• Korewa zombie desuka
We Are One We Are EXO :)

Eiffel Tower in Seoul Part 9


Page 9

Title            :  Eiffel Tower in Seoul
Author         :  Song Sang In
FB               :  Vini Happy Ajeng
Cast             :  Song Sang InKim Jong In, BaekRa couple
Cameo         :  Member EXO
Length         :  Series
Gendre        :  Romance, Little Angst
Rated                    :    PG-17

Cerita ini hanya karangan belaka dan ASLI ciptaan author. Kalo ada kesamaan tempat dan karakter itu semua tidak sengaja.

Untuk semuanya mohon jadi pembaca yang baik yang pastinya harus meninggalkan jejak terlebih dahulu. Author ga bosen – bosennya buat ngingetin tentang ini.
SIDERnya banyak ini, tapi yang komen bisa diitung pake jari jadi JEBAAAALLL. Authornya jinak kok jadi ga bakal gigit kalo komenannya gimana2 karena komenan kalian juga sebagai penyemangat author.

Hargai kerja keras author yang bikin cerita ini sampe dibantuin begadang jadi NO PLAGIAT. Happy reading ^^

Password part selanjutnya : kriskai

“Tak pernah sedikitpun terlintas di benakku untuk meninggalkanmu, meninggalkan hari - hari yang pernah kita lalui bersama. Namun aku harus menelan pil pahit kenyataan ini bahwa aku harus segera melakukan itu” –Song Sang In-

Previous Part..
Dua bulan kemudian..
Kai yang dalam perjalanan pulang dari menghadiri undangan Radio Sukira yang memintanya menjadi bintang tamu tiba – tiba dikabarkan sedang mengalami kecelakaan. Media memberitakan bahwa dia yang mengendarai mobilnya sendirian itu ditabrak dari arah belakang dan menyebabkan dirinya mengalami oleng serta menabrak jembatan. Aku yang ditelepon oleh Suho oppa segera menuju Seoul International Hospital dan dikabarkan kalau Kai sedang dalam operasi untuk kepalanya yang mengalami kecelakaan parah.

Eiffel Tower in Seoul Part 9..
“Oppa, bagaimana keadaan Kai?” tanyaku sambil tak bisa menahan tangisku.
“Kai masih dalam keadaan kritis dan tengah dioperasi. Kita berdoa saja supaya dia selamat” jawabnya.
“Sang In-ssi, bersabarlah. Kita semua juga khawatir tentangnya. Kau harus kuat, kita selalu bersamamu” ujar Eunra yang baru datang dan segera memelukku.
Lututku lemas hingga aku hampir ambruk namun beruntung Suho menangkap tubuhku dan mendudukkanku di kursi tunggu. Tak berapa lama semua member EXO menoleh ke arah kiriku dan terlihat keluarga Kai datang.
‘plakk..’ sebuah tamparan keras telah mendarat di pipiku yang diberikan oleh eomma Kai setibanya berada di dekatku. Suho oppa yang tengah duduk di sampingku sontak berdiri untuk melindungiku dari perbuatan eomma Kai. “Lihat, apa yang kau lakukan terhadapnya? Eoh? Sudah puas kau membuat anakku hampir mati seperti ini?” teriak eomma Kai yang sedang berusaha menarik rambutku. Dengan segera tubuhku ditarik menjauh oleh Eunra dan Baekhyun.
“Apa yang kau lakukan Park Hye Jae? Cukup, kalau kau hanya membuat onar pergilah dari sini” bentak appa Kai yang juga seharusnya appaku. “Sang In, sebaiknya kau pergi dulu saja dari sini. Nanti appa akan selalu menghubungimu untuk memberitahukan keadaan Kai” lanjutnya padaku. Sontak kata – katanya membuat air mataku berhenti mengalir keluar dan juga membuat semua orang yang berada disini kaget. “Appa..” gumam Eunra tak percaya.
Semuanya terdiam hingga Suho angkat bicara. “Baiklah kalau begitu, aku akan mengantar Sang In pulang. Kajja aku antar kau pulang” ajaknya.
“Kau harus segera pergi dari hadapan kami semua terutama Kai. Sejak Kai berada di dekatmu, lihatlah bagaimana menderitanya dia. Ingatlah kalau terjadi apa – apa dengannya, aku tak akan memaafkanmu dan aku akan melakukan suatu padamu untuk memberikan pembalasan yang lebih dari ini” pesan itu dari eomma Kai.
@Seoul International Hospital, 19.00 KST
Beberapa dokter keluar dari ruang operasi Kim Jong In. “Siapa keluarga dari Kim Jong In?” tanya salah satu dokter. “Aku appanya dan ini eommanya. Bagaimana keadaan putraku?” tanya appa Kai. “Dia sudah melewati masa kritis. Hanya saja..” kata dokter tanpa meneruskan kata – katanya. “Hanya saja kenapa dokter?” tanya eomma Kai sambil memegang lengan suaminya. “Hanya saja dia sekarang sedang mengalami koma. Kecelakaan yang dialami olehnya terlalu parah sehingga menyebabkan terdapat beberapa gangguan pada syarafnya. Kita hanya bisa menunggu mukjizat dari Tuhan. Oh iya, tadi dia sempat sadar dan menggumamkan nama Song Sang In. Dia menyebutnya kurang jelas tapi sepertinya memang nama itu yang dipanggil. Apakah nyonya yang bernama Song Sang In?” lanjut dokter. “Anio..” jawab eommanya dengan wajah yang tiba – tiba berubah menjadi ganas. “Ah, mianhnae. Mungkin kalau seseorang itu dibawa kemari bisa membuatnya sadar. Tuan dan nyonya tenang saja, kami akan melakukan yang terbaik untuk putra kalian. Kami permisi dulu” ucapnya.

