Title
: Eiffel Tower in Seoul
Author :
Song Sang In
FB
: Vini Happy Ajeng
Cast
: Song Sang In, Kim Jong In, BaekRa Couple
Cameo :
Suho, Han Jiwon
Length
:
Series
Gendre
:
Romance, Little Angst
Rated : PG-17
Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu
semua tidak sengaja.
Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik
yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya
jinak kok jadi ga bakal
gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat
author.
Hargai kerja keras author yang bikin cerita
ini sampe dibantuin begadang
jadi NO
PLAGIAT. Happy
reading ^^
“Bibirku selalu mengembangkan senyuman jika bayanganmu
melintas di benakku. Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Ya, aku yakin aku
cinta padamu” –Song Sang In-
Previous Part...
Aku
membalikkan tubuh untuk masuk ke dalam mobilnya namun dia menarik tanganku dan
memeluk tubuhku. Dia menyandarkan kepalaku ke dalam dadanya yang bidang. Aku
ragu – ragu untuk membalas pelukannya namun akhirnya aku meletakkan kedua
tanganku di tubuhnya.
Eiffel Tower in Seoul Part 4..
Dia
mempererat pelukannya. Aku juga tak tahu, kenapa aku bisa membalas pelukannya.
Setelah kami berpelukan, aku mendorong tubuhnya “Kajja kita pulang. Asal kau
tahu, hari ini aku membolos bekerja. Aku harap kau mau mengganti kerugianku”
ujarku sambil menarik tangannya untuk segera masuk ke dalam mobilnya.
Kami
sama – sama diam, canggung. “Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu sampai rumah
dan aku akan meminta maaf langsung pada eommamu” jelasnya. “Tak perlu. Antar
saja aku sampai di perempatan depan itu” kataku singkat seraya menunjuk
perempatan mana yang kumaksud.
Aku
segera turun dari mobilnya namun aku berniat membalikkan tubuh untuk
mengucapkan terima kasih namun, “Wae? Apa yang ingin kau bicarakan? Pipimu
sudah memerah dulu. Lihat itu” katanya menggoda. Aku mengurungkan niat dan
membuka pintu mobil untuk keluar dari mobilnya.
Di
sepanjang perjalanan pulangku, aku berpikir keras apa yang akan aku lakukan untuk
menghadapi amukan masa teman – temanku di keesokan hari di sekolah. ‘Aish, ini semua karena namja mesum dan pabo
itu. Bisa – bisanya dia membuat kekacauan pagi hari ini, di sekolahku pula’
gerutuku kesal sambil mengacak rambutku kasar. Tak terasa aku sudah tiba di
depan pintu rumah dan segera mengetok pintu rumahku. “Eomma...” panggilku.
“Tumben kau sudah pulang? Bukankah ini belum waktumu pulang kerja?” tanya
eomma. “Aku ceritakan di dalam saja” ajakku kepada eomma.
“Jadi,
tadi pagi di sekolahku ada boy band EXO tengah menggarap video untuk lagu
terbarunya. Dan salah satu anggotanya membawaku pergi dan kami jalan – jalan
sehingga aku baru pulang, dan dampaknya aku sama sekali tak bekerja hari ini.
Aku juga pusing karena eomma tahu, mereka mempunyai fans yang sangat banyak dan
mereka melihat aku bersama Kai meninggalkan sekolah. Aku yakin, besok aku
digantung di tiang bendera” ceritaku pada eomma panjang lebar. Aku bergidik
ngeri.
Eomma
tertawa mendengar ceritaku, “Mana ada murid sejahat itu?”. “Eomma, tak ada yang
tak mungkin dilakukan oleh mereka demi sang idolanya. Mereka benar – benar
mengerikan.” jawabku sambil berselonjor dan menggunakan kaki eomma sebagai
bantalan kepalaku.
“Eomma,
aku mau tidur bersamamu. Boleh?” aku memohon pada eomma.
“Andwe,
kau sudah besar” goda eomma.
“Arraseo,
aku akan pindah ke kamarku sendiri” ujarku sambil menundukkan kepala.
