• Korewa zombie desuka
We Are One We Are EXO :)

Secret Admirer (Part 3)



Part 3

Title            :  Secret Admirer
Author         :  Song Sang In
FB               :  Vini Happy Ajeng
Blog            :  exofansindo.blogspot.com
Cast             :  Song Sang In, Kim Jong In
Length         :  Series
Gendre        :  Romance, School life
Rated                    :   PG-17
Cover by    :   ByunRa93

Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu semua tidak sengaja.

Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya jinak kok jadi ga bakal gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat author.

Hargai kerja keras author yang bikin cerita ini sampe dibantuin begadang jadi NO PLAGIAT. Happy reading ^^

@Ruang Koreografi, 13.30 KST
Aku mengetukkan jari – jemariku di pinggiran piano yang berada di depanku ini. “Baiklah, mungkin aku mungkin memang terlalu cepat kemari” ujarku sambil melihat jam tangan berwarna silver di tangan kiriku. Aku mencoba memainkan beberapa lagu yang kubisa. Jarum jamku bergeser menunjukkan pukul 14.20 KST. Aku termasuk tipe orang yang tidak suka menunggu.
“Baiklah, kalau kau hanya ingin mempermainkanku” ujarku sambil menghembuskan nafas kasar.
Kubuang jaket milik namja tak tahu sopan santun itu ke sembarang arah dan kutinggalkan begitu saja. ‘braakk..’ bahkan pintu yang tak berdosapun harus ikut merasakan kekesalanku. Kuhentikan langkahku bimbang, ‘Dia sudah berbaik hati meminjamkan jaket miliknya kepadaku dan sekarang aku membuang jaket itu seenaknya? Bahkan dia rela menggigil kedinginan karena salju menghantam tubuhnya’ ada perasaan bersalah di ulu hatiku kepada namja itu, kulangkahkan kakiku kembali memasuki ruang koreografi dan segera memungut jaket berwarna hitam itu. Kutepuk jaket itu beberapa kali untuk menghilangkan debu yang mungkin sudah menempel.

Kuletakkan jaket itu di kursi penumpang di sebelahku. ‘Kemana dia tak datang? Apa benar kalau dia hanya ingin mempermainkanku saja’ aku membuang muka untuk berusaha melupakannya. “Eomma eodiya? Bagaimana kabar eomma dan appa?” sapaku kepada eommaku. “Eomma dan appa sedikit sibuk beberapa hari terakhir karena ada kesalahan teknis, tapi sekarang sudah mulai membaik. Maafkan eomma dan appa chagiya, karena tak pernah lama berada di rumah” sahut eommaku memelas. “Ne arraseo eomma, gwenchana. Baiklah kalau begitu, jaga kesehatan diana. Salam pada appa” aku mengakhiri percakapan melalui telepon dengan eomma.