Aku segera menghubungi Suho untuk meminta bantuanya. Setelah mendapat jawaban darinya untuk memastikan bahwa tidak ada siapa – siapa di ruangan Kai, aku segera menuju rumah sakit.
“Oppa, aku hamil. Aku mengandung anakmu, anak kita. Aku mohon bertahanlah dan cepat bangun demi anak kita. Aku tak bisa menghidupinya sendirian” ujarku sambil terisak.
“Kau hamil Sang In? Kau benar – benar hamil? Mengandung anaknya?” tanya Suho yang berada di sampingku.

‘braakk...’ pintu ruangan itu terbuka oleh kehadiran seseorang kasar, sepertinya orang itu tengah marah besar. “Apa yang kau katakan? Eoh? Kau sedang bercanda bukan? Atau kau mengatakan demikian hanya karena kau menginginkan harta keluargaku bukan? Cepat katakan yang sejujurnya” teriak eomma Kai dengan mata yang membelalak lebar. “Anio nyonya muda. Aku mengatakan yang sejujurnya. Aku tak berbohong, aku memang tengah mengandung anaknya Kai” jelasku. Eomma Kai langsung menyeretku, “Cepat, cepat kau gugurkan kandunganmu secepatnya. Atau kalau perlu sekarang, aku tak mau setelah putraku sadar, dia akan mengetahui kalau dia mempunyai anak dari gadis hina sepertimu. Atau aku ada ide lain, kau boleh membesarkan anakmu. Tapi kau harus pergi dari hadapan Kai, hadapanku, dan dari hadapan kita semua. Tenang saja, masalah uang aku tak akan lupa. Aku akan mengalirkan dana hingga anakmu besar nanti. Tapi satu syarat, pergi jauh – jauh dari kehidupan putraku dan jangan ada pemikiran untuk memberitahunya sama sekali” ucap eomma Kai setengah berteriak. Aku yang masih terdiam di sela isak tangisku, tak tahu harus mengatakan apa pada eommanya. “Ahjumma, kami permisi dulu” ujar Suho yang bermaksud untuk menyelamatkanku.

Suho yang berniat baik untuk mengantarkanku pulang sepertinya juga ikut memikirkan yang baru saja terjadi. Terlihat dari dirinya sekarang tengah memijat perlahan dahinya sambil tangan kirinya tetap memegang kendali mobil yang kami tumpangi. Dan sepertinya juga tak ada niatan Suho mengajakku bicara hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk berusaha menenangkanku. “Sang In-ssi mianhnae, jeongmal mianhnae. Aku benar – benar tak tahu kalau eomma Kai datang ke rumah sakit karena informasi yang kudapat dari anak buahku di rumah sakit tak ada tanda – tanda untuk eommanya kembali ke sana” jelasnya. “Gwenchana Suho oppa. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu karena kau harus mengetahui masalah ini. Gomawo kau sudah mau membantuku” ucapku dengan tatapan kosong.