“Kau
boleh tidur disini chagi” jawab eomma sambil tersenyum.
Sebelum
tidur, aku mengutak – atik ponsel yang diberikan oleh Kai untukku. Kulihat
semua lagu EXO berada di ponsel ini, dan lihat banyak foto – foto semua member
EXO bertebaran. Tak ketinggalan, foto pemilik ponsel itu. ‘Sepertinya kau memang sangat suka berfoto namja pabo’ ujarku
sambil tersenyum. Ponsel itu masih memperlihatkan foto – foto Kai hingga aku
terlelap dalam tidurku.
“Han
Jiwon...” kataku seraya menarik lengan yeoja itu.
“Wae?
Kau berhutang penjelasan padaku” jawabnya sedikit kesal.
“Arra,
aku akan menceritakan semuanya padamu. Tapi berjanjilah, kau tak akan
menceritakannya pada siapapun” ujarku lagi.
“Arra...”
sambutnya sambil mengangkat tangannya ke atas.
Setelah
aku menceritakan semua padanya, “Mwo? Jadi kau pernah tinggal bersama mereka?”
tanyanya histeris. “Yak Han Jiwon, teriakanmu tak perlu sekencang ini. Mereka
bisa tahu semua. Iishh..” jawabku kesal. “Mian, mianhnae. Lalu apa yang
terjadi?” tanyanya padaku. “Tidak terjadi apa – apa” ujarku sambil
meninggalkannya di bangku taman sekolah. “Song Sang In, kau belum menceritakan
secara detail. Jangan lari” katanya padaku yang tengah berlari.
Aku
berjalan melewati lobi sekolah dan terlihat semua yeoja melihat ke arahku.
Mereka saling berbisik, sepertinya aku tahu apa yang tengah mereka bicarakan.
“Yak kalian, apa yang kalian bicarakan dengan melihat Sang In seperti melihat
hantu? Eoh? Pergi kalian dari sini. Kajja, kita pergi Sang In” ujarnya sambil
menarik lenganku.
“Kau
tak perlu memikirkan mereka. Mereka hanya iri padamu tentang yang terjadi
kemarin” katanya sambil membelai halus tanganku. Aku hanya menganggukkan
kepala.
Sesampaiku
di cafe, ‘dreettt... dreettt...’ sepertinya benda kotak di celemekku ini sedang
bergetar. Kurogoh saku celemek dan kulihat nama yang tertera pada layar yang
tengah bertengger di tangan kiriku ini. ‘Kai Pabo’ aku tersenyum melihat nama
itu, aku memang sengaja menyimpan nomor ponselnya dengan nama itu.
“Yoboseo..”
jawabku malas.
“Dimana
kau?” tanyanya.
“Kau
pikir aku sedang berada dimana? Tentu saja di cafe” kataku.
“10
menit lagi aku akan menjemputmu” ujarnya singkat dan teleponnya langsung
terputus.
‘Apa – apaan namja satu ini? Apa yang baru saja
dikatakannya?’ batinku. Aku menggelengkan kepala sambil melanjutkan
pekerjaanku.
Semua
pengunjung di cafeku berteriak histeris tatkala seseorang memanggilku. “Sang
In, kajja kita pergi” ujarnya sambil menarik tanganku.
Tak
salah lagi, dia adalah Kai si pembuat onar. Beberapa menit kemudian aku sudah
berada dalam mobil mewahnya. Aku menatapnya tanpa mengatakan apapun karena aku
mengharapkan penjelasan darinya. Tapi sayangnya, dia hanya diam saja. Tahu –
tahu aku sudah berada dalam ruangan dengan banyak orang. Mereka sibuk untuk
memilihkan baju untukku, menata rambutku, dan merias wajahku. Aku ingin
berontak dan segera pergi dari tempat itu namun seakan Kai tahu dengan apa yang
akan aku lakukan, dia langsung mendorong pundakku dan membuat aku kembali ke
posisiku.
Beberapa
saat kemudian ...
Aku
memberanikan diri untuk membuka mataku dan melihat sesosok yeoja sedang menatap
lurus ke arah cermin, tak salah lagi itu aku. Seorang namja yang berdiri tepat
di belakangku tersenyum puas.