Kulihat ada mobil Kai oppa terparkir di tempatku biasa memarkirkan mobilku. Aku mendengus kesal, dia sengaja melakukan itu karena dia tahu kalau aku tak suka ada mobil lain yang terparkir di tempat parkiran mobilku walaupun garasi mobilku cukup luas.
“Yak kau Kim Jong In, minggirkan mobilmu atau aku akan menyakitinya” teriakku padanya yang tengah menonton  televisi itu. Tak sulit memang untuk oppa membeli lagi yang baru atau bahkan yang lebih bagus dari mobil yang terparkir di garasi rumahku itu, tapi oppa bukan tipe namja yang suka menghambur – hamburkan uang.
. Aku segera mematikan televisi karena tubuhku sudah bergidik ngeri akibat mendengarkan berita itu.
“Ssttt, jangn berisik. Aku sedang mendengarkan berita terbaru hari ini” ujar Kai oppa sambil membungkam mulutku. “Presiden Anyang Suwon Fashion Group bersama istri telah meninggal dunia. Presiden Yifang Xei dikabarkan telah lama mengidap penyakit kanker dan akhir – akhir ini telah koma hingga sebulan. Setelah Presiden itu meninggal dunia, beberapa jam kemudian istrinya, Yoo Xing Ming ditemukan di kamar mandi kamar rumah sakit dimana almarhum suaminya dirawat dalam keadaan tewas. Setelah diselidiki oleh pihak kepolisian, Yoo Xing Ming meninggal karena bunuh diri dengan cara mengiris urat nadi lengan kanannya sendiri. Yoo Xing Ming meninggal akibat kehabisan darah, dan di samping ditemukannya tubuh korban terdapat surat terakhir untuk anak tunggal mereka, Wu Yifang”. “Ck, cepat ganti channelnya. Beritanya menakutkan sekali” teriakku seraya mengambil  boneka kesayanganku untuk menutupi wajahku agar tak melihat berita bunuh diri itu.
“Arraseo, kita menonton film saja. Duduklah, aku sudah membuatkan ddukbokki untukmu” ujarnya sambil beranjak pergi menuju dapur. Aku hanya menurut padanya, aku meletakkan boneka itu di pangkuanku setelah kuyakin tak ada berita itu lagi.
“Ada apa denganmu? Sepertinya emosimu sedang berada di puncak” tanyanya setelah kembali dari dapur.
“Anio, tak ada apa – apa” ujarku berusaha menyembunyikannya.
“Apa yang kau lakukan dengan membawa jaket itu setiap hari ke sekolah? Eoh?” tanyanya menyelidiku lagi.
“Hari ini aku bermaksud mengembalikan jaket itu kepada pemiliknya tapi sepertinya dia tak datang ke sekolah” jawabku sambil memasukkan ddubokki ke dalam mulutku.
“Oh arrasaeo” sahutnya sambil mengembalikan pandangannya kembali ke film tersebut. Beberapa saat kemudian, aku sudah tertidur pulas dengan kepalaku beralaskan kaki Kai oppa.

Aku terbangun dari tidurku dan melihat tubuhku sudah berpindah ke atas kasur, kuambil ponsel dan kulihat beberapa pesan belum terbaca disana, salah satunya Eunra. Kutekan tombol 4 dan langsung tersambung ke nomornya.
“Annyeong Ra-ya” sapaku.
“Annyeong Sang In-ah, eotthokae? Kau bertemu dengan namja itu?” tanya Eunra antusias.
“Anio, aku sudah menunggu hampir 1 jam dan tak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Ck, menyebalkan”.
“Atau mungkin dia hanya ingin mempermainkanmu?”.
“Aku berpikir juga begitu. Sudahlah, tak perlu memikirkannya. Kututup telepon, bye” ujarku.

“Sang In-ah, sepertinya akhir – akhir ini tak ada kiriman banana milk untukmu dari penggemar misteriusmu itu” ujar Eunra.
“Oh kau benar. Tak ada vitamin yang terselip di dalam lokerku. Aku cukup senang, karena dengan begitu dia tak akan menggangguku lagi” jawabku. Sebenarnya, Sang In sedikit merasa kehilangan dengan ketidakhadiran sosok misterius itu walaupun hanya melalui pemberian vitamin dan banana milk. Bahkan jus jeruk yang selalu bertengger di piano ruang koreografi tak pernah muncul juga. ‘Kemana kau Tuan Asing?’ batinku bertanya – tanya.

Musim dingin telah lewat dan saatnya musim semi menikmati deburan ombak lautan untuk berlatih surfing yang telah lama kutinggalkan karena tak mungkin aku berlatih saat musim dingin tiba. Kubawa papan seluncurku yang baru dibelikan oleh Kai oppa kemarin, hadiah untukku karena telah diundang oleh Won Surfer Company bulan Mei mendatang di Bali. Kulakukan sedikit pemanasan dengan merentangkan tubuhku ke kanan dan ke kiri agar tubuhku tak kram saat berada di lautan lepas. Kulirik Kai oppa yang sudah bersiap dengan papan seluncurnya yang bergambarkan diriku, terlalu berlebihan memang dan setiap kutanya kenapa gambarku terpampang disana dia hanya menjawab “Karena aku selalu merasa kau berada di dekatku dan dengan begitu, itu yang membuatku untuk tetap tenang”.
Sesaat kami ingin memulai surfing, Kai oppa tengah menerima telepon dan sedikit menjauh dariku. Tak kuhiraukan dirinya dan aku segera menuju ke laut sekarang. Beberapa menit kemudian aku sudah menikmati suara dentuman ombak yang menghantam papan seluncurku, tapi perasaan senangku itu tak berlangsung lama karena aku merasakan ada yang tidak beres dengan kakiku. Jari kakiku terasa kaku yang sangat menyakitkan dan itu membuat tubuhku terjatuh dan menghantam ombak hingga aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

