• Korewa zombie desuka
We Are One We Are EXO :)

Secret Admirer (Part 1)



Part 1

Title            :  Secret Admirer
Author         :  Song Sang In
FB               :  Vini Happy Ajeng
Blog            :  exofansindo.blogspot.com
Cast             :  Song Sang In, Kim Jong In
Length         :  Series
Gendre        :  Romance, School life
Rated        :   PG-17
Cover by     :   ByunRa93



Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu semua tidak sengaja.

Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya jinak kok jadi ga bakal gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat author.

Hargai kerja keras author yang bikin cerita ini sampe dibantuin begadang jadi NO PLAGIAT. Happy reading ^^

“Kau ingin pulang?” tanya Eunra. Aku hanya mengangguk lemas. Ingin sekali rasanya cepat – cepat tiba di rumah dan berendam dengan air hangat karena sekolahku hari ini benar – benar ingin membunuhku. Bagaimana tidak, latihan vocal kemudian dilanjutkan latihan koreografi berjam – jam dan kegiatan itu mampu membuat tubuhku terhuyung – huyung.
“Aish, jinjaa. Apa – apaan ini? Bahkan bumi pun serasa ikut menyiksaku juga” teriakku ketika melihat salju turun untuk yang pertama kalinya.
“Kau yeoja pabo. Bukankah kau pasti mengerti kalau beberapa hari ini akan turun salju? Apa yang sedang kau pikirkan dengan tak membawa jaket? Eoh?” teriak Eunra yang tak kalah nyaring sambil menjitak kepalaku.
Belum sempat aku membalas perbuatan Eunra, “Pakailah ini. Salju akan semakin turun” ujar seseorang sambil menautkan jaketnya di pundakku.
“Josonghamnida, siapa kau?” tanyaku pada namja yang sudah berbalik terlebih dahulu sebelum aku berhasil menyapanya. Tak ada sahutan darinya. Kulihat tubuhnya tak terbalut jaket dan hanya kaos berlengan panjang berwarna putih yang melekat di tubuhnya. Dan akhirnya dia hilang di belokan sana. “Nuguseyo?” tanyaku pada Eunra. “Molla. Sepertinya aku juga tak pernah melihat namja itu” jawabnya dengan raut kebingungan.
Aku melajukan mobilku sedang karena aku juga masih memikirkan siapa namja yang berbaik hati meminjamkan jaketnya untukku. ‘Lalu, bagaimana caraku untuk mengembalikan ini?’ tanyaku dalam hati. Hidungku mencium aroma pinus yang tersebar di jaket itu dan aroma itu mampu membuatku kembali rileks. Kuparkirkan mobil di garasi rumahku dan terlihat disana juga terparkir mobil appa. Seulas senyum terpatri di bibirku.
“Appa, eomma, dimana kalian?” teriakku di dalam rumah besar ini.
“Eomma disini chagi” jawabnya dari arah dapur. Kusegera berlari ke dapur dan benar, eomma sedang membuat pancake kesukaanku.
“Bogoshipo eomma” ujarku sambil memeluk tubuh eomma dari belakang. Eomma berbalik, “Eomma juga sangat merindukanmu”.
“Bagaimana kalian tak menghubungiku ketika berada disini?” tanyaku.
“Eomma pikir ingin memberikan sedikit kejutan lagipula kau juga masih sekolah, tak mungkin eomma menghubungimu”.
“Appa eodiya?” tanyaku sambil menarik tangan eomma dan tanganku yang lain membawa sepiring pancake lezat buatan eomma.
“Appamu sepertinya sedang ada sedikit urusan”.
“Ck, baru juga tiba disini dan sudah disibukkan dengan pekerjaan” decakku sedikit kesal.
“Kau masih tetap dengan kebiasaanmu ini. Ganti pakaian dulu, baru makan. Palli” ujar eomma. “Arraseo” ujarku sambil beranjak dari tempat dudukku.