Aku
segera berdiri, dan “Apa yang kau lakukan ini? Eoh?” tanyaku pada Kai.
“Hari
ini akan ada acara penting dan untuk itu aku mengajakmu. Kita harus segera
pergi karena kalau tidak kita akan terlambat. Kajja” jawabnya sambil
menggenggam tanganku. Dan percayalah, kali ini genggaman tangannya begitu tulus
dan hangat.
@I-Park Building Apartement, Samsung-dong, November 27
2013, 19.00 KST
Aku
dapat melihat dengan jelas, di luar mobil terlihat kilatan lampu kamera
menyorot ke arah mobil yang sedang aku tumpangi ini. Banyak wartawan dari
hampir semua media di Korea Selatan ini berada disini. Kai menggenggam tanganku
sekilas, dan berkata “Tenanglah, aku akan selalu berada di sampingmu”.
Kai
keluar dari mobil dan dengan segera aku keluar juga. Aku benar – benar
merasakan jepretan kamera dari wartawan – wartawan ini yang tengah mengambil
gambarku. Kai mengisyaratkan untuk menggandeng tangannya, sejenak aku ragu
namun perlahan aku meraih lengannya. Aku tengah berjalan ke dalam gedung itu
dan aku merasa seakan – akan jaraknya jauh sekali, ini semakin membuat para
wartawan itu banyak mengambil gambarku.
“Kkamjong..”
sapa namja di seberangku, itu si Baekhyun. “Kau lama sekali” lanjutnya.
“Mianhnae,
kau tahu bukan bagaimana aku harus membujuk yeoja di sampingku ini? Aku tadi
sampai menculiknya. Benar – benar menyusahkan” jawab Kai. Aku hanya
memelototkan mata ke arah Kai.
“Mianhnae
Sang In-ssi. Aku merepotkanmu dengan memintamu datang ke tempat ini, bahkan
mungkin dapat dikatakan ini sedikit memaksa. Gomawo” kata Baekhyun.
Seorang
yeoja cantik berbalut gaun yang sangat indah berwarna putih sebatas lutut
tengah berjalan ke arah kami. “Annyeonghaseo. Jeileumeun Choi Eun Ra imnida. Gomawo
kau sudah mau datang ke acara pertunanganku dan Baekhyun, Sang In-ssi” sapanya
sambil sedikit membungkuk hormat. “Annyeonghaseo, jeileumeun Song Sang In. Aku
yang seharusnya berterimakasih karena kau mau mengundangku. Tapi bagaimana kau
tahu namaku?” tanyaku, tentu saja Kai yang menerjemahkan pada Eunra. “Ah arra,
Kai selalu menceritakan kepadaku tentangmu. Dan kau tahu, hari ini aku membuat
sedikit persyaratan kepada semua member EXO. Mereka harus datang ke acara ini
dengan menggandeng seorang yeoja, dan aku sudah menebak dia akan mengajakmu”
jelasnya sambil menyuruhku melihat ke arahnya. Aku hanya tersenyum. “Kajja,
kita ke sana. Kulihat semuanya sudah berada disini. Acaranya juga akan segera
dimulai” ajak namja eyeliner itu kepada kami.
Acara
berlangsung dengan sangat khidmat. Aku melihat dari kejauhan Baekhyun sedang
memakaikan cincin di jari manis Choi Eun Ra, tak selang berapa lama Eunra pun
melakukan hal yang sama. Sesaat mereka berciuman dan aku langsung menundukkan
kepala, “Wae? Kau kenapa? Kau ingin berciuman juga? Atau kau ingin bertunangan
seperti mereka?” ujar namja di sampingku. Aku menjitak kepalanya keras, “Dasar
namja mesum. Pantas saja banyak orang menujulukimu namja berwajah yadong”
kataku sambil tersenyum menggoda. “Jadi kau mengikuti beritaku juga? Atau
jangan – jangan kau juga mengidolakanku?” jawabnya sambil mendekatkan wajahnya
ke arahku. “Jangan gila, disini banyak media yang sedang meliput. Aku tak mau
wajahku terpampang di televisi, koran, majalah, maupun internet” balasku gugup,
dengan segera aku mendorong tubuhnya untuk sedikit menjauh.
