke berapa yang kau perlakukan seperti ini? Seenaknya saja mencium gadis yang bukan siapa – siapamu. Jangan – jangan memang sudah banyak gadis yang termakan bualan rayuan gombalmu. Kau jangan pernah menciumku lagi dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi” kataku buru – buru. Aku merasakan mataku tengah berkaca – kaca. Tak terasa air mataku mengalir deras keluar dari kedua mataku yang bulat ini. Aku segera pergi berlari menjauh darinya namun dia menarik tanganku. “Aku belum pernah melakukan ini dengan yeoja manapun. Asal kau tahu, aku melakukan hal ini untuk pertama kalinya hanya denganmu. Mianhnae, aku telah membuatmu menangis” ujar Kai. Ajaib, air mataku berhenti keluar dari tempat peraduannya. Dia mengusap air mata yang tersisa di kedua pipiku, “Percayalah padaku” katanya singkat. “Lihatlah, pipimu berwarna merah lagi” lanjutnya sambil tersenyum. Senyumnya kali ini bukan senyum menggoda atau ingin menjahiliku tapi ini senyum tulus darinya untukku.

Apakah Jong In dan Sang In akan bersatu? Bagaimana dengan keluarga tiri Jong In yang menuntutnya untuk segera keluar dari boy band yang sudah membesarkan namanya? Lalu apa yang dilakukan ibu Jong In setelah tahu bahwa anaknya mengenal dan membawa Sang In pergi dari hadapan ibunya?


Next part...
“Baiklah, aku akan menuruti semua permintaanmu sebagai hadiah kalau kau bisa membuktikan ucapanmu” ujarku sesaat aku berada di dalam mobilnya.
“Apa kau benar – benar mengatakan itu Song Sang In? Jangan sampai kau mengingkari perkataanmu sendiri, dan karena kau sudah mengatakan ‘semua permintaanku’ maka dapat aku pastikan kau harus melakukan semua permintaanku. Ciuman tadi sebagai awal permintaanku” jawabnya sambil melesatkan mobilnya untuk pulang ke Seoul.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Eucliwood hellscythe Theme | Copyright © 2012 All About EXO, All Rights Reserved. Design by Djogzs, | Johanes djogan