“Song Sang In, bangunlah. Bangunlah, jebal” teriak seseorang.
Dia memompa beberapa kali dada Song Sang In, namun tak ada respon dari yeoja itu. ‘Tak ada pilihan lain lagi’ batinnya. Akhirnya dia menempelkan bibirnya ke bibir Sang In, bukan bermaksud untuk mencium atau berbuat macam – macam melainkan hanya ingin memberikan nafas buatan pada yeoja yang masih tak sadarkan diri itu. Beberapa kali nafas buatan yang diberikan namja itu akhirnya berhasil membuat Song Sang In membuka mata.

‘Uhukk.. Uhukk..’ aku tersedak beberapa kali dengan air laut yang keluar dari mulutku. Kupaksakan diriku untuk duduk dan kudengar seorang namja menghampiriku. “Sang In-ah, gwenchana?” tanya Kai oppa dengan tatapan khawatirnya sambil membantuku duduk dan tubuhnya sebagai sanggahan tubuhku.
“Oh gwenchana, gomawo oppa sudah menolongku”.
“Apa maksudmu? Bukan aku yang menolongmu, aku masih berbincang lewat telepon saat kau sudah berada di tengah laut. Dan aku baru menyadari saat semua orang berteriak ada yang tenggelam, langsung kubuang ponselku sembarang tempat dan kuberlari kemari ternyata kau sudah sadarkan diri” ujarnya sambil bernafas lega.
“Kalau bukan oppa, lalu siapa yang menolongku?” tanyaku.
“Molla, aku tak melihat siapa yang menolongmu. Mianhnae Sang In-ah, nan jeongmal mianhnae karena aku tak menjagamu. Terimakasih Tuhan, kau telah menyelamatkannya” sahutnya sambil memelukku erat.
“Oppa, aku tak bisa bernafas. Lepaskan pelukan sadismu ini” erangku.
“Mianhnae mianhnae, aku terlalu bahagia. Arraseo, hari ini kita berhenti latihan. Aku akan menggendongmu”. Aku menyandarkan kepalaku di dadanya yang bidang dan memikirkan tentang siapa yang menolongku tadi.

Kulengkuhkan tubuhku di pelukan Kai oppa sedang tangan kanannya masih sigap menyetir walaupun tangan kirinya menaut di tubuhku erat sekali. “Yak kau, kenapa kau tak menungguku hingga aku selesai berbicara di telepon?” lagi – lagi kudengar teriakan oppaku ini.
“Aku sudah tak sanggup untuk bertahan menunggumu selesai telepon oppa. Aku merindukan ombak” sahutku yang tak ingin kalah sekaligus menampakkan tampang aegyo-ku padanya. Tentu saja aegyo-ku berhasil meluluhkan hatinya. Berangsur nada bicaranya menurun.
“Mulai latihan berikutnya, aku tak mau tahu kau harus menungguku untuk menuju ke laut. Dan sepertinya pemanasanmu terlalu sebentar, tebakanku benar bukan?” tanyanya.
“Tepat” jawabku singkat. Dan sekarang harus kuterima jitakan di kepalaku, aku hanya meringis kesakitan.