“Kalian
benar – benar pasangan yang serasi. Kapan kalian akan menyusul kami?” tanya
Baekhyun seraya berjalan ke arah kami.
“Nde?
Ah anio. Kau tentu saja bercanda bukan? Aku juga tak mungkin melakukan hal itu
bersama dengan namja yadong ini” jawabku. “Ra-ya, chukkae atas pertunangan
kalian. Aku ikut berbahagia” lanjutku untuk mengalihkan pembicaraan. “Tenang
saja Eunra, kami akan segera menyusul kalian. Tunggu saja undangannya” jawabnya
sambil merangkul pundakku. ‘Jangan gila
Kim Jong In’ gerutuku dalam hati. Baekhyun dan Eunra tertawa berbarengan.
Aku
dapat mendengar percakapan dari beberapa yeoja yang sepertinya tengah
membicarakanku. “Siapa yeoja itu? Bagaimana gadis sepertinya bisa datang ke
sini dan lebih mengagetkannya dia datang mendampingi Kai” kata salah satu yeoja
di seberangku. “Benar, banyak artis yeoja yang berparas cantik dan seksi yang
lebih baik dibandingkan dia. Yeoja itu bahkan bukan artis” balasnya. Aku tak
menghiraukannya dan berencana sedikit menjauh dari keramaian, sepertinya aku
memang tak menyukai hal – hal semacam ini. Aku dapat melihat dari kejauhan Kai
sedang berbincang – bincang dengan member EXO yang lain. Tak selang berapa
lama, “Annyeong Sang In-ssi” sapa namja di belakangku. Aku membalikkan tubuh
dan melihat Suho tengah berdiri di sana. “Apa kabar? Lama kita tak jumpa”
lanjutnya.
Aku
tak membawa notesku sehingga, “Annyeong oppa. Ne, lama kita tak berjumpa.
Kabarku baik, bagaimana kabarmu?” ketikku di ponsel. “Yak Song Sang In, kau
memanggil Suho dengan sebutan oppa? Sedangkan kau memanggilku tanpa ada kata –
kata itu? Apa maksudmu?” teriak Kai yang jelas menusuk telingaku. “Bisakah kau
bicara tanpa berteriak seperti itu?” tanyaku geram. “Bagaimana kabar oppamu?
Apa sudah ada kabar?” tanya Suho mengalihkan pembicaraan agar aku tak tersulut
emosi setiap berada di dekat Kai. “Aku tak tahu. Semenjak kepulanganku dari
Paris, Sang Woo oppa sama sekali tak menghubungi aku ataupun eomma” jawabku.
Sepertinya Kai kesal karena aku tak menghiraukannya, akhirnya dia menyerah dan pergi
meninggalkan kami.
Beberapa
hari kemudian...
@
Namun
beberapa saat setelah aku menyelesaikan pekerjaan eomma, aku bisa merasakan
keadaan genting yang tengah terjadi di rumah ini karena tuan besar tengah marah
besar, juga membentak seseorang bahkan terdengar suara suatu benda yang sengaja
dilemparkan. Kulihat Kai keluar dengan membanting pintu itu, dan nyonya muda
tengah mengejar Kai namun namja itu tak menghiraukannya. Aku sedikit penasaran
dengan apa yang terjadi sekarang, aku hendak keluar dari dapur namun eomma
dengan segera menarik pergelangan tanganku sambil menggelengkan kepala pertanda
tak setuju dengan apa yang akan aku lakukan.