“Eomma, bagaimana kalau kita pulang ke Gwang-ju?” ajakku tiba – tiba.
“Waegurae?”
“Aku ingin pergi dari kehidupannya dan tak mau dikejar – kejar oleh media karena kejadian ini” jawabku sambil mengangkat bahuku enggan.
“Baik. Kapanpun kau siap untuk pergi, eomma juga akan siap”. Aku memejamkan mata dan itu membuatku menangis saat eomma memelukku erat dengan membelai rambutku.

“Sepertinya yeoja itu sudah meninggalkan rumahnya dari beberapa hari yang lalu” kata seseorang dari suara di telepon. “Arraseo, cari dia sampai dapat. Kalau kalian sudah dapat segera hubungi aku. Dan untuk bayarannya kalian jangan khawatir, aku akan membayar mahal kalian” jawab seorang laki – laki.

“Chagiya, kau tak tahu dimana Sang In berada? Bukankah kau mempunyai nomornya?” tanya Baekhyun saat mereka sedang makan siang.
“Kita sudah ke rumahnya tapi rumahnya seperti sudah lama tak ditempati bukan? Aku juga sudah menyuruh anak buahku untuk mencarinya dan mereka bilang kalau tak ada seseorang pun yang datang ke rumah itu. Sepertinya dia juga ganti nomor sehingga kita tak dapat menghubunginya. Tenang saja chagiya, kita akan segera menemukannya untuk Jong In. Makanlah” ucap Eunra mencium pipi sang pacar yang langsung disambut ciuman juga yang diberikan Baekhyun kepada yeoja yang sangat dicintainya itu.

“Yoboseo..” jawab Sang In.
“Chagiya, kau kemana? Setelah pemberitaan itu, kau juga menghilang. Dan sepertinya kau harus tahu kalau kau sudah dikeluarkan dari sekolah” kata Jiwon memelas.
“Aku sudah bisa menebak kalau aku akan segera dikeluarkan dari sekolah setelah kejadian ini. Mianhnae Jiwon, aku tak bisa mengatakan aku sekarang berada dimana. Tenang saja, setelah semua pemberitaan mereda, aku akan kembali ke sana. Aku hanya ingin menghindari media – media itu”
“Arraseo. Kalau begitu, jaga kesehatanmu baik – baik. Kalau kau butuh apa – apa, segera hubungi aku” pintanya.

Beberapa saat kemudian..
“Yoboseo..” jawabku lagi. “Ra-ya? Bagaimana kau tahu nomor teleponku?” tanyaku. Ini cukup membuatku kaget.
“Terlalu mudah untuk mencari informasi nomor teleponmu. Kau dimana? Bagaimana keadaanmu? Kau tak ingin tahu kabar tentangnya?” dia berbalik tanya.
“Aku baik – baik saja. Dia, bagaimana keadaannya?” aku berpura – pura seperti aku tak mengetahui keadaannya.
“Operasinya berjalan sukses walaupun sekarang dia harus koma. Dan kau tahu Sang In-ssi, dia membutuhkanmu. Saat dia siuman dia memanggil – manggil namamu dan setelah itu dia kembali tak sadarkan diri sampai koma seperti sekarang ini” jelasnya.
Aku hanya terdiam memikirkannya tanpa dapat mencerna kata – kata Eunra lagi hingga dia memanggilku beberapa kali sambil sesekali aku melihat dan mengelus lembut perutku. “Oh, mianhnae. Tapi untuk sekarang aku tak bisa kembali ataupun menjenguknya”.
“Appanya Kai oh maksudku appamu juga mencari nomor teleponmu untuk memberimu  kabar tentang Kai. Kami sudah mengetahui masalah di balik kalian” katanya. “Apa aku harus memberitahu appamu tentang nomormu?” lanjutnya.
“Andwe, aku mohon jangan. Aku tak ingin merusak kebahagiaan keluarga mereka. Eomma Kai benar, aku hanya akan mengacaukan kehidupan keluarga mereka Eunra-ya”
“Tolong jangan berkata begitu. Baiklah kalau kau tak ingin untukku memberitahu nomormu kepada appamu. Segera hubungi aku kalau kau berubah pikiran untuk menjenguk Kai, aku akan senang hati untuk menjemputmu. Aku tak ingin mempengaruhimu, tapi asal kau tahu saat ini Kai sedang sangat membutuhkan kehadiranmu” ungkapnya. Sang In tergeletak lemas di kamarnya dengan ponsel yang sedikit terlempar ke sudut sana. Dia tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Di satu sisi dia ingin sekali menjenguk namja yang sangat dicintainya itu namun di sisi yang lain, dia benar – benar ketakutan dengan ancaman eommanya Kai.