Kugantungkan jaket itu di sebelah meja nakasku dan seakan tak sadar dengan bibirku yang sudah mengembangkan senyuman sewaktu mengingat kejadian sepulang sekolah tadi. Tak ingin membuat eomma menunggu terlalu lama, aku segera kembali ke ruang makan. Setibanya disana, terlihat appaku tengah memakan sepotong pancake buatan eommaku.
“Oh, begitukah appa sekarang? Makan sendiri tanpa menungguku? Eoh?” ujarku.
“Song Sang In, appa sudah lapar sehingga makan terlebih dahulu tanpa menunggumu. Duduklah, appa punya beberapa kejutan untukmu”.
“Tak perlu menyogokku dengan kejutan – kejutanmu Tuan Song Goo Kyeong” ujarku sambil tersenyum menggoda. “Ige mwoya?” tanyaku sesaat menerima beberapa bingkisan dan sebuah amplop. Aku tak menghiraukan bingkisan – bingkisan itu, mataku hanya tertarik pada amplop berwarna putih itu. Kubuka dan kubaca sebelum aku berteriak kegirangan. “Invitation for Song Sang In, surfer from South Korea to join us on Kuta Beach, Bali at 5th May 2014. For more information you can contact us. Thank you for your attention and participation”.
“Ige mwoya?” tanya eomma, ekspresi eomma heran ketika melihatku lompat – lompat kegirangan setelah membaca selebaran itu. “Kau masih menekuni olahraga ini?” tanya eomma sesaat setelah membaca kertas yang kuberikan pada eomma.
Anggukku antusias beberapa kali karena mulutku tengah penuh dengan pancake. “Tentu saja, aku sangat mencintai surfing jauh sebelum aku masuk ke sekolah seni” jawabku buru – buru.
“Tapi Sang In, olahraga ini terlalu berbahaya untuk yeoja sepertimu” ungka eommaku. Sikap khawatir berlebihan eomma sedikit kambuh. “Tenang saja, Kai oppa pasti akan selalu menjagaku. Lagipula terlihat keren bukan ketika seorang yeoja bermain ombak di atas papan selancarnya” jawabku. “Biarlah istriku. Biarkan dia memilih jalan yang membuatnya bahagia. Kita hanya harus mendukungnya” akhirnya appaku angkat bicara setelah sekian lama mendengarkan perbicanganku dengan eomma. “Eomma jangan khawatir. Aku akan baik – baik saja” kataku sambil menggenggam tangan eomma. “Baiklah, aku akan bertemu dengan Kai oppa sekarang untuk memberitahukan kabar bahagia ini” lanjutku. “Tak bisakah esok hari saja kau bertemu dengannya? Salju sudah semakin turun” teriak appa yang tentu saja tak kupedulikan.

@ Heukseok-dong Apartement, 17.00 KST
Aku memencet bel kamar apartemen ini beberapa kali namun sepertinya di dalam tak ada penghuninya hingga seseorang bertubuh proporsional dan berkulit sedikit kecoklatan yang hanya memakai kaos putih serta celana pendek selutut itu membuka pintu kamarnya. “Sang In-ah, apa yang kau lakukan disini? Kau mengganggu waktu tidurku. Bukankah sedang turun salju? Masuklah” ajaknya sambil menarik tanganku.
“Sudah terlihat dari wajahmu kalau kau sedang tidur” jawabku. “Oppa, ada kabar gembira yang ingin kubagi denganmu” lanjutku antusias sambil duduk di atas kasurnya.
“Mwo? Kabar gembira apa? Semoga itu benar – benar menggembirakan karena kau rela jauh – jauh kemari menerjang turunnya salju hanya untuk memberitahuku kabar ini. Dan jelas kau sedang kedinginan, terlihat dari hembusan nafasmu ini” ujarnya sambil menghimpit tubuhku serta menyentuh bibirku yang gemetaran karena kedinginan. “Oppa, apa yang kau lakukan? Ini terlalu dekat” jawabku sambil mendorong tubuhnya untuk sedikit menjauh. Dia tertawa kencang sambil berjalan ke arah dapur, “Ceritanya nanti saja. Aku akan membuatkan cokelat panas dulu untukmu”.