Tiba
– tiba, nyonya muda memasuki dapur secara tergesa – gesa dan memintaku
menuangkan air di gelas yang tengah dipegangnya. “Kau, bersihkan ruangan itu
sekarang juga. Hati – hati, banyak pecahan kaca disana” katanya kepadaku sesaat
setelah meminum airnya habis. Aku sudah berada di dalam ruangan dimana mereka
semua tadi berkumpul, tiba – tiba ponsel di saku bajuku bergetar dan tertera
nama “Kim Jong In” di layarnya. Beberapa waktu yang lalu aku memang sudah
mengganti namanya. Aku ragu – ragu ingin menjawab sehingga kuurungkan niatku
untuk menjawab telepon itu. Di dapur, Kai sedang berbicara dengan eommanya. Dia
melihat ke arahku dan dengan segera menarik tanganku pergi. Aku masih mendengar
eommanya memanggil – manggil nama Kai tapi lagi – lagi dia tak menghiraukan
eommanya.
Mobilnya
melaju kencang ke arah Ulsan. Setibanya disana, dia menghentikan mobilnya
mendadak dan segera keluar. Aku yang masih berada dalam mobilnya tengah bingung
dengan apa yang harus kuperbuat. Sekian detik kemudian, aku sudah mendampingi
Kai yang tengah melihat jauh ke depan namun tak ada satupun objek pun yang
dilihatnya.
“Kau
tak ingin bertanya padaku, apa yang terjadi tadi?” katanya tiba – tiba.
Aku
menggelengkan kepala. “Aku tidak akan bertanya sampai kau sendiri yang
menceritakan, karena kalau aku bertanya kau pasti akan terbawa emosi” jawabku.
Dia menoleh ke arahku, lama sekali.
“Ayahku
meninggal pada saat aku berumur 10 tahun akibat kanker paru – paru. Kemudian
eommaku menikah dengan sahabat dari appaku karena permintaan appaku kepada
sahabatnya itu untuk menjaga eomma dan aku. Mereka menikah pada saat aku
berumur 12 tahun, tepat di saat aku memulai traineeku di SME. Ayah tiriku
merupakan pemilik dari Shinhan Financial Group yang tengah dikelola olehnya dan
juga kakek. Itu tadi eomma, kakek, dan nenekku. Aku bertengkar dengan mereka,
terutama kakek. Kakek memintaku untuk keluar dari EXO dan memulai sekolah
perbisnisan untuk belajar tentang bisnis agar aku dapat mengikuti jejak mereka.
Mereka bercanda. Aku saja jarang bertemu malah bisa dikatakan tak pernah
bertemu dengan ayah tiriku, bagaimana bisa kata – kata bisnis berada di otakku?
Membayangkannya saja aku tak mau, apalagi menjalankannya” jelasnya sambil
tersenyum, entah aku tak dapat mengartikan senyumannya itu. “Aku merindukan appaku. Aku tak menginginkan
mereka, aku seperti ini karena aku tak mau melihat eommaku sedih” lanjutnya.
Perlahan butiran bening dari sudut matanya mulai menetes. Aku tak pernah
melihat namja di depanku ini menangis sebelumnya. Dan dengan segera aku menarik
serta membawa tubuhnya ke dalam pelukanku. Aku mengambil dan mendekatkan ponselku
ke arahnya yang tengah bersuara, “Menangislah sepuasmu, luapkan segala emosimu.
Aku tak akan menceritakan pada siapapun”. Sesaat setelah itu, tangisnya benar –
benar pecah. Aku dapat merasakan gerak tubuhnya yang bergoncang hebat seakan
dia benar – benar ingin meluapkan emosinya namun tak bisa. “Yak, tangisanmu
telah berhenti. Tak bisakah kau sedikit menjauh dariku?” suara di ponselku
terdengar lagi. “Baru sebentar saja kau sudah mengomel? Tak ingatkah kau sudah
menangis berapa kali pada saat kau berada di Paris dan membuat tubuhku mati
rasa? Eoh?” ujarnya sambil menjauhkan tubuhnya dariku. Aku yang akan membalas
perkataannya, namun “Begini dulu, 5 menit saja. Aku ingin seperti ini sebentar
saja” lanjutnya seraya memeluk tubuhku lagi. Aku tak berniat membalas
pelukannya, tapi seakan – akan Kai tahu apa yang ada dalam hatiku. “Kau benar –
benar tak mau membalas pelukanku? Baiklah, aku akan menghitung 5 menit sejak
kau membalas pelukanku. Maka dari itu, untuk yang tadi tak terhitung”.