“Sial. Sang In benar – benar tak ingin keberadaannya dilacak. Dia menggunakan ponsel yang tak ada GPS. Dia sudah memikirkan semuanya” teriak Baekhyun frustasi.
“Sabarlah Byun Baekhyun. Kau seorang namja yang tak sabaran. Sekarang semuanya menunggu keputusan darinya. Tapi aku yakin kalau Sang In sangat mencintai namja bodoh itu dan dia tak akan pernah tega untuk tak menjenguknya” ujarnya sambil tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih.

“Bagaimana keadaannya? Belum ada tanda – tanda dia akan sadar?” tanya appanya  pada eommanya yang sedang duduk di samping Kai. Eommanya hanya menggeleng lemas.
“Bagaimana kalau apa yang dikatakan oleh dokter kemarin benar? Benar kalau Jong In sadar untuk memanggil yeoja miskin dan bisu itu lalu kemudian tak sadarkan diri lagi”. “Oh, maksudku Song.. Song Sang In” ujarnya setelah sadar kalau Nyonya Park Hye Jae telah salah ucap dengan memanggil anak perempuan suaminya dengan sebutan seperti itu. Sepertinya nyonya muda itu mulai sedikit melupakan masalah Song Sang In karena beliau lebih mementingkan keselamatan putranya sekarang.
“Tapi gengsimu terlalu tinggi untuk memintanya menjenguk Jong In. Aku bahkan tak dapat menghubunginya” jawabnya. Sepertinya appanya tak menghiraukan apa yang dikatakan oleh istrinya itu.