Keesokannya aku kembali bersekolah tapi dengan syarat, Kai oppa harus mengantarjemputku. Tentu saja itu perintah darinya karena tak mungkin dia membiarkanku menyetir sendiri setelah kejadian kemarin. Terkadang perbuatannya terlalu memproteksi diriku dari hal – hal luar yang belum tentu menyusahkanku.
“Yak, Ra-ya. Vitamin sudah tersedia kembali di lokerku. Bahkan apa ini, ada beberapa buah dan makanan sehat untukku” teriakku pada chinguku itu.
“Coba cari nama pengirimnya, mungkin saja terselip di dalam sana” ujar Eunra sambil mengobrak – abrik isi lokerku.
“Dan hasilnya nihil, bahkan sekarang lihatlah lokerku yang cantik harus berantakan akibat perbuatan tanganmu ini” jawabku kesal. Dia memandangku iba sambil membantuku menata kembali isi lokerku. Aku mengeluarkan semua isi lokerku pemberian dari penggemar misteriusku itu. ‘Aku jadi ikut – ikutan Eunra memanggilnya dengan sebutan penggemar. Oh ini semua pasti bercanda, aku mempunyai penggemar? Yang benar saja’ batinku memberontak dan kugelengkan kepala.

Saatnya aku berlatih vokal di bawah pengawasan Kang Sura saem. Namun sayang, aku tak bisa mengambil nada tinggi karena suaraku serak mungkin akibat aku meneguk air laut. Kulangkahkan kakiku gontai menuju cafetaria. Aku tak memesan makanan apapun karena aku masih mempunyai makanan yang diberikan oleh Tuan Asing itu sedangkan Eunra tengah memesan makanan kesukaannya.
“Mianhnae Sang In-ssi, hari ini orang yang biasa menyuruhku tak memperbolehkanku memberimu banana milk melainkan memintaku untuk memberimu segelas maesil cha hangat yang baik untuk tenggorokanmu agar suaramu kembali seperti semula” ujarnya.
Aku yang masih bingung dengan kejadian ini, terlihat masih melamun saat Eunra menghampiri meja kami. “Yak Sang In-ah, gwenchana? Apa yang dikatakan oleh pelayan itu? Dan apa ini? Segelas maesil cha?” tanyanya sambil mencoba mencium aroma dari gelas minumanku itu.
“Ra-ya, aku memikirkan sesuatu yang aku sendiri sebenarnya tak yakin”.
“Ige mwoya?” tanyanya lagi, kali ini ekspresinya serius mendengarkanku bicara dengan badannya yang sedikit condong ke arahku.
“Entah kenapa, aku merasa ini adalah kerjaan orang yang sama mulai dari yang meminjamkan jaketnya kepadaku, memberiku vitamin dan banana milk juga jus jeruk. Bahkan mungkin yang menolongku kemarin pada saat tenggelam di laut dan lihat tadi pagi, dia mengirimkan beberapa makanan yang memang saat ini kubutuhkan. Dan sekarang, dia mengganti banana milk dengan maesil cha karena dia tahu kalau suaraku sedikit serak akibat kemarin aku sempat meminum air laut di waktu aku tenggelam itu. Aku tak menceritakan kejadian kemarin kepada siapapun kecuali kau. Jadi siapa lagi yang mengetahui keadaanku sekarang kalau bukan yang menolongku kemarin, karena menurut pembicaraan Kai oppa, dia tak melihat orang yang sudah menolongku, orang itu hilang begitu saja. Kau mengerti maksudku?” jelasku panjang lebar padanya. Sedangkan dia mulai mengangguk – angguk tanda mengerti.
“Arraseo, kau benar Sang In-ah. Jadi, orang yang menyelamatkanmu kemarin memang sengaja berada disana untuk sekedar menjagamu atau dia juga surfer sepertimu” teriak Eunra.
“Kau memang temanku yang pandai. Kau benar Ra-ya tapi pertanyaannya selanjutnya adalah, siapa dia?” tanyaku frustasi sambil menggigit buah apel yang berada di tanganku.
“Nah, untuk pertanyaan itu jawabannya akan ditemukan di kemudian hari” jawabnya.


Apakah benar dengan dugaan dua yeoja itu? Akankah Sang In bertemu dengan orang yang menyelamatkannya sekaligus yang memperhatikannya dengan menyediakan hal – hal kecil?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Eucliwood hellscythe Theme | Copyright © 2012 All About EXO, All Rights Reserved. Design by Djogzs, | Johanes djogan