Title
: Secret Admirer
Author :
Song Sang In
FB
: Vini Happy Ajeng
Blog : exofansindo.blogspot.com
Cast
: Song Sang In, Kim Jong In
Length
:
Series
Gendre
:
Romance, School life
Rated : PG-17
Cover by : ByunRa93
Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu semua tidak sengaja.
Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya jinak kok jadi ga bakal gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat author.
Hargai kerja keras author yang bikin cerita ini sampe dibantuin begadang jadi NO PLAGIAT. Happy reading ^^
@Ruang Koreografi, 13.30 KST
Aku
mengetukkan jari – jemariku di pinggiran piano yang berada di depanku ini.
“Baiklah, mungkin aku mungkin memang terlalu cepat kemari” ujarku sambil
melihat jam tangan berwarna silver di tangan kiriku. Aku mencoba memainkan
beberapa lagu yang kubisa. Jarum jamku bergeser menunjukkan pukul 14.20 KST.
Aku termasuk tipe orang yang tidak suka menunggu.
“Baiklah,
kalau kau hanya ingin mempermainkanku” ujarku sambil menghembuskan nafas kasar.
Kubuang
jaket milik namja tak tahu sopan santun itu ke sembarang arah dan kutinggalkan
begitu saja. ‘braakk..’ bahkan pintu yang tak berdosapun harus ikut merasakan
kekesalanku. Kuhentikan langkahku bimbang, ‘Dia
sudah berbaik hati meminjamkan jaket miliknya kepadaku dan sekarang aku
membuang jaket itu seenaknya? Bahkan dia rela menggigil kedinginan karena salju
menghantam tubuhnya’ ada perasaan bersalah di ulu hatiku kepada namja itu,
kulangkahkan kakiku kembali memasuki ruang koreografi dan segera memungut jaket
berwarna hitam itu. Kutepuk jaket itu beberapa kali untuk menghilangkan debu
yang mungkin sudah menempel.
Kuletakkan
jaket itu di kursi penumpang di sebelahku. ‘Kemana
dia tak datang? Apa benar kalau dia hanya ingin mempermainkanku saja’ aku
membuang muka untuk berusaha melupakannya. “Eomma eodiya? Bagaimana kabar eomma
dan appa?” sapaku kepada eommaku. “Eomma dan appa sedikit sibuk beberapa hari
terakhir karena ada kesalahan teknis, tapi sekarang sudah mulai membaik.
Maafkan eomma dan appa chagiya, karena tak pernah lama berada di rumah” sahut
eommaku memelas. “Ne arraseo eomma, gwenchana. Baiklah kalau begitu, jaga
kesehatan diana. Salam pada appa” aku mengakhiri percakapan melalui telepon
dengan eomma.
Kulihat
ada mobil Kai oppa terparkir di tempatku biasa memarkirkan mobilku. Aku
mendengus kesal, dia sengaja melakukan itu karena dia tahu kalau aku tak suka
ada mobil lain yang terparkir di tempat parkiran mobilku walaupun garasi
mobilku cukup luas.
“Yak
kau Kim Jong In, minggirkan mobilmu atau aku akan menyakitinya” teriakku
padanya yang tengah menonton televisi
itu. Tak sulit memang untuk oppa membeli lagi yang baru atau bahkan yang lebih
bagus dari mobil yang terparkir di garasi rumahku itu, tapi oppa bukan tipe
namja yang suka menghambur – hamburkan uang.
.
Aku segera mematikan televisi karena tubuhku sudah bergidik ngeri akibat
mendengarkan berita itu.
“Ssttt,
jangn berisik. Aku sedang mendengarkan berita terbaru hari ini” ujar Kai oppa
sambil membungkam mulutku. “Presiden Anyang Suwon Fashion Group bersama istri
telah meninggal dunia. Presiden Yifang Xei dikabarkan telah lama mengidap
penyakit kanker dan akhir – akhir ini telah koma hingga sebulan. Setelah
Presiden itu meninggal dunia, beberapa jam kemudian istrinya, Yoo Xing Ming
ditemukan di kamar mandi kamar rumah sakit dimana almarhum suaminya dirawat
dalam keadaan tewas. Setelah diselidiki oleh pihak kepolisian, Yoo Xing Ming
meninggal karena bunuh diri dengan cara mengiris urat nadi lengan kanannya
sendiri. Yoo Xing Ming meninggal akibat kehabisan darah, dan di samping
ditemukannya tubuh korban terdapat surat terakhir untuk anak tunggal mereka, Wu
Yifang”. “Ck, cepat ganti channelnya. Beritanya menakutkan sekali” teriakku
seraya mengambil boneka kesayanganku
untuk menutupi wajahku agar tak melihat berita bunuh diri itu.