@Gwang-ju, North Jeolla, 08.00 KST
“Eomma, bantu aku mengangkat barang bawaanku. Ini terlalu berat untuk kuangkat sendiri” rengekku kepada eomma.
“Omo, apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau bisa berada di tempat ini?” bentaknya pada seseorang di belakangku. “Kajja Sang In, kita masuk” lanjutnya padaku. Aku yang tak sempat menengok untuk melihat siapa yang tengah dibentak oleh eommaku, segera ditarik untuk masuk ke dalam rumah kami.
“Aku mohon, dengarkan aku dulu. Aku membutuhkan bantuan kalian terutama Song Sang In. Apa aku harus mencium kakimu seperti ini agar kau mau memaafkanku dan membantuku?” seorang perempuan memohon pada eommaku sampai membungkuk dan mencium kaki eommaku. Setelah kulihat ternyata perempuan itu adalah Nyonya Park Hye Jae. Aku secara refleks untuk membantunya berdiri, “Nyonya, apa yang nyonya lakukan?” tanyaku padanya. Nyonya muda itu belum sempat menjawab hingga aku merasakan tarikan di lenganku yang dilakukan oleh eommaku. “Sang In, menjauhlah darinya. Kau tak ingat bagaimana dia memperlakukan kita seperti apa? Hah? Kau, berdiri” bentak eommaku. “Shireo, aku tak akan membiarkan eomma memperlakukan nyonya muda seperti ini. Bukankah eomma yang mengatakan padaku untuk berlaku baik kepada siapapun walaupun orang lain itu tak pernah berlaku baik pada kita?” tanyaku pada eomma yang sekarang membuat eomma diam tak berkutik. “Kajja nyonya muda, kita pergi dari sini” ajakku.
“Ini, minumlah” ujarku sesaat setelah kami pergi dari rumahku dan menyodorkan sekaleng soda kepada eomma Kai.
“Gomawo”.
“Bagaimana anda bisa berada disini nyonya?” tanyaku. “Apakah anda kemari untuk menyuruh kami untuk segera keluar dari Korea?” tanyaku lagi namun lebih hati – hati dalam pengucapannya.
“Kau, kembalilah ke Seoul. Aku mohon kepadamu untuk menjenguk Kai, sampai sekarang dia masih tak sadarkan diri. Apa aku harus bersujud dan mencium kakimu juga agar kau mau memaafkanku? Eoh?” tanya eommanya sambil menangis.
“Anio, jangan lakukan itu. Anda tak perlu melakukan itu. Aku akan menuruti permintaan anda tapi setelah dia sadar, aku akan kembali ke sini” ujarku sambil menyeruput kaleng sodaku.
“Apa maksudmu? Tempatmu bukan disini, tempatmu adalah dimana Kai berada dan disitulah tempatmu Sang In. Aku tahu selama ini aku telah berlaku kasar padamu dan juga ibumu. Tapi itu jauh sebelum aku sadar bahwa kalian sama – sama saling mencintai dan sekarang aku tak berhak untuk memisahkan kalian. Apalagi sekarang kau tengah mengandung anaknya. Kau dan dia akan lebih kuat bila bersama – sama. Aku mohon Sang In, lakukan ini demi Kai” katanya memohon padaku. “Mulai sekarang kurangi minuman bersoda dan beralkohol” ujarnya sambil membuang kaleng soda yang berada di genggaman tanganku. Aku hanya melihat eomma Kai sambil tersenyum.
@Seoul International Hospital, January 10 2014, 16.45 KST
Sorotan kamera jelas – jelas kembali menyorot kedatanganku di rumah sakit ini. ‘Aku heran, bagaimana mereka bisa betah berlama – lama di depan rumah sakit untuk mencari tahu tentang keadaan Kai? Dan lihatlah ini, bagaimana mereka tahu bahwa aku akan segera datang kemari’ decakku kesal.
Aku berjalan melewati mereka dengan selamat. Beruntung, tubuhku terlindungi dari kilatan kamera media yang tertutupi oleh tubuh beberapa pengawal pribadi Nyonya Park Hye Jae.
“Song Sang In” teriak Eunra yang segera berlari ke arahku dan memelukku hingga aku tak dapat bernafas.
Semua yang berada disini, semua member EXO memelukku bahagia bak bertemu presiden Korea Selatan. Langkahku terhenti ketika aku melihat ke arah seorang laki – laki di belakang mereka yang memandangku dengan senyuman tulus di bibirnya . tak berapa lama laki – laki itu berjalan ke arahku dan memelukku seketika.
“Miahnae Song Sang In. Bahkan beribu kata maaf yang terucap dari bibir appamu ini tak akan mampu menghapus semua kesalahan appa padamu, oppamu, dan juga eommamu. Aku benar – benar tak mengerti kalau pada saat appa meninggalkan eommamu itu tengah mengandung putri kecil yang cantik seperti yang berada di pelukanku ini. Andai saja waktu itu aku tahu, aku tak akan meninggalkanmu dan berusaha untuk mempertahankan kalian. Appa tak memintamu untuk memaafkan appa, tapi appa hanya ingin kau tahu kalau pada awal pertama appa bertemu denganmu appa menyadari bahwa kau sangat mirip denganku dan kedua matamu memancarkan cahaya serta ketulusan yang sama dimiliki oleh eommamu” bahkan saat appa menjelaskan panjang lebar seperti ini tak ada niatan untuk melepaskan pelukannya dariku.
Aku diam beberapa saat hingga ak berdehem sebelum bicara. “Tenanglah appa, tanpa appa meminta maaf kepadaku pun aku akan selalu memaafkanmu. Dan aku tetap menganggap appa adalah appa yang terbaik di dunia ini dan tak akan ada yang bisa menggantikannya” air mataku tumpah saat itu juga. Eomma Kai menghampiri kami dan mengusap air mata yang keluar dari mataku dan segera memelukku.

Aku sedang berjalan menuju kamar Kai yang kemudian kurasakan tiba – tiba dengan badanku yang gemetaran segera dituntun secara lembut oleh eommanya. “Masuklah, saat ini kau orang yang paling ditunggu kehadirannya oleh putraku” ujarnya sambil membukakan pintu itu untukku.