Sepertinya arwah gila namja itu telah kembali ke dalam tubuhnya. Aku membalas
pelukannya sambil mengerucutkan bibirku, pertanda aku kesal terhadapnya. ‘Selain mesum, ternyata kau juga suka sekali
untuk berlaku curang Kim Jong In’ batinku. “Kau pintar gadis manis”
jawabnya.
“Song
Sang In, selama kau di Paris kau belum pernah melihat Menara Eiffel bukan?”
tanyanya. Aku hanya mengangguk.
“Arraseo,
aku akan membuatkannya untukmu sesampainya kita di Seoul” lanjutnya.
“Apa
yang sedang kau bicarakan? Bagaimana bisa kau membuatkannya untukku? Jangan
bodoh Jong In” ujarku.
“Kalau
aku bisa, kau harus memberiku hadiah. Bagaimana? Setuju?” tawarnya.
“Apa
dulu hadiahnya? Aku tak mempunyai banyak uang untuk membelikanmu hadiah, dan
kau juga tahu kalau kau sangat kaya. Mana mungkin kau bisa meminta hadiah dariku”
jawabku kesal.
Tanpa
berkata apa – apa lagi, Kai mendaratkan bibirnya tepat di atas bibirku. Dia
mencium bibirku mesra dan dia sedikit mengulum bibirku perlahan. Dia belum
berniat untuk melepaskan ciumannya sedangkan aku sedikit mulai kehabisan
oksigen untuk paru – paruku. “Kau tahu Sang In? Kau benar – benar payah.
Bagaimana mungkin kau masih belum bisa mengimbangi gaya ciumanku padahal aku
sudah menciummu banyak kali? Eoh?” katanya sesaat setelah dia mengakhiri
ciumannya. “Kau namja mesum, sepertinya kau sudah ahli dalam berciuman. Aku
gadis ke berapa yang kau perlakukan seperti ini? Seenaknya saja mencium gadis
yang bukan siapa – siapamu. Jangan – jangan memang sudah banyak gadis yang
termakan bualan rayuan gombalmu. Kau jangan pernah menciumku lagi dan jangan
pernah muncul di hadapanku lagi” kataku buru – buru. Aku merasakan mataku
tengah berkaca – kaca. Tak terasa air mataku mengalir deras keluar dari kedua
mataku yang bulat ini. Aku segera pergi berlari menjauh darinya namun dia
menarik tanganku. “Aku belum pernah melakukan ini dengan yeoja manapun. Asal
kau tahu, aku melakukan hal ini untuk pertama kalinya hanya denganmu. Mianhnae,
aku telah membuatmu menangis” ujar Kai. Ajaib, air mataku berhenti keluar dari
tempat peraduannya. Dia mengusap air mata yang tersisa di kedua pipiku,
“Percayalah padaku” katanya singkat. “Lihatlah, pipimu berwarna merah lagi”
lanjutnya sambil tersenyum. Senyumnya kali ini bukan senyum menggoda atau ingin
menjahiliku tapi ini senyum tulus darinya untukku.
Apakah
Jong In dan Sang In akan bersatu? Bagaimana dengan keluarga tiri Jong In yang
menuntutnya untuk segera keluar dari boy band yang sudah membesarkan namanya?
Lalu apa yang dilakukan ibu Jong In setelah tahu bahwa anaknya mengenal dan
membawa Sang In pergi dari hadapan ibunya?
Next part...
“Baiklah,
aku akan menuruti semua permintaanmu sebagai hadiah kalau kau bisa membuktikan
ucapanmu” ujarku sesaat aku berada di dalam mobilnya.
“Apa
kau benar – benar mengatakan itu Song Sang In? Jangan sampai kau mengingkari
perkataanmu sendiri, dan karena kau sudah mengatakan ‘semua permintaanku’ maka
dapat aku pastikan kau harus melakukan semua permintaanku. Ciuman tadi sebagai
awal permintaanku” jawabnya sambil melesatkan mobilnya untuk pulang ke Seoul.
0 komentar:
Posting Komentar