“Arraseo,
kita menonton film saja. Duduklah, aku sudah membuatkan ddukbokki untukmu”
ujarnya sambil beranjak pergi menuju dapur. Aku hanya menurut padanya, aku
meletakkan boneka itu di pangkuanku setelah kuyakin tak ada berita itu lagi.
“Ada
apa denganmu? Sepertinya emosimu sedang berada di puncak” tanyanya setelah
kembali dari dapur.
“Anio,
tak ada apa – apa” ujarku berusaha menyembunyikannya.
“Apa
yang kau lakukan dengan membawa jaket itu setiap hari ke sekolah? Eoh?”
tanyanya menyelidiku lagi.
“Hari
ini aku bermaksud mengembalikan jaket itu kepada pemiliknya tapi sepertinya dia
tak datang ke sekolah” jawabku sambil memasukkan ddubokki ke dalam mulutku.
“Oh
arrasaeo” sahutnya sambil mengembalikan pandangannya kembali ke film tersebut.
Beberapa saat kemudian, aku sudah tertidur pulas dengan kepalaku beralaskan
kaki Kai oppa.
Aku
terbangun dari tidurku dan melihat tubuhku sudah berpindah ke atas kasur,
kuambil ponsel dan kulihat beberapa pesan belum terbaca disana, salah satunya
Eunra. Kutekan tombol 4 dan langsung tersambung ke nomornya.
“Annyeong
Ra-ya” sapaku.
“Annyeong
Sang In-ah, eotthokae? Kau bertemu dengan namja itu?” tanya Eunra antusias.
“Anio,
aku sudah menunggu hampir 1 jam dan tak kelihatan batang hidungnya sama sekali.
Ck, menyebalkan”.
“Atau
mungkin dia hanya ingin mempermainkanmu?”.
“Aku
berpikir juga begitu. Sudahlah, tak perlu memikirkannya. Kututup telepon, bye”
ujarku.
“Sang
In-ah, sepertinya akhir – akhir ini tak ada kiriman banana milk untukmu dari
penggemar misteriusmu itu” ujar Eunra.
“Oh
kau benar. Tak ada vitamin yang terselip di dalam lokerku. Aku cukup senang,
karena dengan begitu dia tak akan menggangguku lagi” jawabku. Sebenarnya, Sang
In sedikit merasa kehilangan dengan ketidakhadiran sosok misterius itu walaupun
hanya melalui pemberian vitamin dan banana milk. Bahkan jus jeruk yang selalu
bertengger di piano ruang koreografi tak pernah muncul juga. ‘Kemana kau Tuan Asing?’ batinku
bertanya – tanya.
Musim
dingin telah lewat dan saatnya musim semi menikmati deburan ombak lautan untuk
berlatih surfing yang telah lama kutinggalkan karena tak mungkin aku berlatih
saat musim dingin tiba. Kubawa papan seluncurku yang baru dibelikan oleh Kai
oppa kemarin, hadiah untukku karena telah diundang oleh Won Surfer Company
bulan Mei mendatang di Bali. Kulakukan sedikit pemanasan dengan merentangkan
tubuhku ke kanan dan ke kiri agar tubuhku tak kram saat berada di lautan lepas.
Kulirik Kai oppa yang sudah bersiap dengan papan seluncurnya yang bergambarkan
diriku, terlalu berlebihan memang dan setiap kutanya kenapa gambarku terpampang
disana dia hanya menjawab “Karena aku selalu merasa kau berada di dekatku dan
dengan begitu, itu yang membuatku untuk tetap tenang”.