‘Yak Kim Jong In, bangunlah. Apa – apaan ini kau malah malas – malasan dengan berbaring disini tanpa berlatih menari?’ gumamku dalam hati sambil mempertahankan air mataku agar tidak jatuh di permukaan.
‘Bukankah kau berjanji untuk selalu menemaniku dan bayi yang tengah aku kandung ini? Eoh? Bagaimana mungkin aku bisa tanpamu membesarkan bayi kita? Anak ini membutuhkanmu, sama seperti aku yang sangat membutuhkanmu, sama juga seperti orang tuamu, keluargamu dan juga teman – temanmu’
‘Oppa, bangunlah. Apa kau tak merindukanku? Kau tahu, aku sangat merindukanmu. Bahkan aku menyesal tak sempat mengatakan kalau aku sangat mencintaimu. Tak ada namja lain yang berada disini’ ujarku sambil menggiring tangannya untuk memegang dadaku. ‘Bagaimana? Kau merasakan kalau cinta dan hatiku hanya untukmu bukan?’ dan akhirnya pertahanan dinding mataku tak kuat juga, detik itu juga aku menangis.
‘Aku ingin berjanji padamu. Saat kau sadar aku akan setiap hari berada di sisimu, memanggilmu dengan sebutan oppa, menciummu, memelukmu, saling menceritakan hal gila denganmu. Maka dari itu aku mohon untuk kau bangun Kim Jong In’. Masih tak ada respon darinya, sepertinya yeoja itu tak akan patah semangat untuk membuat namjachingu nya sadar.
‘Yak Kkamjong apa yang kau lakukan disini? Tak bisakah kau lihat bagaimana susahnya mereka tanpamu? Bangunlah, bagaimana bisa namja kuat sepertimu tak bisa melewati masa – masa sulit seperti ini? Eoh?’  dan masih belum sadar juga hingga aku terlelap di tangannya.
“Song Sang In..” panggil eomma Kai pelan. “Makanlah, ini aku sudah menyiapkan makanan untukmu” lanjutnya.
“Gomawo nyonya muda” jawabku sambil menerima beberapa kantong makanan yang sudah dibawakan oleh eomma Kai.
“Mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan itu. Panggil aku dengan sebutan eomma. Kau anak suamiku, berarti kau juga anakku” ujarnya.
‘Oppa, kau lihat ini. Aku membawa beberapa foto kita dan juga lihat ini, aku membawa boneka pemberianmu saat pertama kali kau memberiku hadiah. Aku akan memberikan boneka ini pada anak kita dan mengatakan kalau ini hadiah pertama yang kuterima darimu’.
‘Bangunlah, aku akan memberikan hadiah apa saja yang kau minta. Tapi jangan yang terlalu mahal, kau kan tau aku tak punya banyak uang sepertimu’.
Aku menundukkan kepala dan hampir putus asa saat aku merasakan sebuah gerakan dari tangannya yang sedang kugenggam. Aku mencoba mengamati tangannya untuk memastikan apakah dia benar – benar menggerakkan tangannya atau hanya imajinasiku saja. Kutunggu beberapa detik hingga ternyata memang benar – benar dia sudah bisa menggerakkan tangannya.
“Kim Jong In, kau sudah sadar? Benarkah ini kau sudah sadar? Eoh? Aku akan segera memanggil dokter untukmu” aku yang hendak beranjak dari tempatku merasa seperti dia menarik tanganku. Kutolehkan kepalaku dan melihatnya membuka alat bantu pernafasannya. “Song Sang In, kau tak perlu memanggil dokter. Aku hanya membutuhkanmu disini”. Aku yang terlewat bahagia hingga memeluk tubuhnya dan beberapa tetes air mata terharu mengalir dari kedua mataku. Tangannya masih terasa lemas masih sempat menghapus air mataku. “Jangan menangis seperti itu saat di hadapanku”. “Kau tak merindukanku? Tak ingin memelukku?” ujarnya sambil mengusap air mata yang mengalir di pipiku. Aku segera memeluk tubuhnya dan dia membelai kepalaku. Hangat, tubuhku kembali hangat.

“Bagaimana keadaannya dokter?” tanya kedua orang tuanya hampir bersamaan.
“Semua ini benar – benar mukjizat dari Tuhan. Keadaannya membaik secara berangsur. Tapi kami tetap akan mengawasi kesehatannya dan tetap akan melakukan beberap tes kesehatan untuk memastikan bahwa tubuhnya sudah baik – baik saja” jawabnya.