Beberapa saat kemudian dia kembali dengan segelas cokelat panas untukku. “Kau tak minum?” tanyaku setelah menyeruput minuman kesukaanku buatannya. “Aku minum dari sini saja” katanya seraya mengambil gelas yang berada di genggamanku. Kami sudah terbiasa minum dalam gelas yang sama. “Kabar apa?” tanyanya singkat.
“Baca ini” kataku sambil menyerahkan kertas yang kukeluarkan dari dalam tas kecilku. “Apa ini?” tanyanya heran. “Ck, sudah baca saja. Jangan banyak tanya” ujarku.
Aku tersenyum lebar saat kulihat bibirnya perlahan mulai menyunggingkan senyum indahnya. “Kau diundang? Kau benar – benar keren” katanya sambil mengacak rambutku kasar.
“Yak Kim Jong In, berhentilah mengacak – acak rambutku. Kau tahu bukan kalau aku sangat tidak suka ada orang yang mengacak – acak rambutku” jawabku kesal.
“Hadap sana” katanya sambil menghadapkan tubuhku membelakanginya. Belum sempat untukku bertanya, ternyata dia sudah menyisir rambut panjangku terlebih dahulu. “Oppa, kita masih punya banyak waktu untuk berlatih. Dan aku minta kau harus menemaniku disana dan aku tak menerima penolakan” kataku.
“Kau gadis gila, kau ingin berlatih saat turun salju seperti ini? Setidaknya tunggulah sampai bulan Maret” teriaknya dan tangannya masih menyisir rambutku dengan lembut.
“Arraseo, berhentilah berteriak dan berhenti menyisir rambutku” ujarku sambil berbalik kembali menghadapnya.
“Aku akan membuatkan makanan untukmu. Sudah saatnya kau untuk makan” ujarnya sambil melirik jam yang terpampang di meja samping tempat tidurnya. ‘Kau benar – benar oppa terbaikku. Bahkan waktu makanku pun kau sangat hafal’ batinku.

Aroma masakan yang lezatpun tercium oleh hidungku dari arah dapur. Kalau saja aku bisa membantunya menyiapkan makanan, hanya saja dia pasti akan kembali berteriak nyaring ketika aku membawa langkahku menuju dapur dan dia akan menarikku menuju meja makan yang hanya muat untuk 2 orang saja. Dia tak akan membiarkanku membantunya memasak. Dan beberapa jenis masakanpun terhidang di atas meja makan. Aku mengambil beberapa masakan yang berada di depanku. “Oppa, kenapa kau sangat baik padaku?” tanyaku.
‘deg..’ dapat kulihat dengan jelas ekspresi wajah oppa dan dia menormalkan ekspresinya kembali. “Apa yang kau bicarakan? Dari dulu kau juga mengerti kalau aku sudah menganggapmu sebagai yeo-dongsaengku sendiri” ujarnya. “Baiklah, aku percaya padamu oppa”.

“Sepertinya kau tak pernah memiliki jaket seperti itu” ujarnya setelah melirik jaket yang kuletakkan di atas kasurnya.
“Ah, itu memang bukan milikku. Itu milik temanku”.
“Milik seorang namja?” tanyanya menyelidiki.
‘Bagaimana dia mengetahui hal itu?’ tanya batinku. “Karena tak mungkin seorang yeoja memiliki jaket seperti itu” lanjutnya seolah – olah dia tahu akan apa yang kubicarakan dalam hati.
Aku bingung akan menjawab apa, “Sudahlah tak perlu dijawab”.

“Aku akan mengantarmu pulang” katanya sambil membuka lemari pakaiannya dan mengambil jaket berwarna hitam, jaket itu kesukaanku.
“Anio, tak perlu oppa. Kau kembalilah tidur dan aku pulang sendiri. Gomawo oppa” teriakku sambil berlari ke arah pintu.
Aku sudah menutup pintu rapat – rapat dan terdengar dari dalam dia tengah berteriak memanggil – manggil namaku tak jelas. Aku berjalan menyusuri lobby nya dan ponselku tengah berdering, kurogoh jaket namja itu.
“Yak yak kau, bisa – bisanya kau melarikan diri” teriak namja yang baru saja kutinggalkan. Dia memang tak bisa bicara tanpa berteriak seperti itu.
“Anio oppa. Tak perlu, aku bisa pulang sendiri. Arraseo?”.
“Arra. Hubungi aku setelah kau tiba di rumahmu. Berhati – hatilah, jalanan licin” ujarnya setelah menghembuskan nafasnya kesal.