Sesaat
kami ingin memulai surfing, Kai oppa tengah menerima telepon dan sedikit menjauh
dariku. Tak kuhiraukan dirinya dan aku segera menuju ke laut sekarang. Beberapa
menit kemudian aku sudah menikmati suara dentuman ombak yang menghantam papan
seluncurku, tapi perasaan senangku itu tak berlangsung lama karena aku
merasakan ada yang tidak beres dengan kakiku. Jari kakiku terasa kaku yang
sangat menyakitkan dan itu membuat tubuhku terjatuh dan menghantam ombak hingga
aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
“Song
Sang In, bangunlah. Bangunlah, jebal” teriak seseorang.
Dia
memompa beberapa kali dada Song Sang In, namun tak ada respon dari yeoja itu. ‘Tak ada pilihan lain lagi’ batinnya.
Akhirnya dia menempelkan bibirnya ke bibir Sang In, bukan bermaksud untuk
mencium atau berbuat macam – macam melainkan hanya ingin memberikan nafas
buatan pada yeoja yang masih tak sadarkan diri itu. Beberapa kali nafas buatan
yang diberikan namja itu akhirnya berhasil membuat Song Sang In membuka mata.
‘Uhukk..
Uhukk..’ aku tersedak beberapa kali dengan air laut yang keluar dari mulutku.
Kupaksakan diriku untuk duduk dan kudengar seorang namja menghampiriku. “Sang
In-ah, gwenchana?” tanya Kai oppa dengan tatapan khawatirnya sambil membantuku
duduk dan tubuhnya sebagai sanggahan tubuhku.
“Oh
gwenchana, gomawo oppa sudah menolongku”.
“Apa
maksudmu? Bukan aku yang menolongmu, aku masih berbincang lewat telepon saat
kau sudah berada di tengah laut. Dan aku baru menyadari saat semua orang
berteriak ada yang tenggelam, langsung kubuang ponselku sembarang tempat dan
kuberlari kemari ternyata kau sudah sadarkan diri” ujarnya sambil bernafas
lega.
“Kalau
bukan oppa, lalu siapa yang menolongku?” tanyaku.
“Molla,
aku tak melihat siapa yang menolongmu. Mianhnae Sang In-ah, nan jeongmal
mianhnae karena aku tak menjagamu. Terimakasih Tuhan, kau telah
menyelamatkannya” sahutnya sambil memelukku erat.
“Oppa,
aku tak bisa bernafas. Lepaskan pelukan sadismu ini” erangku.
“Mianhnae
mianhnae, aku terlalu bahagia. Arraseo, hari ini kita berhenti latihan. Aku
akan menggendongmu”. Aku menyandarkan kepalaku di dadanya yang bidang dan
memikirkan tentang siapa yang menolongku tadi.
Kulengkuhkan
tubuhku di pelukan Kai oppa sedang tangan kanannya masih sigap menyetir
walaupun tangan kirinya menaut di tubuhku erat sekali. “Yak kau, kenapa kau tak
menungguku hingga aku selesai berbicara di telepon?” lagi – lagi kudengar
teriakan oppaku ini.
“Aku
sudah tak sanggup untuk bertahan menunggumu selesai telepon oppa. Aku
merindukan ombak” sahutku yang tak ingin kalah sekaligus menampakkan tampang
aegyo-ku padanya. Tentu saja aegyo-ku berhasil meluluhkan hatinya. Berangsur
nada bicaranya menurun.
“Mulai
latihan berikutnya, aku tak mau tahu kau harus menungguku untuk menuju ke laut.
Dan sepertinya pemanasanmu terlalu sebentar, tebakanku benar bukan?” tanyanya.
“Tepat”
jawabku singkat. Dan sekarang harus kuterima jitakan di kepalaku, aku hanya
meringis kesakitan.
Keesokannya
aku kembali bersekolah tapi dengan syarat, Kai oppa harus mengantarjemputku.
Tentu saja itu perintah darinya karena tak mungkin dia membiarkanku menyetir
sendiri setelah kejadian kemarin. Terkadang perbuatannya terlalu memproteksi
diriku dari hal – hal luar yang belum tentu menyusahkanku.