“Kau mau kemana? Baru berada di dekatku dan sekarang kau akan pergi lagi?” tanyanya.
“Kau, ingin ikut aku ke kamar mandi?” tanyaku balik yang disusul gelak tawa semua orang yang berada di dalam ruangan ini.
“Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?” tanyaku saat sudah kembali di sampng tempat tidurnya. Dia hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya. “Kalian semua, bukankah ingin pergi dari sini dan memberikanku waktu berduaan dengan yeojachinguku ini?” katanya sambil memalingkan muka ke arah teman – temannya yang membuat mereka semua menggerutu sebal.
“Dang Shi..” sahut appaku setelah menoleh ke arah pintu yang terbuka.
‘Eomma..’ gumamku dalam hati.
“Sebaiknya kita bicarakan masalah ini di luar” sahut eomma Kai. “Sang In, jaga Jong In dulu” lanjutnya kepadaku.
Aku berbalik menatap Kai cemas. “Apa yang akan mereka bicarakan?”.
“Entahlah, mungkin membicarakan tentang pernikahan kita” smirk evil nya tergambar lagi di raut wajahnya.
Aku yang ingin menjitaknya tiba – tiba mengurungkan niatku. ‘Saatnya membalas dendam’ dan sekarang aku yang senyum jahil. Aku berdiri dari tempatku duduk.
“Sang In, kau mau kemana?” tanyanya.
“Aku berjanji pada eommamu untuk  menjengukmu sampai kau siuman. Dan sekarang kau sudah siuman sehingga tak ada alasan bagiku untuk tetap disini”.
“Kau, apa yang kau lakukan? Berhenti disitu atau aku yang akan melangkah ke arahmu” jawabnya.
Aku yang masih ingin menggodanya, sengaja tetap melanjutkan langkahku. Sampai akhirnya ‘bruukkk..’ orang yang kucintai itu jatuh memegang kakiku erat. “Jangan pergi tinggalkan aku”. Aku yang masih terpaku di tempatku segera berjongkok untuk membantunya berdiri. “Apa yang kau lakukan dengan melakukan ini? Kau belum benar – benar sembuh Jong In” raut wajahku menjadi lebih buruk karena khawatir. “Kau tak apa – apa?” tanyaku setelah dia kembali di atas kasur. “Gwechana. Tidurlah, kau jadi mempunyai mata panda karena kurang tidur” katanya sambil memegang kedua mataku. “Bogoshipo” gumamku. “Apa yang kau katakan?” tanyanya penasaran. Aku mendekatkan wajahku ke arahnya, “Bogo...” dan chu— aku mencium bibirnya sepersekian menit “shipo..” lanjutku. Sepertinya dia masih ingin menciumku karena terbukti dengan tindakannya sekarang yang menarik wajahku untuk mendekati wajahnya. “Aku mau tidur. Kau istirahatlah” kataku tiba – tiba sambil berbaring di sofa. Dia hanya menggumam kesal yang tak kuhiraukan karena memang benar aku tengah mengantuk.

2 hari kemudian..
@ Hannam-dong Region, 10.30 KST
Kai sudah diperbolehkan pulang namun masih tetap harus dirawat dan dalam pengawasan dokter. Aku yang dipaksanya untuk mengantar dia pulang, lagi – lagi harus merasakan badanku yang terasa panas dingin. Aku mengantarnya hingga ke kamar.
“Kau mau pergi sekarang?” tanya Kai.
“Apa yang kau katakan? Tentu saja aku harus pergi”.
“Tapi ini rumahmu juga” jawabnya sambil berdehem kesal.
“Sudahlah, kau jangan marah – marah. Pulihkan dulu keadaanmu. Aku pasti akan sering menjengukmu kemari. Aku pergi dulu” ucapku sambil menarik selimut dan mengecup keningnya.

Namun dia menarikku hingga badanku kembali ke posisiku tadi. “Kau masih sakit, bagaimana bisa menarikku begitu kencang?” tanyaku heran. “Kau, berani – beraninya hanya menciumku di kening” katanya yang langsung menarik tengkukku untuk dapat menciumnya sehingga wajah kami benar – benar menempel sekarang. Setelah dia mencium bibirku, dia mencium hampir semua bagian wajahku. “Kim Jong In, sakit begini saja kau masih memelihara pikiran yadongmu itu. Sudahlah, aku pulang dulu”.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Eucliwood hellscythe Theme | Copyright © 2012 All About EXO, All Rights Reserved. Design by Djogzs, | Johanes djogan