Keesokan paginya..
Ponselku berdering berkali – kali. Kurogoh di bawah selimutku dan kudapatkan benda kotak yang berisik itu.
“Annyeong..” sahutku dengan masih memejamkan mata. “Oppaaa...” lanjutku.
“Aku khawatir dengan keadaanmu, hampir 3 jam aku menunggu teleponmu dan aku sudah bergegas untuk menyusulmu tapi aku lega saat aku menghubungi Lee Hwan ahjushi dan mengatakan kalau kau sudah kembali ke rumah 2 jam yang lalu” ungkapnya. Dan dia tak bohong, terdengar dari suaranya kalau dia masih khawatir dengan keadaanku.
“Oppa, mianhnae. Jeongmal mianhnae karena aku tak menghubungimu. Aku terlewat lelah hingga lupa untuk menghubungimu. Mianhnae oppa” ujarku mengiba padanya.
“Arraseo, gwenchana Sang In-ah. Kau tak sekolah?”.
Sekolah? 7 huruf itu menyadarkanku dan membuat keadaanku sudah kembali dari alam tidurku. “Baiklah, aku akan menjemputmu. Segera turun dari kasurmu dan pergi ke kamar mandi” katanya sambil tertawa ringan. Aku segera mematikan teleponnya tanpa berkata apa – apa sambil menggerutuki diriku sendiri karena bangun kesiangan.

“Eomma, kenapa eomma tak membangunkanku?” rengekku pada perempuan yang sangat kucintai itu.
“Eomma sudah membangunkanmu. Dan kau bilang, kau libur hari ini maka dari itu eomma tak membangunkanmu lagi”.
“Ah, aku bisa terlambat eomma. Mianhnae eomma, aku berangkat dulu” ujarku sambil berlari kecil menuju pintu rumahku.

Seorang namja yang bersandar pada body mobil Bugatti Veyron warna hitamnya. “Aku sudah berkata padamu bukan kalau aku yang mengantarmu pulang? Kau pasti akan kelelahan. Kau bukan wonder woman yang bisa menyetir selama itu” ejek Kai oppa padaku.
“Berhentilah mengejekku. Fokuslah pada benda bulat yang berada di genggaman tanganmu itu saja oppa”.
“Ini makanlah, kau pasti belum sarapan” katanya sambil menyerahkan kotak makanan, roti dengan isi daging sapi ini sebagai sarapanku. “You are really my hero” kataku sambil merangkul tangan kirinya yang terbebas dari stirnya.

“Gomawo oppa, nan jeongmal gomawo karena lagi – lagi hari ini kau penyelamat hidupku” ujarku sambil mengecup pipi kanan oppaku ini. Kulihat wajahnya bersemu merah, “Yak jangan berpikiran macam – macam. Aku yeo-dongsaengmu dan menciummu hanya sebagai ucapan terimakasih” ancamku padanya.
“Arraseo, masuklah. Kau bisa sakit kalau berlama – lama terkena salju” bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman dan tangannya merapatkan penutup jaket itu ke kepalaku. Sedangkan kedua matanya menatap pada sebuah titik yang terlihat seorang namja yang menatap aktivitas kedua orang itu dengan tatapan tidak senang.

“Song Sang In, kau diantar namjachingumu?” tanya seorang teman padaku.
“Ah anio. Dia oppaku”.
“Kai oppa? Kenapa kau tak mengatakannya padaku? Kalau aku tahu, aku bisa menghampiri kalian sebentar dan bertemu dengan malaikat yang dikirim Tuhan untukku itu” teriak Eunra di sampingku.
“Jangan bermimpi untuk mendekati namja itu Ra-ya. Sepertinya dia sedikit anti terhadap perempuan. Entahlah sejak yeojachingunya meninggal 4 tahun yang lalu, aku tak pernah melihatnya menggandeng perempuan lain lagi” ungkapku.
“Dia sedang menungguku Sang In-ssi” ujarnya penuh percaya diri. Aku hanya menggeleng tak percaya kepada sahabatku itu.
“Ra-ya, bagaimana aku mengembalikan jaket ini kalau kita saja tak tahu siapa yang meminjamkannya jaketnya padaku?”.
“Aku juga tak tahu. Apa yang harus kita lakukan?” tanyanya sambil memegang kepalanya.


Siapakah namja yang meminjamkan jaketnya kepada Sang In dan rela menembus salju tanpa jaket itu? Dan siapa orang yang melihat ke arah Sang In dan Kai? Apakah orang yang sama?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Eucliwood hellscythe Theme | Copyright © 2012 All About EXO, All Rights Reserved. Design by Djogzs, | Johanes djogan