“Yak,
Ra-ya. Vitamin sudah tersedia kembali di lokerku. Bahkan apa ini, ada beberapa
buah dan makanan sehat untukku” teriakku pada chinguku itu.
“Coba
cari nama pengirimnya, mungkin saja terselip di dalam sana” ujar Eunra sambil
mengobrak – abrik isi lokerku.
“Dan
hasilnya nihil, bahkan sekarang lihatlah lokerku yang cantik harus berantakan
akibat perbuatan tanganmu ini” jawabku kesal. Dia memandangku iba sambil membantuku
menata kembali isi lokerku. Aku mengeluarkan semua isi lokerku pemberian dari
penggemar misteriusku itu. ‘Aku jadi ikut
– ikutan Eunra memanggilnya dengan sebutan penggemar. Oh ini semua pasti
bercanda, aku mempunyai penggemar? Yang benar saja’ batinku memberontak dan
kugelengkan kepala.
Saatnya
aku berlatih vokal di bawah pengawasan Kang Sura saem. Namun sayang, aku tak
bisa mengambil nada tinggi karena suaraku serak mungkin akibat aku meneguk air
laut. Kulangkahkan kakiku gontai menuju cafetaria. Aku tak memesan makanan apapun
karena aku masih mempunyai makanan yang diberikan oleh Tuan Asing itu sedangkan
Eunra tengah memesan makanan kesukaannya.
“Mianhnae
Sang In-ssi, hari ini orang yang biasa menyuruhku tak memperbolehkanku
memberimu banana milk melainkan memintaku untuk memberimu segelas maesil cha
hangat yang baik untuk tenggorokanmu agar suaramu kembali seperti semula”
ujarnya.
Aku
yang masih bingung dengan kejadian ini, terlihat masih melamun saat Eunra
menghampiri meja kami. “Yak Sang In-ah, gwenchana? Apa yang dikatakan oleh
pelayan itu? Dan apa ini? Segelas maesil cha?” tanyanya sambil mencoba mencium
aroma dari gelas minumanku itu.
“Ra-ya,
aku memikirkan sesuatu yang aku sendiri sebenarnya tak yakin”.
“Ige
mwoya?” tanyanya lagi, kali ini ekspresinya serius mendengarkanku bicara dengan
badannya yang sedikit condong ke arahku.
“Entah
kenapa, aku merasa ini adalah kerjaan orang yang sama mulai dari yang meminjamkan
jaketnya kepadaku, memberiku vitamin dan banana milk juga jus jeruk. Bahkan
mungkin yang menolongku kemarin pada saat tenggelam di laut dan lihat tadi
pagi, dia mengirimkan beberapa makanan yang memang saat ini kubutuhkan. Dan
sekarang, dia mengganti banana milk dengan maesil cha karena dia tahu kalau
suaraku sedikit serak akibat kemarin aku sempat meminum air laut di waktu aku
tenggelam itu. Aku tak menceritakan kejadian kemarin kepada siapapun kecuali
kau. Jadi siapa lagi yang mengetahui keadaanku sekarang kalau bukan yang
menolongku kemarin, karena menurut pembicaraan Kai oppa, dia tak melihat orang
yang sudah menolongku, orang itu hilang begitu saja. Kau mengerti maksudku?”
jelasku panjang lebar padanya. Sedangkan dia mulai mengangguk – angguk tanda
mengerti.
“Arraseo,
kau benar Sang In-ah. Jadi, orang yang menyelamatkanmu kemarin memang sengaja
berada disana untuk sekedar menjagamu atau dia juga surfer sepertimu” teriak
Eunra.
“Kau
memang temanku yang pandai. Kau benar Ra-ya tapi pertanyaannya selanjutnya
adalah, siapa dia?” tanyaku frustasi sambil menggigit buah apel yang berada di
tanganku.
“Nah,
untuk pertanyaan itu jawabannya akan ditemukan di kemudian hari” jawabnya.
Apakah
benar dengan dugaan dua yeoja itu? Akankah Sang In bertemu dengan orang yang
menyelamatkannya sekaligus yang memperhatikannya dengan menyediakan hal – hal
kecil?
0 komentar:
Posting Komentar